Share

Aku Bukan Tulang Punggung
Aku Bukan Tulang Punggung
Penulis: Naka Turi

Suami malas

Penulis: Naka Turi
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-06 17:50:04

Part 1

"Mas, Beras habis gas juga habis! "

Ucap Kartika dengan wajah sedih, sementara suaminya-Bagas, yang sedang asik bermain game online di HP androidnya tanpa mau tahu beras dan gas sudah habis.

"Kamu ngutang dulu diwarung Uwak Midah dek, aku lagi gak punya uang" Sahut Bagas tanpa menoleh ke arah Kartika, ia malah sibuk melanjutkan permainan game onlinenya.

Laki laki berusia tiga puluh lima tahun itu, tak peduli saat kebutuhan rumah sudah habis, makanan tak ada sama sekali. Untuk bekerja saja ia malas, banyak sekali alasan yang ia buat, entah dimana naluri sebagai seorang Ayah dan suami dalam dirinya.

"Aku udah malu ngutang terus sama wak Midah Mas, hutang kemarin aja belum kita bayar, kamu malah suruh aku ngutang lagi, kerja dong Mas, jangan cuma main HP aja! " Rutuk Kartika kesal melihat suaminya yang malas bekerja.

"Sekarang lagi belum ada panggilan kerja, kalau udah ada pasti nanti aku kerja kok. udah deh, kamu jangan rewel"

"Kalau gak ada panggilan ditempat kamu kerja, kan kamu bisa cari kerja lain Mas, apa kamu gak kasihan lihat anak istrimu kelaparan begini? Kami mau makan apa Mas? Makan Cinta? "

Kartika begitu kesal, Laki laki yang dulu begitu membanggakan Cintanya itu dengan berani mengajaknya membangun rumah tangga, padahal laki laki itu belum mapan kerja pun masih belum jelas.

"Duh, kamu cerewet banget sih, Tika. Lagi pagi udah ngomel aja kerjaannya, apa gak ada kerjaan lain, hah? "

"Gimana aku gak ngomel, Mas. Di rumah beras habis, gas juga habis, kami mau makan apa? makan batu? " Kartika kesal melihat suaminya tidak bekerja sudah berhari hari, sementara dirumah beras dan gas sudah habis.

Bagas tak tahan mendengar omelan Kartika-istrinya, akhirnya ia bangkit dari rebahannya lalu dengan lantang berkata.

"Makanya kamu kerja dong, jangan aku saja yang kamu suruh kerja. Kalau beras habis ngomel ngomel saja yang bisa, bukannya bantu suaminya cari duit, malah ongkang kaki dirumah"

Dada Kartika bergemuruh mendengar ucapan Bagas, hatika sakit seperti diiris sembilu. Ucapan Bagas begitu menyakiti hatinya.

"Kalau kamu minta aku bekerja, baik. Aku akan bekerja. Tapi, ingat kamu harus jagain anak anak dirumah, dan kamu kerjakansemua pekerjaan rumah setiap hari. Seperti yang ku lakukan selama ini. " Balas Kartika mencoba meredam amarah dihatinya.

"Oke. Siapa takut? " Bukannya mencari pekerjaan, Bagas malah menuntut Istrinya supaya bekerja.

Suami macam apa itu? Meminta istrinya bekerja.

Mendengar jawaban sang suami, Kartika merasa salah memilih suami. Suami macam apa yang tega meminta istrinya bekerja, sedangkan dia malah asik rebahan sambil main HP.

Kartika dalam hati merasa tertanrang dengan tuntutan sangat suami.

'Jika itu mau kamu baiklah Mas, aku akan bekerja, tapi kamu harus ingat, setelah aku punya uang, aku tak mau punya suami pemalas sepertimu Mas' batin Kartika memendam keinginan kuat agar segera memiliki pekerjaan.

Kartika segera pergi meninggalkan Bagas yang masih sibuk dengan gawainya.

Kartika hendak mendatangi warung Wak Midah yang berjarak sepuluh meter dari rumahnya. Ia ingin berhutang seliter beras dan sekilo telur pada pemilik warung tersebut. Namun, mengingat hutangnya yang sudah menumpuk, ia urungkan niatnya. Rasa malu masih dipegangnya, dimana mukanya jika ia masih berani berhutang sedangkan hutangnya yang kemarin sudah ratusan ribu.

Akhirnya ia berbelok haluan, dengan sepeda bututnya ia mengayuh menuju rumah orang tuanya yang berada dikampung sebelah.

Dua anaknya masih berada disekolah, si sulung berumur delapan tahun bernama Zahara, ia masih duduk dikelas dua SD, dan yang bungsu bernama Adit, berumur enam tahun berada dikelas satu SD.

Biasanya jam sebelas mereka sudah pulang sekolah, Kartika akan menjemput kedua anaknya dengan sepeda bututnya itu.

Namun, jam masih menunjukkan pukul 10.00 pagi, masih ada waktu bagi Tika untuk mendatangi rumah ibunya dikampung sebelah yang tak berada jauh dari rumahnya.

"Assalamu'alaikum Mak." Kartika mengucap salam ketika tiba dirumah Emaknya, Bu Fauziah.

"Waalaikumsalam, Tika. Masuk nak" Sahut Bu Fauziah dari dalam rumah, beliau kebetulan sedang memasak.

"Mak, lagi masak ya? Harum sekali baunya sampai tercium diluar"

Niat hati Kartika ingin meminta sedikit beras pada emaknya, namun ia merasa sungkan.

"Iya, Mak masak sayur lodeh. Nanti kamu bawa pulang ya. Taruh yang banyak, si Adit suka sekali sayur lodeh buatan emak"

"Iya Mak, emm.. Tika boleh minta sesuatu gak Mak" Ada rasa malu dalam hati Tika saat hendak meminta beras pada emaknya.

Meskipun Bu Fauziah ibu kandungnya, tapi Kartika tak bisa menampik jika ia sungkan meminta pada orang tuanya, ia tak mau jika orang tuanya tahu kalau ia sedang kesusahan, apalagi jika emaknya tahu dirumahnya tak ada sebutir beras pun, ia khawatir emaknya akan ikut susah dan berpikiran yang tidak tidak untuk menantunya.

"Ada apa Tika? Katakan pada emak, apa ada masalah dengan Bagas? " Emak menebak isi pikiran Kartika.

Emak sebagai seorang ibu dan juga seorang wanita memiliki naluri yang kuat oada anaknya. Meskipun kartika belum berbicara, seolah emak Fauziah tahu anaknya pasti sedang kesusahan.

"Emak.. Tika boleh minta beras seliter aja Mak nanti Tika ganti"

Hampir saja menetes air mata emak Fauziah, sembilan tahun anak perempuannya-Tika menikah, barulah hari ini dia mendengar anaknya meminta beras.

'Ya Tuhan, kesusahan apa yang dibuat Bagas sampai anakku meminta beras padaku' batin emak Fauziah menjerit, namun ia tahan sekuat hati didepan anaknya.

"Sebentar ya Nak... " Emak Fauziah mematikan kompor, lalu beranjak mengambil plastik kresek yang disimpan rapi didalam karung, lalu di ambilnya beras dari dalam kuali tempat emak menyimpan beras.

Meskipun emak Fauziah tidak bekerja, tapi setiap bulan anak anaknya rutin memberi beras dan uang untuk beliau, walau emak seorang janda tapi ia tak pernah kekurangan beras dan uang.

"Ini nak, ambillah, tak usah kau ganti," Emak mengambil dompet dari dalam bajunya, lalu menarik uang berwarna biru selembar " Ini juga, ambillah. Beli apa yang bisa" Emak menyelipkan selembar uang berwarna biru ditangan Tika.

Tika hendak menangis, namun ia tahan sekuat tenaga. Ada rasa haru bercampur sedih, ia merasa begitu besar kasih dan sayang dari emaknya meskipun kini ia sudah jadi istri orang.

"Makasih Mak... " Tika tidak dapat melukis bagaimana perasaannya saat ini. Hanya kata itu yang bisa ia ucapkan. Ingin sekali ia memeluk dan merangkul erat emaknya dan mencurahkan segala beban dihatinya.

Tapi ia tak kuasa, ia tak mau menambah beban emak yang sudah tua. Ia tak mau emak tahu sesulit dan sepahit apa rumah tangga yang ia jalani sekian tahun bersama Bagas.

"Tak usah bilang begitu Nak, jika kamu sedang susah bilanglah pada emak, jangan sungkan. Emak memang tak bisa kasih banyak, tapi setidaknya emak tak pernah kekurangan uang, abang dan kakakmu selalu memberikan emak hasil gaji mereka setiap bulan"

"Maafkan Tika Mak, seharusnya Tika lah yang memberikan emak uang dan beras, tapi sekarang justru Tika yang.... "

"Ssstttt... " Emak meletakkan jari telunjuk dibibir Tika, emak tak mau melihat kesedihan diwajah anak perempuan bungsunya itu.

"Jangan bicara begitu nak, rejeki setiap anak berbeda beda, ada yang diatas dan ada yang dibawah. Emak tidak pernah membedakan kalian, emak tahu bagaimana kondisi rumah tangga kalian, emak maklum"

Ada segurat senyum mengembang diwajah Emak. Entah senyum apa itu, yang pasti Emak ingin anaknya tidak menangis.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Askania
semoga nanti kamu bisa kaya tika
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Aku Bukan Tulang Punggung   Tantangan Leha

    Bab 14"Hai, Dek Leha. Apa kabar? " Bagas yang baru tiba di warung Leha begitu bersemangat. "Eh, Abang Bagas. Mampir Bang, mau minum kopi? ""Boleh, kalau dek Leha yang buatin, apa aja boleh"Bagas duduk di kursi yang berada di dekat Leha, wanita berdandan menor itu terlihat cantik dengan kaos ngepas di badan, dan rok setengah lutut yang memperlihatkan betis putih mulusnya. "Dek Leha cantik banget hari ini, Abang jadi makin naksir""Emang biasanya, Adek gak cantik ya, Bang? ""Cantik dong, tapi hari ini makin cantik, makin sexy, ihh abang jadi gemes, pengen... ""Pengen apa, Bang? ""Ahh, pengen minum kopi buatan dek Leha, heheh"Bagas semakin bergairah melihat Leha yang memakai baju ketat, semakin memperlihatkan lekuk tubuh dan juga dada besarnya yang menonjol. "Ngomong ngomong, dek Leha kok betah sih, menjanda. Masak cewek secantik dek Leha gak ada yang naksir"Pancing Bagas memulai aksinya. "Bukannya gak ada yang naksir, Bang. Tapi adek aja yang gak mau, ""Loh, kenapa memangny

  • Aku Bukan Tulang Punggung   matre

    Bab 13Seluruh isi rumah sudah di geledah Bagas, namun tak juga ia temukan uang sepeserpun. "Bre*ngsek lu Tika, dimana lu sembunyikan uang gaji lu, hah? Bini gak becus, punya uang malah di umpetin. Awas ya, kalau ketemu itu uang, bakal gua habisin" umpat Bagas tak tahu diri. Seharusnya sebagai suami juga seorang ayah, ia merasa malu, mencari uang adalah tanggung jawabnya, bukan tanggung jawab istri. Di saat keadaan sedang susah, uang tidak punya, bukannya bekerja mencari uang, Bagas malah asik bermain judi dan menggoda janda. "Hhaaahh... Dimana lu umpetin, bini beg0, pelit, dimana Tika? " kesal Bagas memaki istrinya yang tak salah. Karena kesal tidak menemukan yang ia cari, Bagas memilih pergi meninggalkan rumah yang sudah berantakan seperti kapal pecah. ***Di tempat lain, Kartika sedang menunggu antrian bank, ia berencana menabung sisa uang gajinya, ia ingin uang hasil jerih payahnya itu tidak habis semua, jika suwaktu waktu ia butuh uang, maka ia bisa mengambilnya. Hal yang pa

  • Aku Bukan Tulang Punggung   bertengkar lagi

    Bab 12TokTokTokSuara ketukan pintu berkali-kali membuat Kartika terbangun, jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Meski mata Enggan untuk terbuka, Tika memaksakan diri untuk bangun. "TIKAAA... " suara dari depan rumah membuat Kartika menjadi geram. "Cepat buka pintunya"Dengan malas, Tika membuka pintu. Ketika pintu belum sepenuhnya terbuka, Bagas segera mendorong pintu hingga membuat Kartika terjatuh. "Auhhhh... " teriak Kartika dengan menahan sakit. "Lama banget sih, buka pintu aja lelet""Dasar gak punya tata krama, udah gedor rumah kayak maling, malah dorong aku sampai jatuh, bukannya minta maaf, malah nyalahin orang""Lu bilang apa? Gue gak punya tata krama? ""Iya, kamu bahkan tak punya hati""Lu ngajak ribut, hah? " Teriak Bagas tak peduli dengan anak-anak yang sedang tidur. "Serah, aku ngantuk, capek, mending aku tidur dari pada ngadepin kamu" Tanpa peduli dengan ocehan Bagas, Kartika segera masuk ke dalam kamar. "Hei, Tika. Lu denger ya, semakin hari lu semakin

  • Aku Bukan Tulang Punggung   Warung Leha

    Bab 11"Hai, dek Leha yang cantik dan sexy... Pesen pisang gorengnya dong! " Bagas mencoba merayu janda kembang incaran banyak lelaki hidung belang itu, si Janda yang sedang sendirian tersenyum genit mendengar pujian Bagas. "Eh.. Bang Bagas, duduk dulu Bang. Mau neng buatin kopi? ""Kalau dek Leha yang buatin, pasti Abang mau"Leha mengambil satu bungkus kopi sachet yang sudah tergantung di dinding warung miliknya. Tangan kanannya mengambil gunting untuk membuka bungkus kopi sachet. "Pakai gula gak Bang? ""Gak udah dek, kalau dek Leha yang buatin, pasti Kopi nya manis""Ah... Abang bisa aje, "Melihat tidak ada orang lain di dalam warung, Bagas mulai melancarkan aksinya. "Dek Leha... ""Iye, Bang""Adek kok makin hari, makin cakep aje. Abang jadi jatuh hati sama dek Leha""Abang bisa aje, udah dari orok kali bang adek udah cantik""Oiya, dek Leha udah ada yang punya belum? ""Ada, Bang. Tuh enyak ama babeh. ""Kalau itu sih, Abang juga tahu. Maksud abang, adek udah ada pasangan,

  • Aku Bukan Tulang Punggung   Bagas pingin kawin lagi

    Kartika pulang ke rumah dengan hati gembira, di tangannya sudah ada dua bungkus nasi uduk dengan ayam goreng. Makanan kesukaan Zahara dan Adit. "Assalamu'alaikum" Dua bocah yang sedang belajar itu segera berlari membuka pintu depan. "Waalaikum salam, yeee mama sudah pulang" seru Adit kegirangan. "Mama bawa pulang nasi dan ayam goreng""Asik... Kita makan enak hari ini" Zahara tak kalah girang. "Ayah kalian kemana? " "Belum pulang, Ma"Hal yang selalu Kartika dapati ketika ia pulang kerja, Bagas selalu tak ada di rumah, padahal sebelum ia bekerja, Bagas sudah berjanji untuk menjaga kedua anaknya. "Ya sudah, kita makan yuk. Mama udah laper nih""Yuk, Ma... "Zahara segera mengambil dua buah piring dan juga air putih, Kartika membuka bungkus nasi uduk, bau harum nasi gurih menyeruak. "Harum sekali, Ma ""Yuk, kita baca do'a dulu"Ketiganya mengadakan tangan laluembaca do'a sejenak. Satu bungkus nasi uduk disodorkan Kartika untuk Adit, dan satu bungkus lagi dia makan berdua dengan

  • Aku Bukan Tulang Punggung   gajian

    Bab 9Hari ini, tepat sebulan Kartika bekerja di kedai Bakso milik Wahyu. Kartika sudah berharap cemas akan gaji yang akan diperolehnya. Kartika pagi pagi sekali sudah bersiap siap berangkat ke kedai Bakso milik Wahyu, dengan sepeda butut miliknya. Anak anaknya sudah berangkat sekolah, rumah sudah bersih dan rapi. "Selamat Pagi, Mas. " sapa kartika pada rekan kerjanya yang lebih tua. "Pagi juga Tika, pagi pagi sekali udah nyampe""Iya Mas, cepet kelar kerjaan rumah"Kartika segera masuk ke dalam kedai untuk membersihkan lantai warung yang terlihat kotor dan banyak sampah. Dengan cekatan tangan Kartika mengayun sapu ke lantai, lima belas menit kemudian lantai sudah terlihat bersih dan rapi. "Tika... " Suara yang tak asing di telinga Kartika. Wanita berparas Ayu itu segera memalingkan wajah ke arah suara. "Iya... " Ternyata Mas Wahyu yang memanggilnya, Laki laki berkumis tipis itu melambaikan tangan ke arah Kartika, langsung Kartika menghentikan kegiatannya lalu berjalan mendekat

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status