Selepas keluar dari pasar Kiara yang menyamar sebagai Arisha di keluarga Henry kini harus kembali kepesantren untuk menemuinya keluarga Arisha agar tak seorang pun yang mengetahui rahasia yang sedang mereka sembunyikan. Melihat perjalananya yang masih jauh dengan pesantren, Kiara masih mengunakan gaya berjalan preman sembari mengunyah lalapan di mulutnya. Sungguh tidak mencerminkan ajaran seorang ustad dan kakinya yang menendang kerikil kerikil kecil yang menghalangi jalanya. Brughhhhh Tak sengaja kaki Kiara menendang botol minuman air mineral hingga terjun jauh dari tempatnya dan sialmya botol itu mengenai kepala seorang lelaki botak dengan penampilan acak acakan dengan kaos hitam pudar dan celana jeans yang robek dari bagian lutut hingga kemata kaki yang dari segi penampilanya dapat Kiara duga bahwa lelaki itu adalah seorang preman. Bukan orang yang lari dari tanggung jawab Kiara segera menghampiri orang itu untuk meminta maaf dan ternyata benar saja, ketika jarak mereka sudah san
Kini hanya ada kecanggungan diantara keduanya. Timun berhasil dimasukan Kiara kembali kedalam keranjangnya. Setelah kejadian tadi, Kiara membelakangi tubuhnya dengan Ziko, jujur ia sangat takut untuk mentap wajah suaminya. Ziko hanha tetap ditempatnya. Istrinya terlalu lebay, pikirnya, tapi yasudahlah, mungkin karena dia besar dari lingkungan pesantren dan sangat jarang berhadapan dengan lawan jenisnya hingga seperti ini. "Kenapa kamu memanjat pagar seperti itu?" tanya Ziko memecahkan keheningan diantara mereka dengan nada bucara yang sangat datar. Kiara menperhatikan sekitarnya, masih tidak ada orang, hanya mereka berdua yang berada di tempat ini. Syukurlah tidak ada yang mengetahui perbuataannya kecuali orang ini. "Saya habis belanja dari pasar dan saya ingin masuk tapi gerbang tertutup makanya, saja memanjat gerbang, saya juga tidak ingin menunggu terlalu lama!" jujur Kiara. Ziko hanya memutar bola matanya malas mendengar jawaban Kiara. "Kamu tidak sholat, Mas?" tanya Kiara. Mat
"Hai Bro!" sapa Ziko pada Daffa dengan menyenggol bahu lelaki yang sedang berada di peternakan pesantren. Daffa melemparkan seuntai senyum pada orang yang baru saja menghampirinya, diletakan makanan ayam yang di pegangnya dan siap menjabat tangan Ziko namun, niat baik Daffa hanya di tatap sekilas oleh Ziko dan membuang arah pandanganya dari lelaki yang berdiri tepat di hadapanya. Daffa menyadari hal itu, ia juga segera menepis tanganya. "Cari siapa Pak?" tanya Daffa dengan sangat sopan dan membungkukan sedikit tubuhnya. Ziko semakin di buat angkuh dengan sikap Daffa seperti itu. "Sudah berapa lama lho kerja disini?" tanya Ziko angkuh. Pertanyaan yang sebelumnya tidak pernah di dapat Daffa bahdan selama ini, ia menjadi ustad favorite cowok mau pun cewek, ia juga orang kepercayaan ustad Henry dan kini pertanyaan seperti ini muncul padanya. Daffa yang memiliki sifat sabar masih tenag dengan perlakuan Ziko yang kurang sopan. "Saya Sma sudah di pondok pesantren ini Pak!" "Berapa gaj
Di ruang makan hanya terdengar detingan sendok dan kunyahan orang orang yang sedang melahap makananya masing masing. Seperti malam malam sebelumnya keluarga Henry selalu melakukan makan bersama. Momen momen seperti ini yang menjadi ciri khas keluarga mereka. Kiara menatap semua orang gang berada di sekitar meja makan secara bergantian. Ia dapat melihat dengan jelas Ziko, suamimya yang tidak menikmati makanan yang sudah di hidangkan padahal menurutnya makanan yang di sediakan umi juga menaikan gairahnya untuk makanan tapi, tetap saja ia kepikiran dengan ucapan Ziko sore tadi yang mengajaknya untuk segera kembali kekota. Bagaimana nanti dengan adik adiknya?. Liora menyenggol lengan tangan anaknya pelan untuk memberikan isyarat pada putranya itu untuk menghargai makanan yang sudah di sediakan karena sejak tadi Ziko hanya mengaduk aduknya saja. Hal itu membuat Liora merasa tidak enak hati pada keluarga besanya. "Masakannya enak enak banget, jarang banget lho saya makan makanan seenak ini
Bersama Liora, Rusdi dan satpam yang mengaksikan Arisha keluar malam mereka di kumpulkan di ruangan tempat biasa siswa bermasalah. Kiara dengan mulut terbuka ingin sekali menjelaskan semuanya, ia harus mengatakan pada Henry bahwa yang di lihatnya hanyalah sebuah kesalah pahaman dan ia bersama Daffa tidak berbuat apa apa sedangkan ustad Daffa hanya terdiam. Percuma berkata banyak mereka juga sudah terciduk dan bukti sudah menunjukan mereka tengah berduaan akan sulit untuk membuktikan bahwa mereka tidak bersalah hanya pasrah yang dapat di lakukan pria muda itu. "Ab ...!" "Jangan berkata apa pun, Abi sudah terlanjur kecewa pada mu!" ujar Henry menghentikan ucapan Kiara yang belum selesai. "Pria beragama, seorang ustad, panutan bagi santri tapi ternyata kelakuanya seperti ini mengoda wanita yang sudah memiliki istri tengah malam seperti ini?, Apakah kurang kamu menyaksikan pernikahaan kami?, Apa perlu aku mengadakan resepsi pernikahaan besar besar di pesantren ini agar kamu tau Arisha
Kiara hanya memandangi wajah suaminya yang sudah terlelap. Ia membuka jendela kamar dan menyaksikan udara malam. Angin berhembus kencang sepertinya rintikan hujan akan jatuh. Air mata Kiara menetes begitu saja ketika bayangan adik adik asuh melintas di pikiranya. Sangat tidak mungkin jika ia mencoba kabur kembali yang ada akan memperpanjang masalah dan sudah dapat di duganya setelah kejadian ini pasti penjagaan pesantren akan lebih di tingkatkan. "Arisha bisa tidak ya mengurus mereka?" gumam Kiara. Hingga jam menunjukan pukul 3 subuh, Kiara belum dapat memejamkan matanya, hari sudah hampir menuju subuh. Apakah ia benar benar akan meninggalkan adik adiknya tampa berpamitan dahulu?. Pikiranya makin berkecamuk. Arisha juga pasti tidak akan mengetahui hal ini jika ia tidak kesana tapi, apalah dayanya yang sudah tidak dapat berbuat apa apa. Sama seperti Kiara, Daffa juga belum dapat memejamkan matanya. Ustad muda itu juga tidak melaksanakan solat tahajud seperti malam malam sebelumnya k
Ziko mendekatkan bibirnya dengan bibir ranum milik Kiara. Kiara merasakan sentuhan itu dengan jelas. Ia terpaksa harus membuka matanya dan melihat tingkah Ziko. bibirnya sudah tidak dapat berkutik karena sudah di bungkam oleh bibir pria yang ada di hadapanya. Kiara berusaha untuk terus mendorong tubuh kekar Ziko, jangankan tergeser, bergerak saja tidak sepertinya pria ini sudah di kuasai hawa nafsunya dan ia menjadi pelampiasan gairah lelaki muda ini. Merasa mendapat pemberontakan dan tidak mendapat balasan apa pun dari lumatan yang di berikan Ziko pada bibir Kiara. Kini ia mengigit bibir Kiara tampa belas kasihan. Kiara sudah menjerit kesakitan namun, Ziko terus melanjutkan aksinya. Apa yang akan terjadi setelah ini?, ketakutan semakin merangsang Kiara yang sebelumnya tidak pernah melakukan hal seperti ini. Sebisa mungkin Kiara melangkahkan kakinya kebelakang tetapi, langkahnya sudah berada di akhir, ia sudah terbentrok dinding, sudah tidak ada celah baginya untuk menghindar dari
"Ayok Umi kita harus bawa Arisha kerumah sakit!" panik Ziko setelah selesai solat. "Tidak ada rumah sakit di sekitar sini Nak!" jawab Zinida menyingkirkan tangan Ziko yang hendak membopong tubuh Arisha. "Kalau begitu kita bawa ke keklinik terdekat saja tidak mungkin tidak ada klinik!" kekeh Ziko. "Ziko, Arisha tidak papa, ia hanya kelelahan saja sebaiknya kamu angkat istri kamu lagi kedalam kamar dan istrirahatkan dia nanti biar Umi yang buatkan sarapan untuknya sekalian nanti Umi bawakan vitamin untuk istri kamu, kamu tidak perlu panik berlebihan!" sikap tenang Zinida membuat Henry merasa binggung. Menyangkut kesehatan putrinya, Zinida biasanya orang yang paling khawatir, kini ia terlihat sangat tenang seperti tidak terjadi apa apa pada anak mereka. "Ngk Umi, Ziko harus mastiin keadaaan Arisha baik baik saja!" "Ziko, Umi lebih tau yang terbaik untuk anak Umi, Arisha hanya butuh istirahat, dia hanya kelelahan karena olahraga tadi malam!" Zinida mulai memberikan isarat. Liora, R