Ketiganya memasuki sebuah mall besar yang berada di kota ini. Ziko berjalan lebih dulu sedangkan Kiara dan Veora jalan bersampingan dengan sesekali tawa yang terciptanya. Keduanya sudah terlihat kompak walau baru saling mengenal. Veora mengajak Kiara ke beberapa tempat yang di sukainya karena Ziko sudah mengizinkanya untuk memesan barang apa pun yang di perlukanya sedangkan Kiara hanya menurut saja. Veora memilih beberapa pakaian yang menurutnya bagusnya. Kiara hanya melihat barang barang yang di pajang tampa niat sedikit pun untuk mengambilnya. Menurutnya harga di tempat ini tidak realistis terlalu mahal dan mengambil banyak keuntungan. Ia hanya melihat harga harga yang tertera di atasnya. Matanya mengarah pada sebuah pakaianya yang tertulis diskon 75%. Bukanya tertarik pada promo itu justru wanita itu masih membatin. "Diskon 75% tapi harganya masih tiga juta lima ratus terus kalau harga normal gimana?" rutuknya. "Arisha ini bagus tidak?" tanya Veora menghampiri Kiara yang masih be
"Apa ini Mas?" tanya Arisha menatap sebuah map berwarna coklat yang di lempar Ziko kearah tempat tidurnya saat ia sedang merapikan kasurnya. Ia menatap lembar demi lembar dalam berkas itu, adanya kejangkalan yang dilihatnya. "Kamu tanda tangani saja!" pinta Ziko yang kini melemparkan pena kearah wanita itu. Arisha semakin dibuat binggung oleh maksud pria ini. "Kawin kontrak? Pernikahaan kita hanya sampai enam bulan saja? Tidak, aku tidak mau Mas," ujar Arisha yang langsung melempar map itu kearah lain dan menjauhkan darinya. "Apa yang mau kamu pertahankan dari pernikahan kita?, ingat pernikahan ini terjadi bukan karena keinginan kita, ini hanyalah sebuah kesalah pahaman yang membuat kita harus perkawinan ini tampa rencana, aku juga tidak melakukan hal yang aneh pada mu, kita hanya di fitnah!" balas Ziko dengan santai. "Apa pun alasannya perceraian, bukanlah jalan dari awal cerita kita, aku tidak ingin memulai hal dengan niat yang buruk, aku juga yakin Mas di balik semua ini p
Selepas dari gudang gelap itu, Burhan membawa Arisha dan Ziko beserta santriwati yang ikut menyaksikan hal ini kerumah Henry. Malam itu Zinida yang tidur lebih awal harus terbangun dari tidurnya yang sudah hampir sampai kedalam alam mimpinya, ia memang tidur lebih awal karena badanya yang kurang sehat dan saat itu pula Henry sedang berada di luar kota untuk membeli peralatan pesantren yang sudah rusak dan melengkapi fasilitas yang belum tersedia. "Ada apa ini ramai sekali?" tanya Zinida setelah membukakan pintu dan menjawab salam mereka. Setelah menceritakan kejadian yang dilihat Burhan pada kakak iparnya. Zinida langsung menatap anaknya dan Arisha langsung mengeleng secara spontan. Ia ingin membantah kesalah pahaman yang dilihat oleh Burhan namun, omnya ini tidak menginzinkanya berbicara dan ucapan Ziko yang selalu di sanggal oleh Burhan walau sudah berulang kali pria itu menjelaskan. Burhan hanya mempertahankan apa yang dilihatnya. Apalagi pria itu di bantu oleh adanya bukti so
"Bi makananya sudah selesai, yok Pak kita makan dahulu, Nak Ziko mari makanan!" ajak Zinida yang kini menghampiri ketiganya. "Yok Rus kita makan dulu, mari Nak Ziko!" ajak Henry yang langsung bangkit dari duduknya dan berjalan di belakang istrinya. Dimeja makan, Ziko melihat Liora yang sedang menata piring dan ia juga melihat kearah seluruh makanan yang tersedia diatas meja. Tidak ada satu makanan pun yang dapat memikat selera makanya. Hanya ada tumis kangkung, tempe goreng dan juga tahu goreng dan yang sedikit spesial hanya ayam goreng tampa rempah yang tidak memikatnya sedikit pun. "Ziko makanya nanti saja Ma!" ujar Ziko yang hendak meninggalkan meja makan namun, tanganya langsung di cengkal oleh Liora dan mengelengkan kepalanya pada putranya itu agar bersikap baik di rumah orang, walau ia tidak menyukai lauk yang sudah di hidangkan oleh tuan rumah setidaknya ia menghargai dengan memakannya sedikit saja. Dengan malas Ziko duduk disebelah Liora yang sedang menyendok nasi ke p
"Jadi, kamu sebagai pengajar dipesantren ini?" tanya Ziko setelah Naila meninggalkan mereka berdua. Arisha terdiam, bibirnya tiba tiba saja merekah dari kejauhan ia sudah dapat minat Daffa yang sedang berbaur bersama beberapa santri laki laki. Arisha dengan sigap segera melangkahkan kakinya menghampiri lelaki itu. "Ibu Arisha ada apa?" tanya Daffa yang merasa heran di datangi secara tiba tiba apalagi Ziko yang mengikutinya dari belakang. Jika seorang wanita menemui lelaki yang bukan muhramnya bersama suaminya berarti ada sesuatu penting yang di sampaikannya. "Pak Daffa ada jam mengajar?" tanya Arisha tersimpu malu. Ziko hanya dapat memandang kelakuan istrinya ini, mungkin saja ada yang diberitahu Arisha pada ustad yang sudah berada dihadapan mereka, ia tidak boleh menaruh curiga pada istrinya. "Jam mengajar saya sudah selesai Bu, Saya hanya sedang memperhati santri santri saja," jawab Daffa tertunduk. Daffa adalah ustad paling muda dan memiliki ketampanan yang lebih dari peng
Zinida mengurungkan niatnya untuk bergabung dan ia memutuskan untuk menemui Arisha di kamarnya dan menanyakan kondisi putri kesayangan. "Umi!" isak Arisha yang langsung merentangkan kedua tanganya dan siap memeluk wanita yang masih berada di daun pintu. "Kamu kenapa Sayang?" tanya Zinida yang langsung memeluk gadis itu dengan penuh kasih sayang setidaknya dapat meredakan tangisan putri kecilnya yang di paksa dewasa seperti ini. "Arisha belum siap menikah Umi, mental Arisha masih sangat lemah!" aduh Arisha. Zinida semakin yakin kalau menantunya itu sudah berbuat yang tidak baik pada anaknya hingga Arisha terisak seperti ini. Entah apa pun yang sudah di lalukannya tidak akan mendapat dukungan darinya jika melukai hati seorang anak yang terlahir dari rahimnya. "Kamu kenapa Risha? Wajar dalam pernikahan iya terjadi permasalahan apalagi pernikahana kalian baru hitungan jam. Kalian belum saling mengenal makanya, jika saat ini masih sering terjadi kesalah pahaman itu hal wajar. Ka
Pagi berlalu, siang pun menghilang. Ziko dan Arisha kini berada di dalam kamar. Arisha baru saja selesai dengan kegiatan membaca al-qur'an sedangkan Ziko hanya memainkan ponselnya. Sebelum sholat Arisha sudah mengajak suaminya untuk melaksanakan solat bersamaan tapi Ziko menolaknya dengan alasan manusia apakah umumnya yaitu malas. Arisha hanya menatap suaminya dengan malas. Mimpi apa ia harus memiliki suami seperti Ziko yang ibadah saja tidak mau. Bagaimana akan membimbing jika ia sendiri tidak bisa membina dirinya sendiri. Di bukanya mukenanya dari kepalanya dan di gantungkanya mukena itu di raknya. Di bukanya sedikit gorden jendela kamarnya karena udara di dalam terasa sangat panas. Dari balik jendela Arisha melihat ustad Daffa yang sedang melakukan perbincangan dengan beberapa santri. Selain wajahnya yang tampan ia juga memiliki kedekatan yang dengan siswanya. Ziko meletakan ponsel yang di pegangnya, ia menyadari jika istrinya sedang memperhatikan seseorang dari kejauhan. Deng
"Mumpung ini hari sabtu Ris, ajak gih sekalian suami kamu senam bareng santri lagi sekalian pendekatan sama mereka, biar yang masak Umi sama mama kamu saja!" ucap Zinida dan hanya di iyakan oleh Arisha. Arisha menarik nafasnya malas memandang suaminya yang tertidur sangat berantakan. Mertuanya memintanya untuk membimbing suaminya tentang agama sedangkan ia saja baru belajar agama, lalu bagaimana caranya ia mengajarkannya pada Ziko, untungnya saja beberapa bulan belakangan ini ia pernah belajar agama setidaknya ia sedikit mengerti tentang solat dan kewajibanya menutup aurat. Di goyangkannya tubuh Ziko dengan pelan dan tepuknya wajah suaminya dengan lembut. Ia sangat takut untuk membangunkan Ziko dengan cara keras walau ia sudah mendapat izin dari mertuanya ia tetap saja ia merasa tidak enak pada suaminya. "Mas!" Ziko malah menarik tangan Arisha dan membawanya kedalam pelukanya. Sontak Arisha kaget mendapat perlakuan seperti ini. Ia yang sebelumnya tidak pernah di peluk lelaki sepe