Selamat pagi. Sudah lama tidak up. Selamat membaca,😋
Nada duduk pada sebuah kursi di trotoar jalan. Dia memandang kumpulan pemuda di seberang jalan yang tampak tertawa dengan duduk melingkari sebuah meja. Sepertinya mereka sedang membicarakan sesuatu yang seru. Tangan kanan tidak terasa terangkat dan bertengger di atas perutnya yang masih rata. Dia mengingat kenangan saat Saka sering mengajaknya keluar dan minum bersama sembari bersenda gurau. Tiba-tiba saja tatapannya menerawang ketika mengingat pengkhianatan dan kebohongan pria itu. Ingin sekali dia memutar waktu karena menyesal pernah mengenal Saka. Tidak. Untuk anak dalam kandungannya dia tidak menyesal sama sekali karena bagi Nada itu adalah sebuah anugerah. Di saat kegiatannya hanya diam, sebuah suara menyapa indra pendengaran. "Nada." Nada menoleh, dia terkejut ketika melihat keberadaan Aska di sampingnya. Pria itu berdiri menggunakan kacamata hitam. "Kak Aska," panggil Nada dengan rasa terkejut. Perempuan itu tidak menyangka akan bertemu dengan mantan calon kakak iparnya di t
Nada menatap Aska penuh dengan kebingungan, mencari pengertian dari mimik wajah dari pria di hadapannya. "Mak—maksud Kak Aska apa, sih?" Aska menghela napas dalam. "Kamu akan tinggal di sini. Daripada kamu luntang-lantung di jalan, mending di sini bukan? Apalagi kamu sedang hamil," ucap Aska tanpa menoleh. Bola mata Nada melotot. Dalam hati bertanya-tanya tahu dari mana Aska kalau dirinya sedang hamil? Menyadari keterdiaman Nada, Aska melirik perempuan itu. Terlihat mimik terkejut di sana. "Jangan terkejut. Saya sudah tahu semuanya dari adik kamu." Nada hanya diam dalam lamunan. "Ayo turun." Hingga perkataan Aska menyadarkan dirinya. Dia melihat pria itu yang ingin membuka sabuk pengaman. "Tunggu, Kak," ucapnya yang spontan memegang tangan Aska agar pria itu tidak membuka sabuk pengamannya. Arah pandangan Aska yang ke bawah membuat dirinya turut ikut melihat apa yang pria itu lihat. Bola mata Nada melebar saat menyadari tangannya yang telah lancang memegang tangan Aska. "Maaf-ma
Sesuai kesepakatan kemarin antara dirinya dan juga Aska. Untuk sementara Nada akan tinggal di apartemen pria itu yang katanya menganggur. Sedangkan Aska akan mencarikan kontrakan yang sesuai dengan keinginan Nada. Bosan. Satu kata yang kini dirasakan oleh wanita yang tengah hamil muda itu. Sendirian di apartemen tanpa melakukan apa pun. Menonton tivi? Sudah dia lakukan sejak pagi. Akan tetapi, itu tidak juga membuat rasa bosan dalam diri Nada hilang. Nada menyandarkan punggung pada sandaran sofa, dia mengembuskan napasnya kasar dengan bola mata yang mengedar. Saat dia mengamati suasana apartemen, sebuah ide tiba-tiba datang dalam benaknya. Perempuan itu pun bangkit dengan cepat. "Daripada melamun, lebih baik aku bersih-bersih apartemen saja. Anggap saja ini sebagai bentuk terima kasih pada Kak Aska atas tumpangannya untuk tinggal." Nada mengangguk. Perempuan itu mulai beranjak untuk mencari alat bersih-bersih. Pertama-tama dia akan mencari kemoceng dan lap bersih untuk membersihkan
Baik Nada dan Aska langsung menoleh ke asal suara dan melihat sosok perempuan dengan kaus putih bergambar beruang dari salah satu pintu.Jika Aska tampak bingung dengan sosok itu, berbeda dengan Nada yang malah mengembangkan senyumnya. "Salsa?" panggil Nada dengan senyum lebar.Kedua perempuan itu pun langsung berjalan cepat untuk saling mendekat. "Hei. Hati-hati," ujar Aska dengan sedikit rasa panik kala melihat Nada yang berlari.Aneh. Meski dalam keadaan khawatir ekspresi pria itu masih saja sama. Aska berdecak lalu mendekati Nada dan sosok perempuan yang memanggil nama mantan calon adik iparnya itu.Aska masih berdiri menatap dua perempuan di hadapannya, sepertinya tengah melepas rindu. Detik kemudian dia melihat Salsa yang menatapnya."Pest. Dia siapa?" tanya Salsa pada Nada.Nada menatap sejenak Aska di mana wajah pria itu langsung membuat dirinya merasa kikuk. "Oh. Kenalin, Sa. Ini Kak Aska. Kak Aska ini Salsa," ujar Nada memperkenalkan dua orang yang belum saling mengenal itu.
Kini, hanya tinggal Salsa dan juga Nada yang ada di kontrakan Nada. Selepas Aska keceplosan aksn kehamilan Nada, pria itu tahu kalau dia harus undur diri dan memberi kesempatan untuk dua wanita itu saling berbicara satu sama lain."Jadi, apa yang sebenrnya terjadi, Nad?" tanya Salsa. Mendengar kehamilan Nada nafsu makan Salsa serasa hilang seketika padahal menu-menu enak masih terhidang di depan mereka.Nada menunduk dengan perasaan malu. Dia menarik napas panjang dan mulai menceritakan semua yang telah terjadi pada dirinya, tanpa ada yang ditutupi satu pun."Jadi, pria tadi adalah mantan calon kakak ipar kamu?" tanya Salsa dengan menunjuk ke arah luar. Padahal, sudah tidak ada siapa pun di sana.Nada mengangguk dengan pelan. "Ya. Aku juga tidak tahu bagaimana ceritanya dia bisa menemukan aku dan akhirnya menolong aku," jelas Nada."Tapi, Nad. Kehamilan kamu ini pastinya nanti akan bertambah besar. Kita tidak bisa menutupinya dari orang l
"Si---silakan menikmati hidangannya," ujar Nada dengan kikuk. Dia pun segera kembali ke belakang dan di sana dia bertemu dengan Salsa yang juga baru saja selesai mengantar pesanan pelanggan.Salsa yang melihat wajah pucat Nada langsung merasa bingung. "Kamu kenapa?" tanyanya dengan kerutan di kening.Tampak Nada yang menarik napas dalam di hadapan Salsa, perempuan itu seperti baru saja kehilangan oksigen dari tubuhnya. Baru saja ingin memberitahu, tetapi Salsa keburu terpanggil oleh pesanan yang sudah siap dan harus diantar."Sebentar. Aku antar pesanan dulu," ucap Salsa dengan menepuk pundak Nada pelan. Perempuan itu langsung berlalu.Nada menurunkan bahu dengan embusan napas kasar. Dia memilih untuk duduk lalu meneguk minuman. Tak lama, Salsa pun sudah kembali, kali ini dengan wajahnya yang menunjuk kepanikan. "Nada, Nada," panggil Salsa dengan menepuk lengan Nada cukup keras."Apa sih, Sal? Sakit," ujar Nada dengan wajah memelas.
Seorang perempuan cantik baru saja keluar dari mobil, dia memasuki lobi sebuah perusahaan yang dipegang oleh suaminya. Tunggu, sepertinya calon mantan suami, kalau pria itu mau mengurusi suratnya. Dia berjalan anggun melewati lobi menuju meja resepsionis. "Pak Sakanya ada di tempat?" tanya Rina.Perempuan di balik meja resepsionis pun mengangguk. "Iya.""Bagus." Setelah mengatakan itu Rina pun langsung berjalan ke arah lift.Tentu saja sang resepsionis langsung panik dan segera keluar dari balik meja untuk mengejar tamu tadi. Dia menggapai tangan Rina. "Maaf. Anda mau ke mana?" tanya resepsionis itu."Ya bertemu suami saya," jawab Rina santai.Bola mata sang resepsionis pun melotot, dia langsung melepaskan cekalan tangannya pada perempuan yang baru datang itu. Dalam hati dia bertanya, "Inikah istri direktur perusahaan ini?"Kabar mengenai direktur perusahaan ini yang akan menikah dengan salah satu karyawan tetapi gagal
Nada langsung menoleh ke salah satu pelanggan di mana pesanannya baru saja dia antarkan. Bola mata perempuan itu melotot seketika karena merasa terkejut akan keberadaan istrinya Saka di sini. Tidak pernah membayangkan Nada kalau sosok seperti istrinya Saka akan berkunjung ke rumah makan seperti ini. Nada masih mematung akibat terkejut itu, entah apa yang akan terjadi pada dirinya setelah ini.Rina tersenyum miring. Perempuan itu pun bangkit dari tempat duduknya sembari memerhatikan penampilan Nada dengan pakaian pelayan tempat makan ini. "Kamu bekerja di sini rupanya?" tanya Rina dengan melipat tangan di depan dada, tatapan meremehkan itu ada di sana.Rindi dan Zizi saling tatap sebelum akhirnya mereka menatap Rina kembali. "Siapa, Rin?" tanya Zizi kemudian.Rina menoleh ke arah temannya sesaat. "Perempuan yang aku ceritakan sama kalian. Pelaku ituloh." Rina menjawab dengan begitu santai.Sempat dua temannya tadi merasa bingung, tetapi di detik be