Tamara sudah pulih, kini dia bersiap untuk memulai aksi balas dendamnya kepada Andi dan Bella. Setelah semua barang milik Gery dijual oleh Baron, kini dia memiliki sedikit modal untuk melakukan aksinya. Belum lagi uang yang tersimpan di rekening Gery yang lumayan banyak. Membuat Tamara tidak merasa miskin lagi. Kini dia tengah berencana untuk mengambil semua hartanya yang telah diberikan Gery kepada istrinya. Apalagi keberadaan istri Gery telah diketahui, Baron dan anak buahnya memang bisa diandalkan untuk masalah mencari tahu keberadaan istri Gery. Kehidupan Bella dan Andi pun juga selalu mereka awasi, apalagi sekarang gugatan cerai yang diajukan oleh Andi telah diputuskan. Secara resmi kini mereka telah bercerai. Membuat Tamara begitu membenci Andi dan Bella. "Kita lanjutkan rencana kita, sesuai rencana yang telah kita susun" ucap Tamara kepada Baron dan Ruby serta anak buah Baron. Sedangkan Tessa hanya duduk mengamati mereka sambil memakan buah apel yang sudah terpotong dalam piri
Bella Ghafira Indriani seorang wanita single yang sedang sibuk mencari pekerjaan di media elektronik dan koran harian. Setumpuk lembaran koran menghiasi meja didalam kamarnya. Setelah satu minggu berhenti dari perusahaan tempat dia bekerja dahulu. Kini dia sibuk mencari kerjaan yang baru karena tidak ingin lama-lama menganggur. Dia membutuhkan banyak uang untuk biaya berobat ibunya. Semenjak dua tahun yang lalu ibundanya di vonis mengidap penyakit kanker serviks stadium tiga. Meskipun sudah hampir tidak mungkin untuk diobati, setidaknya bisa memperlambat menjalarnya penyakit tersebut di tubuh bundanya. Bella terpaksa berhenti bekerja karena mendapat pelecehan dari manajer keuangan di perusahaan terdahulu. Dia dituduh sengaja merayu si manajer dan meminta sejumlah uang untuk dirinya. Padahal itu semua fitnah yang dilakukan oleh pria botak yang memang mata keranjang. Padahal dia yang sering melakukan korupsi dan uangnya dipakai untuk merayu para karyawan wanita agar bisa ditiduri olehny
Bella akan memulai kerja hari ini, setelah berpikir keras semalam. Akhirnya dia memutuskan untuk benar-benar memakai hijab, tidak hanya saat di kantor melainkan di waktu lainnya juga. Sebenarnya ada perasaan sedikit sedih dalam hati Bela meninggalkan ibunya seorang diri di rumah. Untuk sementata waktu dia mengandalkan anak tetangga sebelahnya untuk menjaga ibunya. Mungkin setelah ini dia akan mencari seseorang yang bisa merawat ibunya dengan baik. Mengingat gaji yang di tawarkan oleh Tamara pada kontrak kerjanya semalam lumayan besar. Kedatangan Bella di kantor sudah ditunggu seorang karyawan bernama Lia yang sengaja ditugaskan untuk menunjukkan ruang kerja Bella serta pekerjaan Bella nantinya. Melihat ruangan kerja yang bagus dia merasa benar-benar telah dihargai oleh Tamara. "Udah mulai masuk kerja kan, makan siang bareng yuk" Renata mengirim sebuah pesan kepada Bela. "Ok" balasnya singkat. Saat hendak menuju ke pantry membuat kopi, Bella berpapasan dengan seorang pria dengan waj
Hari ini akan ada meeting bersama dengan bosnya di sebuah hotel berbintang lima yang terkenal dikota ini. Bella mematut dirinya didepan cermin, pashmina herwarna peach yang dipakainya sebagai penutup kepala nya. Dipadukan dengan blazer coklat dengan dalaman kemeja senada dengan kerudungnya. Serta trouser berwarna coklat senada dengan blazernya memberikan penampilan elegan yang anggun kepada Bela. Dia terlihat begitu memukau hari ini. Hari ini merupakan meeting dengan rekan bisnis yang sangat penting, jadi dia harus menampilkan ke profesionalannya agar tidak mempermalukan bosnya. "Pak, ini file untuk meeting siang nanti" Bella menyodorkan map berwarna biru kepada bosnya. "Baik akan saya cek, terimakasih" ucapnya tanpa melihat ke arah Bella. Ada rasa nyeri menyelimuti hati Bella ketika Andi tidak terlihat ramah dan sedikit merayu seperti biasanya. "Sadar Bel, dia itu suami orang. Jangan genit minta dirayu. Kamu mau dicap sebagai pelakor" tegurnya didalam hati agar tidak berharap sesua
Tamara yang terkejut oleh teriakan suaminya itu, langsung gugup ketika melihat tatapan mengerikan yang diarahkan oleh suaminya itu. Tak pernah dia melihat sorot mata seperti itu dari Andi, meskipun dia begitu marah dengan sifat cemburu Tamara. Tapi tatapan tajam seperti itu tidak pernah Andi perlihatkan kepadanya. Tamara pun langsung terdiam gugup dan juga takut. "Ada apa pak Andi" tanya seorang pria paruh baya yang baru saja ikut keluar dari kamar yang dimasuki oleh Andi tadi. Kini mereka berdiri berdampingan di luar kamar. "Aku tidak menyangka kamu mas. Ternyata kamu akan menikmati wanita murahan ini bersama pria tua ini" decih Tamara seolah dia jijik. Tamara berakting seolah-olah dia telah dikhianati. Dia sengaja melakukan hal tersebut agar mendapat simpatik orang-orang yang melihat kejadian tadi. "Tutup mulut kamu Tamara" teriak Andi begitu lantang. "Maksudnya apa ini?" tanya pria paruh baya itu bingung kepada wanita yang ada didepannya yang tengah mengarahkan handphone ke arah
Memang Andi selalu bersikap dingin dan acuh kepada dirinya. Namun kali ini berbeda, dirinya benar-benar marah pada Tamara. Sudah bisa dipastikan dia juga akan menjaga jarak dengan Tamara. Padahal hubungan mereka sedikit membaik sebelumnya, Andi sudah bersikap mulai mencoba untuk menerima kehadiran Tamara dalam hidupnya. Selama tiga tahun pernikahan, tak pernah sedikit pun Andi menghangatkan tubuh Tamara. Selalu dia berkata, tidak ingin menyentuh Tamara tanpa memiliki cinta. Sehingga membuat Tamara sedikit heran, apakah dirinya normal. Sebab itulah Tamara terlalu over protektif takutnya Andi tidak akan pernah mencintai dirinya. Tidak seperti dirinya yang mencintai Andi. Kejadian tiga tahun yang lalu lah membuat Tamara mencintai Andi begitu dalam. Lebih tepatnya cinta pada pandangan pertama. Tamara selalu melakukan berbagai cara untuk memiliki Andi seutuhnya. Namun tidak pernah berhasil. Sebuah panggilan masuk dari mommy. Ya, ibu Andi. Mertuanya Tamara, Listy. Tamara sudah yakin sekal
Bella, pulang dengan raut wajah yang sedih. Bagaimana tidak? Beberapa karyawan dikantor ada yang mencibir dirinya. Meski Renata membela dirinya dan juga mengatakan untuk tidak terlalu memikirkan perkataan buruk dari orang lain. Tapi tetap saja, dia merasa risih dan dianggap pelakor. Padahal dirinya tidak sehina yang mereka katakan. Saat ingin menyebrang jalan, Bella tidak sadar kalau dirinya hampir saja akan ditabrak sebuah mobil. Untung ada seseorang yang menarik dirinya untuk mundur ke belakang. "Ya Allah neng cantik, jangan berpikir ingin bunuh diri. Kalau ada masalah lebih baik diselesaikan secara perlahan. Jangan neng pikir, kalau neng mati masalah selesai. Tapi malah akan menimbulkan masalah baru" jelas seorang wanita paruh baya yang terlihat kurus dan juga dekil. Beliau membawa seorang anak kecil yang ada di dalam gerobaknya. Terlihat kurus dan seperti kurang gizi. "Maaf bu. Saya tidak menyadari kalau saya jalan di tengah jalan" jawab Bella yang memang tidak sadar tadi. Dia te
Bu Fatimah mengangguk setuju dan tersenyum bahagia. Masih ada orang baik yang mau menerima beliau, serta bersikap ramah seperti ini. Tak henti-hentinya beliau mengucapkan rasa syukur atas kejadian hari ini. "Bu, saya mau tanya. Apakah Fitria sudah memiliki identitas? Maksudnya seperti akta kelahiran atau sudah tercatat di catatan sipil" tanya Bella. Dia berniat ingin mengadopsi Fitria menjadi anak angkatnya. "Belum neng, saya tidak terlalu paham masalah seperti itu. Maklum ibu tidak sekolah tinggi. Hanya lulusan SD" jawab bu Fatimah lemah. "Gini bu, saya berniat ingin mengadopsi Fitria jadi anak angkat saya jika ibu berkenan. Biar nanti untuk identitas Fitria saya yang akan urus ke catatan sipil bu" Bella mengutarakan niat baiknya yang sedari tadi merasa iba dengan kondisi Fitria yang terlihat begitu memprihatinkan. "Ya Allah neng, neng Bella baik sekali. Mau mengadopsi Fitria yang tidak tau asal usulnya ini. Padahal neng baru kenal kami, tapi neng Bella sudah sangat begitu perhat