Share

Bab 3 - Topeng Terbuka

Jika jarak antara Jakarta dan Surabaya dekat, tentu ia ingin segera mengemas barang dan memboyong kedua anaknya untuk pulang ke Jakarta, tempat kedua orangtuanya menetap. Kesabaran manusia tentu ada batasnya. Dan itulah yang tengah dirasakan Sofia setelah mendengar hinaan ibu mertuanya.

Setelah selesai mencuci piring,ia mengeringkan tangannya yang basah dengan handuk kecil.

Ia ingin segera istirahat. Tinggal di rumah bak neraka dunia ini membuatnya lelah secara fisik dan batin. Ia bergegas menuju kamar, sesaat ia melihat Ruslan tengah duduk di kursi luar menatap gawai dan menghisap sebatang rokok.

Mungkin dia ingin me-time setelah lelah bekerja seharian, begitu pikir Sofia sambil berlalu.

Sesampainya di kasur, dia menatap penuh lembut wajah dua malaikat kecilnya yang sudah pulas, mengusap rambut keduanya lalu mengecup kening keduanya dengan lembut. Kini gilirannya untuk terlelap.

Setelah beberapa jam terlelap, Sofia terbangun karena merasa tenggorokannya kering. Ia menoleh ke samping tak mendapati suaminya di ranjang. Lalu Sofia meraih gawai yang tergeletak di nakas, ia hanya memiliki waktu untuk menatap hape saat kedua anaknya terlelap. Di bukanya satu persatu pesan yang masuk di aplikasi hijau.

Deretan nama Papa mendominasi di list panggilan tak terjawab. "Papa ngapain kok daritadi telepon, Ya?" gumamnya. Ternyata ada satu chat yang belum dibacanya, tertera pesan masuk sudah dari jam 9 malam tadi.

[Sofia sayang, kalau ada waktu segera telepon papa ya. Ada berita bagus yang ingin papa sampaikan. Oiya, papa juga kangen sekali dengan kamu dan kedua malaikat kecil papa.]

Papanya memang selalu pandai mengungkapkan isi hati dibanding dirinya. Berbeda pula dengan sang mama yang lebih banyak diam tapi selalu menampilkan senyum menenangkan. Tak secerewet papanya, tapi rasa sayang yang ditunjukkan tak kalah dari sang papa.

Hati Sofia menghangat membaca pesan dari papanya, pundak yang terasa berat kini seolah hilang karenanya.

Tangannya mengetik balasan dengan lancar. [Nanti pagi kalau Sofia ada waktu luang, Sofia akan telepon papa. Jadi tunggu aja ya, kangen juga sama papa dan mama] Lalu menekan tanda kirim.

Sofia meletakkan gawainya kembali di atas nakas setelah selesai, dan beranjak dari kasur menuju ke dapur. Rasa haus masih terus menyerang tenggorokannya. Ketika ia sedang meneguk minuman dingin yang ia ambil dari kulkas, telinganya mendengar sayup-sayup percakapan seperti tengah berdiskusi. Rasa penasaran menelisik batin Sofia. Kakinya melangkah mengikuti insting pendengarannya yang ia pasang setajam mungkin. Ketika mendekat ke luar, suara orang berbincang itu semakin terdengar.

"Terus, kapan kamu cerai dari si bodoh Sofia? Dia itu udah miskin! Gak guna! Mending kamu cepat nikahin Stephanie secara resmi supaya Zen bisa kamu akui sebagai anak yang sah di mata negara."

Deg! Seolah degup jantung berhenti seketika setelah mendengar ucapan Rianti. Sofia yakin itu adalah suara Rianti yang ditujukan untuk Ruslan. Sofia berusaha untuk lebih melihat keduanya dari balik jendela. Terlihat Rianti duduk di samping Ruslan yang masih menghisap sebatang rokok.

"Nanti lah, bu. Sabar dulu.. Bagaimanapun Lucas dan Luna itu juga anakku. Kasihan kalau mereka harus berpisah dariku," jawabnya setelah menghembuskan asap rokok yang tadi dihisapnya.

"Alah, lagian kamu itu dulu udah ibu wanti-wanti.. Pakai pengaman kalau pas berhubungan. Kalau perlu, gak usah kamu tiduri si Sofia. Lagian kamu kan sekarang udah punya Stephanie sampek keluar si Zen. Masak masih kurang," cercanya pada putra sulungnya.

Ruslan terkekeh dan menjawab, "aku gak kuat bu, dia itu cantik badannya juga seksi terus..."

"Itu dulu, sekarang kan nggak!" Rianti memotong ucapan anaknya dan memasang mata melotot.

Seketika Sofia merasa dunianya runtuh, dunia yang menjadi poros hidupnya saat ini menghancurkan Sofia dengan begitu kejamnya. Ruslan, pria yang amat ia cintai sepenuh hati nyatanya begitu tega berbicara seperti itu dengan entengnya. Tubuhnya bergetar dan ia mulai menangis tanpa suara.

Dia mulai teringat serentetan kenangannya bersama Ruslan disaat dia begitu puja di keluarga ini, saat keluarganya belum jatuh miskin. Tak pernah keluarga Ho berkata kasar atau memaki dirinya. Kala itu mereka juga sering meminta uang pada Sofia tanpa malunya, tapi Sofia tak merasa keberatan karena menurutnya keluarga Ruslan juga merupakan keluarganya.

Tubuh Sofia membeku disitu, namun lututnya terasa lemas. Tangannya terasa dingin karena terkejut mendengar pengkhianatan yang dilakukan suami dengan keluarganya.

Siapa itu Stephanie? Siapa itu Zen? benaknya terus berpikir nama-nama yang begitu asing di telinganya.

Air mata terus luruh membasahi pipinya, ia ingin sekali beranjak dari tempatnya mematung. Namun begitu berat kakinya melangkah pergi. Tiba-tiba saja Rianti sudah masuk ke ruang tamu tempat Sofia mematung dan mendapati sang menantu yang berdiri terdiam di depannya. Matanya terbelalak namun sedetik kemudian memasang raut kesalnya seperti biasa. "Ngapain kamu disini? Nguping?"

Ruslan yang mendengar langsung menoleh. Dia terkejut luar biasa mendapati Sofia berdiri dengan mata dan pipi yang sudah basah.

Dia langsung membuang puntung rokoknya dan menghampiri Sofia. "Sofia..." Lidahnya tercekat karena otaknya masih mencari kata yang tepat untuk menjelaskan semuanya pada Sofia.

Akhirnya Sofia tergugu, mengeluarkan suara tangis yang menyayat hati. "Apa yang kamu bicarakan dengan ibu tadi benar, Mas?"

Ruslan berusaha untuk menyentuh bahu Sofia namun segera di tepis olehnya. "Mau jelasin apa, Mas? Aku udah denger semuanya! Siapa itu si jalang Stephanie?" pekik Sofia dengan emosi.

Sebuah tamparan mendarat di pipi kanan Sofia. "Berani kamu menyebut nama menantuku dengan kata jalang?! Justru kamulah yang jalang!!" Bentakan Rianti semakin membuat suasana semakin panas, Sofia memegang pipi kanannya yang terasa perih dan panas.

Seumur hidup, baru kali ini dia di tampar oleh orang.

"Lalu? Apa aku bukan menantu ibu?" Tatapan Sofia tajam mengarah Rianti. Kali ini ia tak ingin mengalah.

"Cih, tak sudi aku mempunyai menantu sepertimu!"

Terlihat kedua adik iparnya turun dari tangga karena mendengar suara teriakan di bawah.

"Cukup, Bu! Cukup sudah aku dihina dan diejek dengan kalian semua! Bahkan harga diri seorang pembantu pun lebih tinggi dariku yang selalu diperas tenaganya tanpa dibayar." Ucap Sofia dengan napas terengah-engah. Mata Sofia beralih menatap Ruslan. "Bahkan alasan aku bertahan dirumah yang tak beda dengan neraka ini adalah karena kamu, Mas. Tapi nyatanya apa? Ternyata kamu pun tak beda dengan keluarga mu yang biadab ini."

"Cukup Sofia!" Bentak Ruslan hingga membuat seluruh orang yang mendengar terkejut menatapnya. Topeng yang dikenakan Ruslan perlahan mulai terbuka. Ia sebenarnya tak selembut dan tak sebaik yang Sofia kira.

Hidupnya ia dedikasikan hanya untuk ibu dan kedua adiknya. Tentu ia akan marah besar jika mendengar hinaan untuk keluarganya. Tangan Ruslan menarik paksa tangan Sofia dengan kasar menuju ke dalam kamar. "Lepas! Lepasin, Mas!" Sofia berusaha meronta. Tapi apa daya, tenaga Ruslan tentu lebih kuat darinya.

Riana dan Rey yang melihat pemandangan itu lantas tersenyum licik sambil mengucap, "mampus kan lo!" Mereka begitu kompak jika tentang menghina, merendahkan dan bahagia diatas penderitaan Sofia. Begitupun Rianti, ia terlihat begitu puas akhirnya Sofia akan dihajar oleh Ruslan. Dia begitu menunggu momentum seperti ini.

Sampai di kamar, Ruslan menghempaskan tubuh istrinya yang kurus di atas ranjang dengan kasar hingga membuat kedua anaknya menggeliat dan akhirnya terbangun.

Ruslan terlihat seperti sedang mencari sesuatu. Dia menemukan sabuk ikat yang sering dipakainya, lalu meraih dan hendak menyambuk tubuh Sofia dengan sabuk ikat. Tanpa basa-basi, satu cambukan berhasil di lepas oleh Ruslan mengenai pinggang Sofia. Hal itu sukses membuat Sofia menjerit kesakitan. Jeritan itu juga disusul oleh tangisan Lucas dan Luna.

"Mama!" jerit Lucas, sedang Luna hanya menangis ketakutan. Tangisan kedua anaknya seketika membuat Ruslan sadar akan perbuatannya. Ia melempar asal sabuk ikatnya dan menghampiri kedua anaknya. Namun Lucas dan Luna terlanjur takut dan memilih menghampiri Sofia.

Komen (7)
goodnovel comment avatar
Hersa Hersa
perempuan tolol mau diperbudak cinta, makan tuuuh !!
goodnovel comment avatar
Risma Nadeak
karma itu buat wanita yg terlalu memuja cinta dan tak mendengar nasihat org tua
goodnovel comment avatar
Risma Nadeak
makan tuh cinta sampai di perbudak wkwkwk ... cinta boleh tapi jgn buta juga ......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status