Share

Aku Bukan Istri Bodoh
Aku Bukan Istri Bodoh
Penulis: Gilva Afnida

Bab 1 - Menantu Rasa Pembantu

Terik panas matahari sudah mulai dirasakan kulit kusam Sofia yang saat itu sedang menyuci di bagian belakang rumah. Dari tempatnya duduk, ia melirik jam dinding yang bertengger di dinding dapur. "Masih jam 8 pagi, aku harus segera menyelesaikan cucian yang makin menggunung ini," gumamnya.

Sofia terus mengucek pakaian yang menumpuk setiap harinya, suara rengekan kecil dari belakang punggung membuatnya menoleh.

"Mama." Balita kecil bermata sipit itu adalah Lucas, anak sulungnya yang berusia 4 tahun.

"Kenapa, sayang? Mama baru nyuci," ujarnya sambil membersihkan tangan dari busa sabun cuci.

Lucas terlihat mengucek kedua matanya dan mulutnya menguap. "Susu," rengeknya.

Kepala Sofia menoleh ke arah dapur dan ruang tamu yang bisa ia lihat dari tempatnya duduk untuk mencari bala bantuan. Pandangannya bertemu pada wanita paruh baya yang tak kalah sipitnya, sedang menatap fokus layar laptop dan duduk di sofa ruang tamu.

Wanita itu seolah tahu, menoleh dan menatap Sofia dengan tatapan tajam. "Kenapa? Aku lagi sibuk kerja! Kamu kira aku kayak kamu apa? Yang gak kerja?"

Sofia tak membalas, ia sudah hapal dengan karakter sang mertua yang selalu menganggapnya rendah bagai sampah. Dia hanya menghela napas untuk tetap menjaga kewarasannya, lalu menggendong Lucas dan segera beranjak ke dapur. "Lucas turun dulu, Ya! Mama mau buatin susu dulu," ujar Sofia.

"Nggak mau!" Tangannya semakin erat memeluk leher ibunya. Lucas memang tipikal anak yang sedikit manja dengan ibunya. Apalagi kemarin badannya sempat panas membuatnya semakin lengket dengan Sofia. Sambil menggendong Lucas, ia meraih botol sedotan biru tua yang berada di rak dan membuka toples susu lalu segera menuangkannya pada botol yang telah diisinya dengan air hangat.

Bukan satu dua kali, Sofia merasa repot setiap harinya. Mengurus rumah dua lantai yang berisi 6 orang dewasa serta 2 balita. Membuatnya lelah luar biasa.

Pekerjaannya bukan hanya sampai disitu, dia harus menyuci semua pakaian penghuni rumah dengan tangan. Karena Rianti-Ibu mertua- tak membolehkannya menggunakan mesin cuci dengan alasan harus menghemat dan berpendapat Sofia mempunyai waktu luang karena tak bekerja seperti penghuni yang lain.

Setelah selesai menenangkan Lucas, ia kembali mengucek gumpalan pakaian kotor. Namun baru 5 menit ia melanjutkan, ada gumpalan baru yang diterimanya dari arah belakang.

"Nih, mbak. Punyaku sekalian!" ucap Reynald-adik iparnya.

Kening Sofia mengerut menatap pria muda yang sudah nampak rapi mengenakan setelan kerja. "Kenapa gak nyuci sendiri?" tanya Sofia.

Suara decakan lidah terdengar dari arah ruang tamu. "Udahlah, Fi. Cuci aja pakaiannya Rey. Dia keburu berangkat kerja, kalau telat dan habis itu dia dipecat, apa kamu mau tanggung jawab?" teriak Rianti tanpa beralih dari laptopnya.

"Tuh mbak, dengerin," timpal Rey.

Lagi-lagi Sofia tak berani berkutik, ia tak lebihnya dari babu yang tenaganya diperas tanpa di beri upah. Semacam kerja romusha seperti semasa penjajahan Jepang. Dengan terpaksa ia mengucek kembali gumpalan yang semakin menggunung. Tak terasa, hampir dua jam lamanya Sofia berkutat dengan pakaian.

Ketika dia sudah selesai menjemur, terdengar tangisan dari balita yang berada di kamarnya. Dia adalah Luna, balita menggemaskan satu tahun itu akhirnya terbangun setelah tadi subuh berhasil Sofia tidurkan kembali. Ya, Luna memang selalu terbangun di jam 4 pagi sebelum akhirnya ia akan tidur lagi satu jam kemudian.

Dengan segera, ia bergegas ke dalam kamar dan menenangkan Luna sebelum ia kembali di omeli oleh Rianti. Mertuanya itu memang akan selalu mengomel pada Sofia, selalu menyalahkan, mengejek, dan menghinanya. Hanya karena ia bukan wanita karir seperti menantu yang dia idam-idamkan. Sofia bukannya tidak mau bekerja, namun karena Ruslan-sang suami- yang melarangnya untuk bekerja.

"Kalau kamu kerja? Siapa yang akan ngurus anak?" Begitulah yang selalu diucapkan oleh Ruslan ketika Sofia meminta izin untuk bekerja.

"Ya kan, bisa dititipin di daycare mas?" tawa Sofia dengan lembut.

"Aku gak suka kalau anakku harus tumbuh di luar pengasuhan ibunya. Kamu harus menyontoh ibuku, dia dulu bisa tuh merawat anak sambil meraih pundi-pundi uang. Pagi hari jualan kue keliling terus sorenya kadang nggarap cucian tetangga, tapi masih bisa sambil ngasuh ketiga anaknya."

Pada saat itu akhirnya Sofia menurut perkataan Ruslan, karena ia sudah risih jika harus dibanding-bandingkan dengan wanita lain.

Sesudah ia memandikan kedua anaknya, bunyi dari dalam perut menyadarkannya kalau ia sedari tadi belum sempat sarapan. Ditatapnya anak sulung yang sedang bermain sendiri, ia langsung menuju ke dapur dengan Luna yang digendong mengenakan jarik coklat yang sudah pudar warna di beberapa bagian. Dia membuka tudung saji dan menatap beberapa piring yang berisikan 1 tahu, 1 tempe, 2 ayam goreng dan sayur orak-arik. Ia bersyukur mendapatkan sisa lauk. Biasanya ia yang memasak namun selalu tak sempat untuk memakan. Karena sudah keburu habis dimakan oleh yang lain.

Akhirnya Sofia mengambil sedikit nasi dengan tahu, tempe dan sayur orak-arik karena ayam goreng akan ia beri pada dua anaknya yang memang suka dengan ayam goreng.

Saat baru ia makan sesuap, Luna merengek dalam gendongan. "Eek." Sofia menghembuskan napasnya dengan kasar. Sering terjadi pada dirinya disaat ia sedang asyik makan namun salah satu anaknya pup dan mau tidak mau dia harus segera membersihkannya.

Setelah selesai membersihkan Luna, dia kembali menyelesaikan sarapan yang patut dikatakan sebagai makan siang. Lalu setelahnya menemani kedua anak bermain sambil menyuapi kedua balitanya makan siang.

Baru saja Sofia selesai menyuapi kedua anaknya, terdengar suara wanita yang memanggil namanya. "Sofia!" panggil Rianti yang masih duduk di sofa ruang tamu.

Dengan cepat Sofia bergegas menemui Rianti. "Kenapa, Bu?"

"Nih, kamu packing daster-dasternya. Semuanya alamat ada di laptop ini ya! Ibu mau makan sama istirahat dulu, capek seharian mantengin layar laptop," titah Rianti sambil menyerahkan laptopnya.

"Iya." Sebenarnya lelah sudah dirasa oleh tubuhnya. Namun, sekali lagi ia tak mungkin membantah titah Rianti karena mertuanya itu akan mengomel sepanjang hari padanya jika sekali saja menolak perintahnya. Padahal, Sofia sama sekali tak mencicipi sedikitpun keuntungan dari berjualan daster milik Rianti.

Sambil menggendong Luna dipangkuan, tangan Sofia bergerak gesit menulis alamat di kertas yang disediakan lalu membungkus daster-daster yang sudah dipesan ke dalam plastik.

Meski usia Rianti sudah menginjak kepala lima, nyatanya tak menyurutkan semangatnya untuk terus bekerja. Ia tetap aktif belajar mengikuti perkembangan zaman. Dia tak kalah dengan anak muda lain dengan menjalankan bisnis online yang dirintisnya dua tahun yang lalu. Bahkan daster yang dikenakan oleh Sofia saat ini pun juga dari barang dagangan Rianti. Tapi bukan Rianti yang memberinya secara gratis, Sofia sendiri yang berinisiatif membeli untuk mendukung bisnis online ibu mertuanya.

Bekerja keras memang selalu ditanamkan oleh keluarga Ho. Apalagi setelah kepulangan sang ayah mertua ke Yang maha esa beberapa tahun yang lalu sempat membuat ekonomi keluarga Ho terpuruk. Membuat semua anggota keluarga termasuk Rianti begitu giat untuk bekerja menghasilkan pundi-pundi uang. Namun terkadang mereka pelit dalam mengeluarkan uang untuk keperluan mereka sendiri.

Luna kembali merengek setelah satu jam lamanya ia berada di pangkuan sang mama, dia merasa jenuh. Sofia mencoba menenangkannya dengan memberi mainan. Tapi nihil, Luna merengek menginginkan minum asi. Sofia menoleh ke arah dapur dan tak mendapati Rianti disana. Pertanda dia beristirahat di kamarnya. Lalu ia memanfaatkan peluang itu untuk ke kamar sebentar.

Persoalan daster, dia akan mengurusnya setelah Luna tenang. Sampai di kamar, ditengoknya jam dinding menunjukkan pukul setengah dua, memang sudah waktunya Luna untuk tidur siang.

Dibaringkannya Luna di atas kasur lalu disusui dan menepuk pantatnya dengan pelan. Hal itu pun ia lakukan dengan Lucas yang juga ikut membaringkan diri di samping Luna. Tak terasa mulut Sofia ikut menguap hingga ujung matanya mengeluarkan air mata.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Rahasia
.............
goodnovel comment avatar
nazril sepiisfa
kok bodoh kli jdi orang
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status