Chapter: Anak Untuk George"Cailey, tolong antarkan di lantai dua."Hari kedua Cailey bekerja di pub dan dia sudah bisa beradaptasi dengan baik. Cailey sudah hafal seluruh bagian di kafe malam ini. Dia sangat bersemangat untuk bekerja, dia sangat hati-hati agar tidak membuat kesalahan. "Tapi...." Shopia menahan lengan Cailey, "Kau harus hati-hati orang-orang ini sangat nakal.""Eugh... Tolong aku, perutku sakit sekali." Shopia memegang perutnya, lalu pergi begitu saja. Cailey hanya menggelengkan kepalanya, dia mengambil napas untuk bersiap-siap menghadapi pria-pria nakal seperti kata Shopia. Kedua mata Cailey menyusuri setiap meja yang ada di lantai dua ini. Setelah menemukan meja yang hendak ia tuju, Cailey memberanikan diri untuk mendekat. Sebelum menaruh minuman itu, dia tersenyum sangat ramah tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Saat Cailey berjongkok, satu tangan mengusap kepalanya lalu turun ke punggungnya. Cailey sudah panas dingin, tetapi dia masih bersikap tenang selama pria itu tidak melakukan hal y
Terakhir Diperbarui: 2025-08-31
Chapter: Tawaran Mengejutkan"Oh dia... pria yang waktu itu," ucap Cailey berbisik. Pria dengan tatapan tegas itu yang Cailey temui di acara pernikahan Mike. Ya dia ingat sekali wajah pria yang menatapnya sangat intens kala itu. Dan benar saja, pria itu juga menatapnya dengan tatapan elang seolah ingin melahap Cailey saat ini. Cailey segera menundukkan kepala. Namun, yang membuatnya heran, aroma parfum itu mengingatkannya dengan hal lain. Dia merutuki ingatannya yang kian hari menurun. "Silahkan dinikmati, Tuan." Cailey mundur beberapa langkah, lalu berbalik untuk kembali ke tempat Shopia. "Tunggu!" Cailey menghentikan langkahnya, dia berbalik lalu menghadap pria yang tak diketahui namanya itu. Pria itu menuangkan Limoncello ke dalam gelas, menyeruputnya dikit demi sedikit sembari memejamkan kedua matanya."Kulihat kau sedang kesulitan, Nona," ucapnya dengan suaranya yang berat. Itu pertama kalinya Cailey mendengar suara pria itu. "Tahu dari mana dia?" Cailey membatin, mungkinkah wajahnya begitu kentara jika
Terakhir Diperbarui: 2025-08-25
Chapter: Para Lintah Darat"Aku pulang...."Byuuurrrr...Satu ember air dingin itu membasahi tubuh Cailey. "Mom?" Plakkk...Cailey memegang pipinya yang perih. Sudah hal biasa dia mendapatkan perlakuan kasar dari ibunya seperti ini. Dia tidak perlu menebaknya, pasti ibunya telah tahu bahwa dia telah berpisah dengan Mike. Berita itu sudah menyebar ke seluruh negeri, itulah yang membuat ibunya marah karena gagal mendapatkan menantu kaya raya. "Dasar tidak becus. Bagaimana bisa kekasihmu menikah dengan wanita lain?" Nora, ibu Cailey hampir menamparnya lagi. Namun, Cailey segera menahan tangan sang ibu. "Itu kehendaknya, Mom. Aku tidak bisa memaksa Mike untuk menikah denganku.""Itu karena kamu bodoh. Merayu pria saja tidak bisa." Cailey memejamkan kedua matanya, dia tidak bisa mendebat perkataan sang ibu karena pastinya dia selalu kalah. Dia melihat ayahnya yang sedang menonton perdebatan mereka di belakang sang ibu dengan wajah pucat di atas kursi roda. Sang ayah seperti ingin berbicara untuk membela Cailey,
Terakhir Diperbarui: 2025-08-25
Chapter: Tidur Dengan Pria Asing"Jangan ganggu aku lagi, aku batalkan rencana pernikahan kita." Bagai disambar petir, air mata Cailey luruh semakin deras. Dadanya kian sesak sehingga dia memukul-mukul pelan dadanya agar bisa bernapas. Kata-kata Mike membuatnya hancur, pria yang selalu mencintainya dan berjanji akan selalu bersama-sama, nyatanya mengkhianati Cailey sejahat ini. "Kamu jahat." Cailey memukul lengan, dada, dan perut Mike. Dia sangat kecewa, dia ingin meluapkan kemarahannya kepada pria di depannya ini. Cailey telah jatuh hati sedalam-dalamnya, dia sangat mencintai Mike. Sekarang cinta itu sirna di hatinya dan berubah menjadi kebencian. "Kamu jahat, Mike," teriak Cailey lagi dan dia lebih keras memukul dada Mike. "Hentikan wanita gila!" Cailey didorong kuat hingga terjatuh ke lantai. Sakit di tubuhnya tidak terasa apapun, tetapi di hatinya mulai sakit lebam membiru. MIke membuang muka, Cailey bisa melihat wajah Mike yang jijik saat melihatnya. Ah ya... Status mereka tidak setara, Mike adalah pria kay
Terakhir Diperbarui: 2025-08-23
Chapter: Bukan Pernikahanku"Tidak mungkin... Tidak mungkin." Tubuhnya lemah dan gemetar menembus jalanan yang padat dan ramai. Hingga berhenti di pembatas antara trotoar dan jalan raya, Cailey menghentikan langkahnya, lalu menunggu lampu lalu lintas itu menampakkan warna hijau. Namun... Cailey menghitung tiap detiknya di dalam hati, dia tidak sabar untuk menyeberangi jalanan aspal ini. Hatinya kian bergemuruh, kalau bisa dia ingin menerobos saja. Sayangnya dia masih sayang dengan nyawanya. Akhirnya lampu berwarna hijau itu muncul. "Tidak mungkin...." Cailey bergumam kecil, pikirannya sedang kacau saat ini. Tubuhnya gemetar saat mengingat berita yang bermunculan di televisi. Dia berjalan dengan sisa-sisa kekuatannya menuju lokasi yang disebutkan oleh berita beberapa menit yang lalu. "Dia mencintaiku, dia tidak akan...tidak-tidak." Tangis Cailey pecah, dia berusaha menjemput kekasihnya.Dari pintu masuk menuju gedung pencakar langit itu banyak mobil-mobil mewah berdatangan. Cailey berusaha tetap tenang. Dia
Terakhir Diperbarui: 2025-08-18
Chapter: Menjadi Satu-Satunya"Kalau begitu izin membawa Amira untuk bertemu orang tua saya." Alan sangat canggung dan formal. Bahkan sampai membungkuk di depan ayah Amira. Alan dan Amira meninggalkan rumah paman dan bibi. Mereka segera menemui orang tua Alan untuk meminta restu. Setelah kepergian mereka, keheningan menyelimuti rumah paman dan bibi. Mereka berkelut dengan pikiran masing-masing. "Apa mungkin jika hubungan mereka diteruskan?" Bibi Hanum memecah konsentrasi mereka. Ayah, ibu, dan paman Amira memandangnya intens. "Apa kalian tidak khawatir?" Ya, Bibi Hanum yang sangat khawatir jika Amira dan Alan kembali bersama. Ada perasaan tidak ikhlas jika Amira yang sudah ia anggap sebagai anak sendiri berbaikan dengan Alan dan keluarganya setelah Amira disakiti batinnya berkali-kali. "Mereka saling jatuh cinta," jawab Ayah Arif. "Jangan hanya karena cinta, coba pikirkan saat....""Bu, mereka sudah berjodoh. Mereka sudah ditakdirkan untuk bersama. Semesta pun merestui mereka untuk kembali bersama lagi, jika s
Terakhir Diperbarui: 2025-08-03
Chapter: Restu Keempat Orang TuaAlan sudah jauh lebih sehat. Butuh waktu tiga hari untuk dirawat di rumah sakit, dan juga atas ocehan Amira yang memaksa Alan untuk makan dan minum obat setiap harinya membuat pria itu lebih cepat pulih. Akhirnya hari ini Alan sudah diperbolehkan untuk pulang. Dokter juga manusia, dia bisa sakit dan lemah. Amira tidak memperbolehkan Alan untuk bekerja setelah ini sampai benar-benar tubuhnya pulih. Alan tidak membantah, dia sangat senang karena Amira sangat perhatian padanya. Bahkan selama sakit dia tidak membiarkan Amira jauh darinya, Alan bersikap manja melebihi anak kecil. Amira merapikan barang-barang Alan di kamar, lebih tepatnya di kamar yang ada di rumah mereka dulu tinggal bersama. Amira belum memutuskan untuk tinggal dan kembali dengan Alan. Selama di rumah sakit pun mereka belum mebahasnya lagi, Amira dan Alan fokus untuk penyembuhan. "Sayang," panggil Alan sedangkan Amira terus merapikan barang-barang tanpa menoleh kesumber suara. "Kamu bersiap ya, kita makan di luar." B
Terakhir Diperbarui: 2025-08-03
Chapter: Ternyata Bukan AkhirDrrrtttt.... Drrrttt....Getaran di ponsel Amira mengalihkan perhatiannya. Dia kesulitan mengambil ponsel karena sebelah tangannya ia gunakan untuk mendorong koper. Ada telepon masuk dari Sandi. Amira termenung sejenak, tidak biasanya Sandi meneleponnya jika bukan sesuatu yang sangat mendesak. Perlahan-lahan Amira menggeser panel hijau dari ponselnya. Suara Sandi terdengar sangat kecil, Amira tidak bisa mendengarnya karena suara mesin kereta yang terlalu bising. Amira mencoba mencari tempat yang lega, tetapi desakan dari penumpang membuatnya kesulitan bergerak. ["Halo Amira, apa kau mendengarku?"] ucap Sandi dari seberang telepon karena beberapa kali memanggil nama Amira tidak ada sahutan darinya." Aku tidak bisa mendengarmu, aku masih di stasiun di sini sangat ramai," balas Amira dengan nadanya yang keras. ["Bisakah kamu ke rumah sakit sekarang juga?"]"Apa? Tolong yang keras!"["Bisakan kamu ke rumah sakit sekarang? Dokter Alan membutuhkanmu."]Deg....Seketika jantung Amira men
Terakhir Diperbarui: 2025-08-02
Chapter: Perpisahan yang Memilukan"Kamu yakin akan pergi hari ini juga?"Bibi Hanum membantu Amira memasukkan barang-barang penting ke koper yang akan ia bawa ke desa. Amira hanya menganggukkan kepala, suasana hatinya sedang buruk. Apa yang dia harapkan tidak muncul juga hingga detik ini. Amira ikhlas jika kisah cintanya harus berakhir sekarang, lebih tepatnya benar-benar berakhir tanpa ada pemikiran kedua kalinya. Dia berhenti menunggu Alan dan memilih untuk pergi dari kota. Dia akan merasa nyaman jika tinggal dari desa, mungkin Amira bisa melupakan Alan jika jauh dari pria itu. "Kamu tidak perlu memikirkan hal yang tidak penting, buang jauh-jauh pemikiran buruk. Sudah jangan berpikiran buruk atau yang lainnya, yang penting kamu dan dedek bayi sehat." Bibi Hanum mengatakan seperti itu agar membuat Amira tenang. Amira hanya terkekeh kecil mendengar bibinya yang begitu cerewet sejak kemarin. Dia khawatir Amira akan berlarut-larut sedih karena Alan tidak datang lagi ke rumah ini. "Apa sudah siap?" Paman Oki yang suda
Terakhir Diperbarui: 2025-08-02
Chapter: Mungkin Saja Menyerah?"Paman izinkan aku bertemu dengan Amira." Alan memohon bahkan hampir bersujud di kaki Paman Oki. Namun, Paman Oki mencegah Alan melakukannya. Sebagai suami Alan sangat khawatir dengan keadaan Amira apalagi saat ini istrinya sedang mengandung. Amira pasti membutuhkan Alan di sisinya. Sayangnya, setiap datang ke rumah paman Amira, mereka tidak mengizinkan Alan untuk bertemu walau hanya satu menit saja. Paman dan Bibi Amira selalu mengusir Alan, atau mengunci rumah dan tidak menemui Alan hingga dia sendiri pergi dari rumah itu. Tampak kekecewaan yang teramat besar dari paman dan bibi Amira. Tentu saja, siapa yang tidak kecewa saat seseorang yang sudah mereka anggap sebagai anak sendiri disakiti hatinya berulang kali. Alan mengakui kesalahannya, jika ia disuruh bersujud pun akan ia lakukan. Alan akan merendahkan dirinya untuk menebus segala kesalahan yang telah ia perbuat pada Amira."Pergilah! Jangan datang lagi ke sini, biarkan Amira hidup tenang," ucap Paman Oki memalingkan wajahnya
Terakhir Diperbarui: 2025-07-31
Chapter: Kembalilah Dengannya"Amira... Amira... Tunggu dengarkan Mas dulu."Alan mengejar Amira yang baru saja turun dari mobil taxi. Hampir lima kali lebih Alan mengunjungi rumah paman dan bibi Amira, tetapi dia tidak pernah diizinkan untuk bertemu dengan Amira. Alan tidak menyerah, dia selalu datang ke rumah ini. Dan beruntungnya saat dia baru sampai, Amira pun juga baru datang entah dari mana. Alan menahan lengan Amira, wanitanya itu sama sekali tidak mau memandang Alan. Seolah tak sudi berurusan dengan Alan lagi. Alan hanya ingin membuktikan bahwa dirinya masih pria yang sama seperti awal pertama kali mereka bertemu. "Sayang, kita perbaiki lagi dari awal ya." Amira masih membelakangi Alan, tak kuasa menahan rindu Alan memeluk tubuh mungil Amira dari belakang. "Bukan kita yang harus diperbaiki, Mas. Tapi kamu sendiri yang harus diperbaiki." Amira berkata lantang, padahal dia berusaha mengontrol emosinya, sayangnya melihat Alan membuatnya muak. "Aku tahu, terus di sampingku, bimbing aku. Aku memang keterlal
Terakhir Diperbarui: 2025-07-27
Chapter: Ryo Menghilang Sejenak"Wanita ini siapa?" Naren tak bisa membendung rasa penasarannya tentang wanita yang saat ini sedang bersama suaminya. Banyaknya masalah yang terjadi diantara mereka membuat Naren curiga. Dia selalu mempercayai Ryo, tetapi ada kalanya juga dia merasa cemburu disaat Ryo bersama wanita lain. "Dia teman kerjaku. Aku dapat tugas bareng sama dia dari atasan," jawab Ryo berusaha membuat Naren percaya padanya. Naren mengangguk paham, dia memaklumi karena yakin Ryo tidak akan berbohong. "Oh ya sudah lanjutkan." Naren tersenyum kecil, walau masih ada perasaan aneh di hatinya. Mungkin karena cemburu, dia tidak ingin Ryo malu dan merasa tidak nyaman karena sikapnya. "Oh ya kamu baru mau makan siang? Mau aku pesankan sesuatu?""Tidak perlu, Mas. Temanku sudah pesan sebelumnya." Naren menahan lengan Ryo yang hendak mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celana. "Sebaiknya Mas lanjutkan saja diskusinya, aku akan duduk bareng teman-temanku." Naren menunjuk ketiga temannya yang sudah duduk di meja y
Terakhir Diperbarui: 2025-08-22
Chapter: Dia dengan Wanita Lain"Davin, cepat ke ruangan saya!" Davin yang mendapat perintah dari tuannya itu segera menuju ruangan Deo. "Cari tahu masalah yang sedang terjadi dengan Naren dan suaminya." Davin membelalakkan kedua matanya, dia tidak salah dengar dengan apa yang diperintahkan oleh tuannya itu. Mencari tahu tentang Naren dan masalah apa yang tengah terjadi di dalam rumah tangganya, sungguh adalah tugas yang di luar dari prediksinya. Bagi Davin pribadi bukan urusannya penasaran dengan masalah orang lain apalagi tentang masalah rumah tangga. Harusnya juga bukan urusan Deo jika karyawannya sedang dihadapi suatu masalah. Semakin lam Deo semakin aneh dan tidak menjadi dirinya sendiri. Pribadi Deo yang tertutup, pendiam, tegas, dan berwibawa seakan lenyap hanya karena Naren. Davin semakin tidak mengerti jalan pikiran tuannya itu. Selama bertahun-tahun bekerja dengan Deo, baru kali ini Davin merasa kelimpungan dengan tugas yang diberikan oleh Deo. "Untuk apa, Tuan?" Deo menajamkan tatapannya, dia tidak s
Terakhir Diperbarui: 2025-08-19
Chapter: Mau Aku Peluk?"Apa kau sudah mencetak ulang kontraknya? Mengapa tidak segera kau serahkan padaku?" Raut wajah Deo membuat Naren gemetar. Deo terlihat sangat marah, Naren diam saja dan menerima kemarahan Deo padanya. "Maaf, Pak. Akan saya serahkan secepatnya." Naren berlalu meninggalkan ruangan Deo. Dia mengambil dokumen yang sudah ia cetak sebelumnya, dan Naren mengecek kembali agar sesuai dengan yang diminta oleh atasannya.Setelah memastikan bahwa dokumen itu sesuai, Naren segera kembali ke ruangan Deo dan menyerahkan dokumen itu. Deo menatap intens wajah Naren seolah pria itu memberi isyarat agar tidak ada kesalahan lagi."Kontraknya sudah sesuai, dan Bapak bisa tanda tangan di sini." Naren menunjukkan bagian yang harus Deo bubuhi tanda tangannya. Deo menganggukkan kepala pertanda bahwa dokumen yang Naren serahkan tanpa kesalahan. "Setelah ini akan saya copy dan mengirimnya ke pihak client. Sekali lagi saya minta maaf, kalau begitu saya permisi." Naren membungkukkan badan. Setelah kepergian Na
Terakhir Diperbarui: 2025-08-18
Chapter: Secangkir Kopi Pahit"Hei Naren."Naren terkejut, lalu bangkit dari tempat duduknya sampai-sampai menatap ujung meja. Naren akhirnya sadar dari lamunannya. Dia mengerjapkan kedua matanya, di depannya saat ini berdiri sosok Davin yang menatapnya penuh tanda tanya. Sebelumnya Davin mengetuk meja Naren beberapa kali, tetapi Naren tetap dalam lamunannya. Akhirnya Davin mengguncang bahu Naren karena ada hal mendesak yang harus mereka bahas. "Kau kenapa? Masih tidak enak badan?" tanya Davin ada sedikit khawatir karena wajah Naren pucat tidak seperti biasanya. Davin takut Naren justru pingsan di kantor yang nantinya akan menambah pekerjaan untuk Davin. Naren menggelengkan kepalanya, "Aku baik-baik saja. Maaf aku melamun barusan," kata Naren sembari mengusap kedua matanya yang berair. "Kalau begitu apa kau bisa mencetak kontrak yang baru saja dikirim oleh Lion Company?" Naren menyanggupi, dia mencari file yang beberapa menit lalu ia unduh di komputernya. "Oh ya, nanti bawa kontrak itu ke ruangan Pak Deo." Da
Terakhir Diperbarui: 2025-08-12
Chapter: Pergi dari Mereka"Kamu dari rumah ibu ya, Mas?"Naren mengikuti langkah Ryo saat pria itu baru saja datang. Dengan wajah kesal dan marah, Naren menodong suaminya dengan berbagai pertanyaan. Namun, sampai kamar mereka, Ryo tetap diam."Ngapain kamu ke sana? Untuk apa?""Mengapa tidak mengajakku?"Naren akhirnya berhenti mengikuti suaminya, dia memilih keluar dari kamar dan menenangkan diri di sofa ruang tamu karena Ryo tetap tidak mau membuka suara. Naren merasa diabaikan, pasti seperti apa yang ia pikirkan. Ibu Ryo pasti menjelek-jelekkan tentang dirinya, atau memaksa Ryo untuk segera berbuat sesuatu agar dirinya cepat hamil. Setelah pulang kerja, Naren mendapatkan pesan dari adik iparnya yang menanyakan keberadaan Naren karena tidak ikut ke rumah mertuanya bersama Ryo. Seketika Naren terkejut, karena Ryo tidak memberi kabar apapun padanya. Naren pun beberapa kali menghubungi Ryo, tetapi tidak mendapat balasan. Naren semakin gelisah, apapun yang berhubungan dengan keluarga Ryo selalu membuatnya takut
Terakhir Diperbarui: 2025-08-11
Chapter: Aku Telah Menikah"Aku kira kamu membenciku."Keduanya saling beradu tatap, hanya saja Deo tetap diam seperti enggan mengeluarkan suara atas pertanyaan Naren barusan. Naren menunggu dengan sabar dan berharap bahwa mantan kekasihnya itu mau menceritakan alasan yang sebenarnya mereka bisa berpisah bahkan menjadi orang yang sangat asing saat ini. Sayangnya Deo tetap bungkam sampai dua waiters pria dan wanita menghampiri meja mereka berdua. Waiters tersebut menaruh makanan yang telah dipesan di hadapan Naren dan juga Deo. Naren memutar bola matanya kesal, disaat yang ia tunggu-tunggu sudah sedikit lagi akan tercapai, tetapi dia harus menundanya lagi entah sampai kapan. Naren turut diam, dia mengambil garpu dan pisau daging. Untuk yang pertama kalinya, Naren masih kesulitan memotong daging steak yang cukup tebal ini. Naren melirik kesekitar dan mempelajari cara memotong daging dengan melihat orang-orang disekitarnya. "Ini."Tiba-tiba Deo menarik paksa piring Naren dan menggantinya dengan milik Deo. Naren
Terakhir Diperbarui: 2025-08-09