Home / Rumah Tangga / Aku Bukan Satu-Satunya / 3 Detik Yang Singkat

Share

3 Detik Yang Singkat

Author: Rose Bloom
last update Huling Na-update: 2023-05-24 14:41:08

“Akhirnya kita bisa bertemu lagi.” Suara itu membuyarkan lamunan Amira.

Amira tengah duduk bersantai di taman mini yang ada di roof top rumah sakit. Amira spontan berdiri, sebelah tangannya menyembunyikan minuman kaleng rasa kopi di belakang punggungnya. Amira lega saat yang menemuinya adalah Alan bukan orang penting lainnya, seperti Pak Bondan yang berprofesi sebagai direktur rumah sakit, atau Pak Juan yang dulunya adalah dosen Amira saat di kampus dan ternyata salah satu investor di rumah sakit ini.

“Mas Alan,” kata Amira sembari menghembuskan napas berat. Alan maju beberapa langkah seperti gerakan hendak memeluk Amira. Namun, Amira menepis tangan Alan yang hendak menyentuhnya.

Alan terdiam, dia sangat paham jika sikap Amira telah berubah total padanya. Alan hanya bisa menahan Amira agar tidak pergi, dia sangat merindukan istrinya itu. Alan ingin melihat wajahnya dan mengobrol santai seperti dulu.

“Kita bicara dulu sebentar, ya,” mohon Alan dengan suaranya yang lirih sendu. Amira m
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
Jumarti Umirosi
kenapa amira lemah banget sih nyebelin jg lama² ,Alan jg lama2 bikin jijik sikapnya gak jelas.
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
cinta nikshin wanita lain sebelum nikahin mira ,muna dan dusta
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Kembalilah Dengannya

    "Amira... Amira... Tunggu dengarkan Mas dulu."Alan mengejar Amira yang baru saja turun dari mobil taxi. Hampir lima kali lebih Alan mengunjungi rumah paman dan bibi Amira, tetapi dia tidak pernah diizinkan untuk bertemu dengan Amira. Alan tidak menyerah, dia selalu datang ke rumah ini. Dan beruntungnya saat dia baru sampai, Amira pun juga baru datang entah dari mana. Alan menahan lengan Amira, wanitanya itu sama sekali tidak mau memandang Alan. Seolah tak sudi berurusan dengan Alan lagi. Alan hanya ingin membuktikan bahwa dirinya masih pria yang sama seperti awal pertama kali mereka bertemu. "Sayang, kita perbaiki lagi dari awal ya." Amira masih membelakangi Alan, tak kuasa menahan rindu Alan memeluk tubuh mungil Amira dari belakang. "Bukan kita yang harus diperbaiki, Mas. Tapi kamu sendiri yang harus diperbaiki." Amira berkata lantang, padahal dia berusaha mengontrol emosinya, sayangnya melihat Alan membuatnya muak. "Aku tahu, terus di sampingku, bimbing aku. Aku memang keterlal

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Amira dan Bram

    Pagi yang hangat ini membuat Amira bersemangat. Dia sudah pulih, dan kini memutuskan tinggal dengan paman dan bibi untuk sementara sebelum kembali ke desa tempat orang tuanya tinggal, karena masih ada urusan yang harus Amira selesaikan di kota ini. Amira sudah berpikir panjang, dia akan hidup damai di desa bersama kedua orang tuanya dan demi kesehatannya agar bayi yang dikandungnya juga sehat. Kata dokter setres akan membuatnya dalam masalah, Amira tidak ingin egois karena dirinya sekarang adalah seorang ibu. Jadi, dia harus mengutamakan kesehatan bayinya. Pikiran Amira saat ini lebih tenang, dia mengesampingkan masalah-masalah yang terjadi padanya. Amira menutup semua akses Alan untuk menghubunginya, bahkan dia menyuruh paman dan bibi untuk tidak menerima Alan datang ke rumah ini."Apa kamu yakin mau berangkat ke kantor?" Bibi Hanum menahan tangan Amira karena khawatir keponakannya itu jatuh sakit lagi. "Iya, Nak. Paman antar saja ya, meskipun pakai motor itu lebih aman dari pada

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Dari Hati ke Hati

    "Bisahkah kita bicara?" tanya Luna tanpa ekspresi. Bram hanya menganggukkan kepala. Setelahnya Luna berjalan lebih dulu dan diekori oleh Bram. Pria itu hanya diam, sebelumnya dia telah menyiapkan diri jika keadaan seperti sekarang ini terjadi. Bram akan terima sumpah serapah dari mantan kekasihnya itu, atau dia akan terima jika Luna memarahinya habis-habisan. Bram akui bahwa dirinya pria jahat yang telah mempermainkan hati seorang wanita yang sangat baik seperti Luna. Namun, disaat dia sadar bahwa dirinya salah Bram segera memutuskan hubungan mereka agar Luna tidak berharap banyak padanya. Tetap saja perpisahan mereka menciptakan luka yang amat besar di hati Luna. Di taman rumah sakit yang bunga-bunganya mulai bermekaran, dan cuaca pun mendukung kesejukan hari ini. Bram dan Luna diam sesaat sejak mereka duduk disalah satu kursi taman. Luna masih menyiapkan diri untuk mengungkapkan apa yang telah ia pendam sejak lama. Dan Bram pun kini sedang berkelut dengan pikirannya. "Aku...," u

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Hati Yang Lapang

    "Dia sudah sadar," ujar Paman Amira yang masih setia berada di rumah sakit untuk menemani keponakannya itu.Alan dengan wajah bahagianya segera memasuki kamar inap yang ditempati Amira. Namun, dia tidak menemukan Amira di sana. "Amira di mana, Paman?" Paman Oki menunjuk arah di mana Amira berada. Alan segera menyusul, dia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan sang pujaan hati. Dentuman detak jantung Alan bertalu begitu riang, seperti halnya dia akan bertemu dengan gadis yang baru ia temui untuk pertama kalinya. Waktu seolah melambat, desiran angin seolah menjadi musik pengiring langkah-langkah kaki Alan. Alan bisa melihat wajah pucat nan cantik itu dalam keadaan damai sedang menatap pemandangan di depannya melalui kaca jendela. Amira duduk di kursi roda, tubuhnya yang kurus membuat Alan seperti dihantam batu besar. Bukti bahwa Alan tidak bisa menjaga dan gagal memberikan usaha yang terbaik untuk Amira. "Amira," ucapnya lembut. Namun, sang pemilik nama masih enggan untuk menoleh.

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Tidak Bisa Mengelak Lagi

    Pintu dibanting kuat-kuat !!!Dubraakkk....Sang empu rumah yang sedang berkumpul di ruang tengah terkejut mendengar suara debuman keras itu dari luar. Alan menghampiri seluruh anggota keluarganya dengan wajahnya yang memerah. Yang pertama kali menghampiri Alan adalah sang ibu, bersuara dengan nada lembut menenangkan untuk meredakan emosi Alan. "Ada apa, Nak? Datang-datang kok banting pintu?"Alan tidak menjawab, kedua manik matanya mencari sosok wanita yang ingin ia beri pelajaran. Kayla yang masih duduk di kursinya, bersembunyi dibalik punggung ibu Alan."Di mana Kayla?""Ada apa? Apa karena Amira lagi? Berulah apa lagi dia?" tanya Asna, kakak Alan yang seketika itu juga mendapat pelototan dari Alan. "Jaga ucapanmu, Mbak."Detik itu juga semua orang kebingungan. Kayla masih bersembunyi, perasaannya tidak enak. Tidak mungkin Alan tahu apa yang telah diperbuatnya, dia tidak perlu takut karena tidak ada bukti yang bisa menyudutkannya.Kayla berusaha bangkit, perutnya yang kian membes

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Terungkap

    "Apa maksudmu?"Bram yang tidak sabar menarik kerah kemeja Sandi. Semua orang menunggu penjelasan dari dokter muda itu. Sandi memantapkan diri, dia menahan lengan Bram untuk mengendurkan cengekeramannya."Aku-aku yang memberitahu Kayla bahwa Amira sedang hamil.""Apa? Kita berusaha untuk menyembunyikannya. Mengapa kamu melakukannya?" Nada Luna mulai meninggi, dia tahu jika kehamilan Amira tersebar sahabatnya itu tidak akan aman. Keluarga Alan akan meragukan kehamilan Amira dan akan membuat Amira sangat sedih, begitu pula masih ada bayang-bayang Kayla yang selalu mengusik kehidupan Amira, arena itu kehamilannya dirahasiakan agar Amira bisa hidup dengan tenang. "Maafkan aku. Tujuanku agar Kayla sadar akan posisinya. Aku yakin bahwa Kayla yang merencanakan kecelakaan ini, karena kejadian sebelumnya juga ulah wanita itu.""Jangan mengada-ada, Kayla tidak akan melakukan kejahatan seperti ini."Hanum murka saat melihat Alan lebih membela istri keduanya. Jelas-jelas Amira sedang dalam keada

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status