Arisha yang di kenal orang sebagai anak dari ustad Henry terpaksa harus menikah dengan seorang pria yang tak di kenalinya. Semuanya berawal dari Burhan yang menyaksikan keduanya tengah berada di gudang pesantren di malam hari. Baju yang di pakai Arisha tampak sobek. Hal itu semakin menyakinkan Burhan bahwa kedua sudah bervuat maksiat. Mereka di paksa menikah karena tuduhan itu. Keduanya sama sama acuh pada pernikahaanya. Arisha yang ternyata diam diam menyukai salah satu ustad yang mengajar di pesantren milik abinya sedangkan Ziko yang masih mencintai masa lalunya. Mengingat statusnya yang sudah tidak lajang kagi. Ziko berusaha untuk mengambil hati istrinya dan melaksanakan kewajibanya sebagai seorang suami namun, Arisha tetap saja mengabaikanta dan semakin berusaha mendekati Daffa. Ziko semakin lelah di buatnya dan ia memutuskan untuk kembali pada mantan pacarnya. Daffa sedikit pun tidak membukakan hatinya pada wanita yang mengejar ngejar. Ia lebih memilih menikah pada gadis yang ditemuinya di suatu tempat. Hal itu membuat Arisha sakit hati berkepanjangan. Ia kehilangan suaminya tapi, ia juga tidak mendapatkan Daffa hingga akhirnya ia memutuskan untuk melepas hijabnya dan sifat aslinya semakin terlihat dari wanita ini jika, ia bukanlah seorang gadis yang baik.
Lihat lebih banyak"Apa ini Mas?" tanya Arisha menatap sebuah map berwarna coklat yang di lempar Ziko kearah tempat tidurnya saat ia sedang merapikan kasurnya. Ia menatap lembar demi lembar dalam berkas itu, adanya kejangkalan yang dilihatnya.
"Kamu tanda tangani saja!" pinta Ziko yang kini melemparkan pena kearah wanita itu. Arisha semakin dibuat binggung oleh maksud pria ini. "Kawin kontrak? Pernikahaan kita hanya sampai enam bulan saja? Tidak, aku tidak mau Mas," ujar Arisha yang langsung melempar map itu kearah lain dan menjauhkan darinya. "Apa yang mau kamu pertahankan dari pernikahan kita?, ingat pernikahan ini terjadi bukan karena keinginan kita, ini hanyalah sebuah kesalah pahaman yang membuat kita harus perkawinan ini tampa rencana, aku juga tidak melakukan hal yang aneh pada mu, kita hanya di fitnah!" balas Ziko dengan santai. "Apa pun alasannya perceraian, bukanlah jalan dari awal cerita kita, aku tidak ingin memulai hal dengan niat yang buruk, aku juga yakin Mas di balik semua ini pasti ada hikmah di dalamnya." Dalam satu malam status Arisha sebagai seorang gadis berubah dalam sekejap, sekarang ia menyandang sebagai seorang istri dari Tuan Ziko, sang Ceo diperusahaan besar dan ternama baik didalam negeri maupun di luar negeri. Malam itu Arisha mendengar suara teriakan santriwati saat ia sedang berkeliling disekitaran pesantren milik abinya. Hal itu menjadi rutinitasnya setiap malam sebelum tidur untuk memastikan anak anak santriwatinya dalam keadaan baik. Ia mendengar teriakan itu digudang pesantren, tempat menyimpan barang barang sudah tidak layak digunakan. Biasanya Arisha selalu berkeliling ditemani oleh Arhan dan Meidiva, tetapi kebetulan malam ini ia harus berjaga sendiri karena Meidiva dan Arhan yang sedang melakukan lamaran di kediaman Meidiva yang berada dikampung sebelah. Tampa basa basi dan rasa takut ia segera mendekati sumber suara itu dan mencari teriakan santriwatinya. Ditempat yang sama Ziko berkeliling disekitaran pesantren karena baru pertama kalinya ketempat ini, Ziko belum mengetahui letak letak lokasi ditempat ini, ia juga belum mengetahui tempat tempat terlarang yang tidak boleh di kunjunginya karena ada sebagian tempat yang tidak boleh untuk dimasuki oleh lawan jenis. Karena tak ada yang menemaninya, Ziko berlari tak tentu arah untuk mencari tempat untuk membuang air kecil. Mendengar hal yang sama dengan Arisha, Ziko memutuskan untuk mencari sumber suara itu barang kali disekitaran sini terjadi pel*cehan. Ia memasuki gudang kosong yang terbuka dengan lebar. Arisha mencoba menghidupkan lampu yang berada di gudang ini, namun sepertinya saklarnya sedang rusak. Dengan senter seadanya ia memaksakan untuk menerawang ruangan gelap ini, suara yang didengarnya semakin keras, Arisha semakin yakin untuk mencari sumber suara itu walau dalam keadaan yang tidak memungkinkan. "Bagaimana bisa gudang pesantren malam malam seperti ini tidak di tutup? Apa mereka tidak takut bahaya?" gumam Ziko yang juga mengamati seisi gudang ini mengunakan senter handphonenya. Ia melihat adanya cahaya dari arah depanya, ia semakin yakin kalau tempat ini dalam keadaan tidak aman. Pintu terbuka, adanya suara teriakan dan sekarang ia melihat ada sinar tak jauh dari tempatnya. Dengan sangat hati hati Ziko berjalan mendekat tampa terdengar suara sedikit pun agar orang itu tidak tidak menyadari kehadirannya dan tidak dapat melarikan diri."Aaaaaaaa" Ziko menarik ujung baju orang itu hingga robek karena orang yang ditangkapnya itu sepertinya mencoba melarikan diri makanya, Ziko menariknya dengan kuat. Tetapi, ada sesuatu yang menganjal ditemukanya, kenapa suara itu terdengar seperti teriakan wanita, tidak mungkin seorang wanita yang melakukan kejahatan malam malam seperti ini. Ziko justru berfikir jika orang yang ditangkapnya ini adalah wanita yang akan menjadi korban asusila. "Tenanglah aku akan menolong mu!" ujar Ziko yang langsung menarik pergelangan tangan wanita yang ditemukanya di dalam gudang itu. "Ngapain kalian malam malam di tempat gelap seperti ini?" tanya Burhan selaku orang yang menjaga gudang. Ia menghidupkan lampu yang baru saja dibenerinya. Arisha langsung menatap orang yang mengengam tanganya itu dan seketika Ziko langsung melepaskan tanganya dari pergelangan tangan Arisha serta mengelengkan kepalanya. "Saya tidak menyangka kamu akan berbuat seperti ini Arisha, bagaimana jika ustad Henry tau hal ini, beliau pasti akan sangat kecewa sama kamu, apalagi kamu ini adalah anak sekaligus putri satu satu beliau, mau di taruh dimana muka beliau?" ucap Burhan yang langsung berfikir buruk atas apa yang dilihatnya. "Om saya dan dia tidak melakukan apa apa dan saya juga tidak mengenalinya!" ucap Arisha berkata jujur. Burhan menatap tajam kearah Ziko yang terdiam. Ia sangat mempercayai keponakannya, tidak mungkin gadis sepolos Arisha berbohong. Jika Arisha tidak mengenali pria ini berarti lelaki ini yang sudah berbuat zolim pada keponakanya. "Apa yang sudah kamu lakukan pada keponakan saya?" Ziko mengeleng karena ia memang tidak melakukan hal apa pun selain menyentuh tangan Arisha. Apakah itu dianggap sesuatu yang berlebihan di tempat ini?. Plaakkkkk "Jangan berbohong kamu, Saya tanya sekali lagi apa yang sudah kamu lakukan pada keponakan saya sebelum hal ini ini saya laporkan pada pemilik pesantren sekaligus abi Arisha." kekeh Burhan.Lagi lagi Ziko mengeleng, ia merasa tidak menutupi sesuatu apalagi berbohong, ia sudah mengatakan yang sebenarnya. Burhan kini mengalihkan pandanganya pada Arisha yang hanya menunduk karena tidak mungkin ia menatap yang bukan mahrumnya. Ia melihat adanya sobekan di baju yang berada dibelakang leher keponakanya itu. Fikiran buruk tentang Ziko semakin dalam pria itu. Ia kembali menatap Ziko dengan tatapan penuh amarah. Arisha tidak mengerti dengan maksud Omnya ini karena ia juga belum menyadari jika baju sudah sobek karena di tarik oleh Ziko. "Saya tanya, apa yang sudah kamu lakukan pada ponakan saya?" "Saya tidak melakukan apa apa pada dia, kami hanya tidak sengaja bertemu disini karena tadi saya mendengar suara teriakan seorang wanita di tempat ini makanya, saya langsung kesini dan saya melihat adanya sinar, saya segera menghampirinya dan menarik gadis ini karena saya pikir dia adalah korban pelecehan ditempat ini, saya masuk ketempat ini dalam keadaan pintu terbuka, lampu mati dan teriakan yang saya dengar diawal menyakinkan saya kalau ada hal buruk yang terjadi disini." jelas Ziko tak kalah keras dari volume suara Burhan yang terus menuduhnya berbuat hal buruk. "Terus kamu pikir saya akan percaya? Saya sejak tadi disini jadi, tidak mungkin ada perbuatan kriminal di sini dan saya tadi sedang memperbaiki lampu yang saklarnya rusak, banyak alasan kamu," "Terserah Bapak mau ngomong apa yang jelas saya tidak melakukan asusila pada keponakan Bapak." ujar Ziko yang hendak meninggalkan pria itu dan Arisha karena ia benar benar tidak merasa bersalah. "Ngk bisa gitu dong Kak, Kakak harus bertanggung jawab atas apa yang sudah Kaka perbuat!" teriak Laras dengan lantang bersama beberapa temanya yang lain. Kiara yang mendengar adanya keributan dari dalam gudang memutuskan untuk melihatnya dan ia melihat Burhan yang tampak sedang marah besar pada lelaki yang tidak dikenalinya. Ia segera keluar dari dalam gudang itu dan pergi memanggil beberapa teman yang lain untuk ikut andil dalam melihat kejadian ini. Ziko langsung menatap lelaki paruh baya itu dengan tatapan amarahnya, jika saja tadi pria ini tidak berbicara keras pasti anak anak perempuan usia dibawahnya ini tidak berada disini dan tidak mengetahui hal ini.Ketiganya memasuki sebuah mall besar yang berada di kota ini. Ziko berjalan lebih dulu sedangkan Kiara dan Veora jalan bersampingan dengan sesekali tawa yang terciptanya. Keduanya sudah terlihat kompak walau baru saling mengenal. Veora mengajak Kiara ke beberapa tempat yang di sukainya karena Ziko sudah mengizinkanya untuk memesan barang apa pun yang di perlukanya sedangkan Kiara hanya menurut saja. Veora memilih beberapa pakaian yang menurutnya bagusnya. Kiara hanya melihat barang barang yang di pajang tampa niat sedikit pun untuk mengambilnya. Menurutnya harga di tempat ini tidak realistis terlalu mahal dan mengambil banyak keuntungan. Ia hanya melihat harga harga yang tertera di atasnya. Matanya mengarah pada sebuah pakaianya yang tertulis diskon 75%. Bukanya tertarik pada promo itu justru wanita itu masih membatin. "Diskon 75% tapi harganya masih tiga juta lima ratus terus kalau harga normal gimana?" rutuknya. "Arisha ini bagus tidak?" tanya Veora menghampiri Kiara yang masih be
Veora yang sebelumnya tidak pernah bertatap muka dengan Ziko kini harus seruangan dengan bosnya. Veora duduk berhadapan dengan Ziko dan Kiara yang duduk disebelah lelaki itu. Veora melihat jelas Ziko menatap tulus kearah Kiara. Kiara pun terlihat salting walau tampa bicara. Ada rasa gugup dan masih tidak percaya dalam diri Veora. Selama ini ia hanya dapat melihat Ziko melalui fotonya disosial media dan beberapa figuran yang memperlihatkan wajah lelaki itu dibeberapa ruangan tertentu.Wajah aslinya lebih tampan dari pada yang biasa dilihatnya. Penampilanya cool yang memperlihatkan lelaki ini memiliki sifat keras dan tak acuh. Kulitnya yang sawo matang semakin menunjukan sisi unggulnya yang terlihat lebih manis. Andai ia tidak mendengar kalimat pengakuan Ziko yang sudah memiliki istri mungkin saja ia sudah jatuh hati pada pria tampan ini sejak pertama kali bertemu."Mas!" panggil Kiara memecahkan keheningan diantara mereka. Veora segera tersadar dari lamunanya dan mengalihkan pandangany
"Tolong ya Mbak izinkan saya lewat. Saya hanya ingin mencari suami saya!" Pelayan itu kembali tertawa terbahak bahak. "Lucu ya kamu!" ketusnya dengan tatapan sinisnya dan menginjakan hilsnya dibagian kaki Kiara yang hanya mengunakan pancus yang dibalut oleh kaus kaki. Kiara hanya dapat mengigit bibir bawahnya. Ia ingin sekali mendorong wanita ini dan menjedutkan kepalanya dengan tembok agar bagian terkerasnya hancur dan tidak punya otak sekalian pikirnya. Viora yang baru saja selesai melayani pengunjung yang berada tak jauh dari mereka merasa iba pada Kiara karena ia pernah berada diposisi gadis itu saat pertama kali melamar kerja ia juga di perlakukan sama dengan Kiara dan pelaku yang sama. Viora dapat bekerja ditempat ini juga termasuk karena adanya orang dalam yang membantunya. Dengan mengumpulkan segala keberanianya Viora kembali menghampiri Kiara dan menarik pergelangan tangan Kiara menjauh dari atasan culasnya. Dengan mudah atasan culasnya menarik rambut Viora yang tidak meng
Di dalam mobil hanya ada keheningan diantara mereka. Ziko tidak membuka pembicaraan begitu pun Kiara yang tidak memiliki inisiatif untuk mencari topik. Ziko fokus pada setir mobilnya sedangkan Kiara menatap arah luar dari jendela mobil. Begitu banyak bayangan yang melintas di pikiranya. Ziko membawa mobilnya dengan kecepatan sedang hingga banyak mobil yang lalu lallang melewari mereka."Bagaimana keadaan adik adik ku sekarang. Apakah mereka nurut dengan Arisha?" lamunannya kini mengarah pada asalnya. Tetapi hal itu terjadi hanya dalam hitungan menit tiba tiba saja bayangan serta senyuman ustad Daffa terlintas di benaknya. Sesekali ia juga masih memikirkan ucapan Ziko yang menampakan pria itu masih memandam perasaan yang mendalam pada mantanya. "Sal tolong ambilin minum!" Kiara tidak menoleh sedikit pun. Ziko sedikit melirik kearah Kiara yang sejak tadi hanya terdiam. Ia tidak ingin menganggu wanita itu dan segera mengambil minumnya sendiri dengan mengunakan sebelah tanganya. Meneman
Raut wajah Sera menampakan kebinggungan harus menjawab apa dan hal itu sudah dapat dibaca oleh Ziko. Ziko kembali menatap layar komputernya sembari menunggu jawaban dari sekretarisnya. Selang beberapa menit, ia melihat jam dipergelangan tanganya. "Sera, saya akan menyetujui proposal kamu jika kamu sudah dapat menjawab pertanyaan saya!" ujar Ziko memasang jasnya kembali. "Tapi clien kita meminta proposal harus dikirim nanti paling lambat jam 04.00 sore!" "Jam 04.00 masih lama. Jika kamu karyawan yang jujur kamu dapat menjawab pertanyaan saya dengan mudah dan saya lebih baik kehilangan proyek ini tapi tau kinerja karyawan saya dan saya ingatkan kembali Sera, kamu sudah lama bekerja di perusahaan saya dan kamu taukan konsekuensi apa yang akan saya berikan pada seseorang yang sudah melakukan korupsi!" Sera hanya mengangguk. Ziko menemukan banyaknya kejanggalan di perusahaanya setelah beberapa hari ditinggalkanya. Mulai dari tata letak benda hingga proposal dan laporan yang tidak dapa
Pukul 05.03 Ziko sudah selesai dengan ritual mandinya dan kini ia sudah memakai pakaian kerjanya lengkap dengan jasnya. Di tatapnya Arisha yang masih tertidur pulas. Ia mengerti bahwa gadis itu tengah kelelahan, ia meninggalkan Kiara tampa menganggunya. Ia sengaja untuk tidak mengunci kamar agar Arisha bebas melakukan kegiatan di dalam rumah.Pukul 07.35 Kiara baru terbangun. Ia membuka matanya perlahan, di lihatnya udara yang masih sangat gelap dengan mata samar samarnya, ia kembali menidurkan tubuhnya. Pukul 09.48 Kiara kembali terbangun, ia masih melihat ruangan ini sangat gelap tapi, ia merasa malam terlalu lama, ia terpaksa membuka matanya. Penglihatanya tidak salah. Hari masih begitu gelap. Mengapa dikota waktu malam terasa begitu panjang?" lirihnya. Kiara mulai menormalkan dirinya, menangkap cahaya seadanya yang masuk kedalam matanya. Kakinya mulai digerakanya diarahkanya kejendela kamar. Mata Kiara terbuka sempurna ketika melihat kearah luar yang sudah begitu terang. Ada apa
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen