Share

kesal

Part 2

Kartika pulang kerumah dengan hati kesal dan dada sesak, bagaimana tidak? suaminya malah tidur saja tak bergerak sama sekali.

DUAARRR

Geram karena suaminya tidak bekerja, Kartika membanting pintu. Kemarahannya sudah sampai di ubun ubun.

"Ada apa sih ribut ribut? Ganggu orang tidur saja? " Bentak Bagas merasa tidurnya terganggu.

Naik pitam Kartika melihat perangai suaminya itu, sudah malas bekerja malah marah marah.

Malas meladeni suaminya, katika memilih kedapur lalu memasak nasi. Lauk dari rumah emak sudah diletakkan diatas meja, tak lupa ditutupnya dengan tudung saji.

Pukul 11.00 Kartika berangkat menjemput dua anaknya disekolah. Bagas masih belum beranjak dari tidurnya, malang nian nasib Tika, sudah susah malah dapat suami malas.

Berapa saat kemudian, Tika sudah pulang dengan memboncengi dua bocah disepedanya, satu didepan dan satu dibelakang.

"Sudah sampai mah, Adit turun dulu" Ucap si bungsu tak sabar ingin cepat makan siang.

"Hati hati nak, jangan lari lari" Kartika segera menaruu sepeda bututnya dipojokan halaman rumah.

"Ma... kakak laper! " ujar si sulung sambil memegang perutnya.

"Ya sudah sana ganti baju, terus makan siang ya"

"Iya Ma... " Sahut si sulung langsung mengerjakan perintah ibunya.

Kartika masuk kedalam rumah, betapa kagetnya ia ketika membuka tudung saji. Lauk yang dibawa pulang dariew rumah emaknya tinggal separuh.

"Ya Tuhan, kenapa tinggal segini lauknya? Aku tahu, ini pasti kerjaan si Bagas, awak kamu mas" Rutuk tika menahan amarah.

Dihampirinya Bagas yang masih tiduran dikamar, " Heeh, mas... Kamu yang makan tadi kan, ayo ngaku? " Teriak kartika membuat Bagas terkejut.

"Apaan sih kamu? pulang marah marah gak jelas" Sahut Bagas sambil mengucek matanya.

"Gak usah pura pura baru bangun tidur, tuh lihat isi tudung saji. Kamu yang ngabisin kan? "

"Bukan" Sahut Bagas enteng.

"Terus siapa? Hantu? "

"Udah gak kerja, tukang bohong lagi, kerjaannya makan tidur, main hp, malu dong mas.. Malu sedikit kenapa? "

"Heh.. Tika, jaga bicara kamu ya, kamu bisa tidak hargai aku sebagai suami? "

"Mas, kamu aja gak hargai aku, masih bisa kamu bilang begitu? "

"Kamu ini, gara gara masalah sepele pun nyangkut kemana mana, gak usah bawa bawa kerjaaa segala, muak aku denger tahu"

"Kalau kamu muak denger aku bicara, lebih baik kamu kerja, cari uang, jangan tiduran aja"

"Cukup Kartika, aku diam diam kamu makin ngelunjak, tiap hati kamu nuntut aku kerja, kenapa bukan kamu saja yang kerja, biar kamu tahu gimana rasanya cari duit, susah tau? "

Bagas bukan merasa bersalah karena tidak melakukan kewajiban sebagai kepala keluarga, ia malah menuntut istrinya supaya bekerja agar istrinya. Suami macam apa dia, masih beruntung tika masih mau bersuamikan laki laki malas seperti dia.

"Baik, aku akan bekerja, secepatnya. Tapi ingat. Mulai besok kamu yang masak, nyapu, nyuci, antara jemput anak anak sekolah, bagaimana? "

Agak berat Bagas menjawab tantangan Kartika, namun karena jiwa malasnya sudah mendarah daging terpaksa ia menerima tantangan dari Kartika.

"Baik, jika itu mau kamu" Sahut Bagas tak ada beban.

"Oke, mulai besok aku akan bekerja, jangan tanya aku bekerja dimana, dapat uang berapa, dan kapan aku pulang. Seperti yang kamu lakukan padaku"

Bagas terdiam sejenak mendengar perkataan istrinya itu, memang benar selama ini Bagas tidak suka jika istrinya bertanya berapa gajinya, dimana ia bekerja, jam berapa ia pulang kerja, ia selalu marah marah jika istrinya banyak tanya masalah pekerjaan nya. Entah apa yang di rahasiakan dari istrinya itu.

"Oke" Sahut Bagas agak lama.

"Baiklah, aku titip anak anak. Aku mau kerumah saudaraku, aku mau minta kerjaan sama abang dan kakak kakakku"

"Adit, zara, mamah pergi ke rumah wawak dulu ya, kalian dirumah sama ayah, jangan lupa makan ya? Di dalam tudung saji masih ada lauk sedikit lagi, kalian makan saja"

"Mamah gak makan? " Tanya si Bungsu Adit perhatian pada mamahnya.

"Mamah udah makan sayang" Kartika berbohong demi anaknya. Ia tahu lauk makan mereka tinggal sedikit lagi karena sudah dihabisi oleh Bagas, marah pun tak ada untung.

Lebih baik kartika memikirkan pekerjaan apa yang bisa ia kerjakan, semakin cepat ia mencari akan semakin baik. Ia tak mau berpangku tangan pada suaminya yang malas dan hnyat makan tidur saja kerjanya.

Bagas tersenyum senang, ia seolah merasa berhasil membuat istrinya mau bekerja. Dalam hatinya dia ingin suami istri saling bekerja saling menghasilkan uang, bukan hanya dirinya saja yang susah payah bekerja mencari uang, sedangkan si istri hanya ongkang kaki dirumah.

Setelah berpamitan pada Bagas dan kedua anaknya, Kartika segera mengayuh sepeda menuju ke rumah kakak tertuanya.

Kring.. Kring...

Bunyi pedal sepeda Kartika yang sudah berkarat karena dimakan usia, ia tak punya sepeda motor lagi. Motor mereka satu satunya digadaikan oleh Bagas untuk menebus hutang yang sudah menumpuk pada renternir. Mau tidak mau Tika harus mengikhlaskan motornya diambil oleh Bagas.

"Assalamu'alaikum" Tika Ucap Salam ketika tiba dirumah kakak tertuanya, Wati.

"Waalaikumsalam, masuk" Sahut yang punya rumah yang sedang sibuk mengayuh mesin jahit.

"Eh, Tika. Masuk.. Masuk, tumbenan kesini, udah berapa kali kakak telepon kamu bilangnya sibuk"

"Iya kak, sibuk ngurus rumah dan anak anak, " Sahut Tika mencari alasan.

"Oiya, gimana kabar Adit dan Zahara? "

"Mereka Alhamdulillah sehat kak. "

"Kak... Aku mau dong bantu bantu kakak menjahit, biar ada tambahan uang" Kartika malu malu meminta pada Kakaknya.

"Emangnya kamu bisa menjahit Tik? "

"Hehehe, enggak"

"Lah gimana kamu mau kerja sama kakak kalau kamu gak bisa menjahit"

"Ya, kakak ajarin lah"

"Kapan kakak ajarin kamu, kapan kakak bisa cari uang Tik? Emangnya kamu mau bayar kakak kalau kakak ajarin cara jahit baju? "

"Ish kakak, sama adek sendiri macam sama orang lain saja" Ucap Tika dengan nada kecewa.

"Bukan begitu Tika, pesanan kakak lumayan banyak saat ini, tapi ya masih bisa kakak tangani sendiri, kakak gak punya banyak waktu untuk ngajarin kamu menjahit dek"

"Yah, kalau kakak bilang begitu Tika bisa bilang apa? " Ada nada kecewa dari raut wajah Tika, ia berharap bisa mendapatkan pekerjaan dengan membantu kakaknya.

Tapi, sepertinya Wati tidak bisa memperkerjakan Tika karena dia tidak memiliki keahlian menjahit.

Wati merasa kasihan pada adik perempuan bungsunya itu, dalam hati ia ingin membantu, tapi ia juga bingung bagaimana caranya.

"Tika... " Panggil Wati dengan nada lembut, ia tahu suasana hati adiknya sedang tidak baik.

Tika menolehkan wajah kearah kakaknya.

"Kalau kamu mau kerja, kenapa kamu gak minta sama Bang Wahyu saja. Dia kan sudah jadi pedangang Bakso sekarang, dan usahanya lumayan laris loh. " Wati tiba tiba teringat dengan Abangnya, Wahyu.

"Males kak, istri Mas Wahyu orangnya cerewet, kakak tahu sendiri kan gimana mbak Surti itu? "

Wati tahu betul sifat istri abangnya itu, selain cerewet, Surti juga suka sombong pada keluarga suaminya. Setiap kali Surti Membeli barang mewah, ia selalu pamer pada semua orang, tak kecuali pada keluarga suaminya. Beberapa waktu yang lalu Mas Wahyu beli mobil baru, Surti yang paling heboh, saat mereka mencoba mobil baru setiap kali ada orang yang dilewati pasti dibunyikan klakson mobil.

"Iya sih Tik, mbak Surti itu cerewet. Tapi, yang punya usaha itu kan abang kita, Kenapa kita harus takut sama mbak Surti? "

Kata kata Wati ada benarnya juga, semua kekayaan yang didapat Surti adalah hasil kerja keras Mas Wahyu, Surti hanya menikmati hasilnya saja.

"Aku malu kak minta kerja sama Mas Wahyu" Ucap Tika sambil memilih ujung baju gamisnya.

"Ya sudah sini biar kakak yang telepon Mas Wahyu" Tanpa menunggu jawaban Tika, Wati segera menelpon Mas Wahyu.

"Hallo, assalamu'alaikum Mas"

"Waalaikumsalam, ada apa Wati? "

Wati menceritakan keinginan Tika untuk bekerja, Wahyu yang mendengar penjelasan Wati jadi tersentuh. Wahyu kasihan pada adiknya, tak mungkin Tika minta kalau bukan karena suaminya yang malas bekerja itu.

"Oke, baiklah. Besok suruh Tika ke Toko bakso Mas ya, Mas tunggu jam 08.00"

"Baik Mas, Terima kasih"

Wati tersenyum lega, Mas Wahyu mengijinkan Tika bekerja ditoko bakso miliknya.

"Besok kamu disuruh ke toko Bakso Mas Wahyu Tik, jam 08.00" Ucap Wati sambil tersenyum.

"Benarkah kak? "

"Iya, Mas Wahyu sendiri yang bilang begitu"

"Alhamdulillah, akhirnya aku punya kerjaan" Bahagia sekali Wajah Tika mendengar ucapan kakaknya.

Namun, beda halnya dengan Wati. Ia tahu pasti adiknya sangat kesusahan sehingga meminta pekerjaan pada kakak dan abangnya. Wati ingin sekali menolong adiknya, tapi ia sendiri seorang janda, ia juga butuhkan uang untuk mengidupi ketiga anaknya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status