Share

Bab 189

Author: Ipak Munthe
last update Huling Na-update: 2025-05-04 17:53:26

Tere begitu kesulitan untuk tidur, bahkan sampai saat ini belum juga terlelap.

Dia pun merubah posisinya dari jadi terlentang, sulit sekali untuk tidur saja.

Tak disangka ternyata ponselnya berdering dia pun meraihnya dan melihat nama Keysa.

Tere pun memilih untuk mengabaikan, karena dia bisa menebak jika Keysa akan mengajaknya ke club malam.

Tapi ponselnya pun lagi-lagi berdering masih dengan orang yang sama.

Tere pun segera keluar dari kamar dan menjawabnya.

Kini dia berdiri di depan pintu kamar dan menerima panggilan telepon dari Keysa.

"Key," katanya.

"Kamu dimana sih? Kata Bos kamu mengundurkan diri?" tanya Keysa.

"Iya," jawab Tere dengan suara pelan, sebenarnya dia masih ingin bekerja.

"Kenapa? Sekarang Bos minta aku yang gantiin posisi kamu! Kamu ini dapat posisi bagus malah keluar!" omelnya.

"Ya, begitulah....." Tere pun tidak dapat menjelaskan lebin lanjut akan penyebabnya.

"Kita harus ketemuan, kita ke luar yuk," ajaknya.

"Aku nggak bisa," tolak Ter
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
lullaby dreamy
lanjuuutt thor ^^
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 190

    Zidan keluar dari kamar mandi dan tidak melihat keberadaan Tere. Tapi saat itu dia melihat pintu yang terbuka, ternyata orang itu adalah Tere. Sambil berjalan dia membawa secangkir kopi dan akhirnya meletakkan pada meja, seperti setiap paginya dia melakukan hal tersebut. Tapi sepertinya pagi ini sedikit berbeda, Zidan tidak marah, tidak pula membentaknya. Ada apa? Entahlah? Tapi terkadang ada rasa takut yang muncul ketika mengingat seperti apa sikap Zidan padanya selama ini. Tapi semenjak memakai barang itu dia bisa lebih baik, rasa percaya dirinya lebih baik. "Kamu ikut dengan ku ke kantor?" tanya Zidan. "Aku ingin kembali bekerja di perusahaan Yusuf," jawab Tere. "Tidak bisa, itu sudah keputusan ku!" tegas Zidan. Tere pun segera melihat arah lainnya, dia tidak tahu bagaimana caranya untuk terus bekerja lagi. "Bekerja bersama ku, aku akan memberikan 3 kali lipat dari gaji mu sebelumnya," kata Zidan lagi. Sebenarnya Tere tidak tertarik karena tidak ingin terus be

    Huling Na-update : 2025-05-04
  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 191

    "Mau kemana?" tanya Zidan saat melihat Tere bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah pintu. "Mau cari udara segar, jalan-jalan di sekitar sini," jawabnya. Kemudian segera pergi tanpa menunggu jawaban Zidan. Tere berbohong pada Zidan untuk itu, dia pulang ke apartemennya dengan menumpangi taxi. Untuk memastikan keadaan aman dia pun mengganti password pintu apartemennya, tentu saja agar tak ada yang bisa masuk dengan leluasa terutama Zidan. Dua jam sudah dia tak kembali ke ruangan Zidan. Ponselnya pun mulai berdering dan ternyata yang menghubunginya adalah Zidan. Tere menarik napas panjang terlebih dahulu, mencari ketenangan yang baru saja dia dapatkan. Barulah dia meraih ponselnya dengan perlahan dan menjawabnya. "Halo," jawabnya. "Kau sedang membohongi ku?" tanya Zidan dari seberang sana. Tere hanya diam tanpa berani menjawab pertanyaan Zidan. Karena dia memang berbohong dan sejak kapan Zidan membutuhkan kejujurannya? Aneh! "Buka pintunya sekarang, atau a

    Huling Na-update : 2025-05-05
  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 192

    David baru saja pulang dari kantor, tapi Ayunda langsung menceritakan tentang kejadian Zidan. Membuatnya pun segera menuju kamar Zidan meskipun baru saja masuk ke dalam kamarnya. David melihat Zidan duduk di ranjang dengan kakinya yang diperban. Tanpa berbicara dia pun langsung saja memukul pelan kaki Zidan. "Akh!" Zidan pun berteriak keras karena ulah David. David pun terkekeh kecil melihat wajah kesal Zidan. "Apa yang terjadi pada mu wahai, Kakak ipar?" tanyanya. "Ck!" Zidan berdecak kesal mendengar panggilan David. "Apa kau sedang berbuat baik?" tanya David lagi. Hanya ada keduanya di sana, Tere langsung keluar ketika melihat David masuk ke kamar. "Satu bulan saja," sinisnya. David mangguk-mangguk mendengar jawaban Zidan. "Satu bulan ya? Takutnya keterusan," ejek David lagi. "Ini juga terjadi karena mu, kalau saja kau tidak menjebak ku dengan obat sialan itu ini tidak akan terjadi!" kesalnya yang tak pernah ada habisnya pada David. "Aku sudah pernah bi

    Huling Na-update : 2025-05-05
  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 193

    Tere menutup matanya sejenak kemudian menarik napas panjang dan menghembuskan perlahan, setelah itu dia kembali masuk ke dalam kamar. Untuk yang tadi lupakan saja, dia bisa dan dia tak perlu ambil pusing. "Kak maaf untuk yang tadi, Tere nggak sengaja dan apakah kakinya sakit?" tanya Tere sambil memegang kaki Zidan. Tapi Zidan yang masih terdiam sambil menatap bibir Tere. "Kak?" panggil Tere sambil menggerakkan tangannya di depan wajah Zidan. "Iya," kata Zidan sambil kembali menetralkan dirinya. Tere pun mengangguk. "Baiklah, lampunya Tere matikan ya?" "Hummm." Tere pun mematikan lampu setelah menyalakan lampu tidur. Sesaat setelahnya dia pun mengambil bantal dan ternyata dia berbaring di sofa. "Kenapa kamu tidur di sana?" tanya Zidan. "Tere tidur di sini aja, Kak. Lagian Tere belum ngantuk," jawabnya. 'Sial, kenapa suaranya lembut sekali,' batin Zidan pun mulai berbicara. Bahkan bukan hanya sekedar suara tapi bibirnya juga sangat lembut. Kacau! Mendadak

    Huling Na-update : 2025-05-05
  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 194

    "Kak, Tere ada salah ya? Tere minta maaf," kata Tere dengan begitu tulus. Zidan yang berada dalam tekanan tinggi pun menariknya hingga membentur dinding. Sesaat kemudian Zidan pun mulai melumat bibirnya dengan kasar. Tere terkesiap karena tidak menyangka Zidan akan melakukan ini. "Tere," panggil Wina sambil memutar gagang pintu. Zidan pun mulai tersadar dan menjauhi Tere dengan nafas yang tersengal-sengal. Begitu juga dengan Tere yang akhirnya bisa bernafas setelah sebelumnya tidak bisa bernafas. "Zidan, bagaimana keadaan mu?" tanya Wina. Wina bertujuan untuk melihat keadaan anaknya di pagi hari ini. Dia tak sempat melihat apa yang berusaha terjadi. Tapi dia sedikit bingung melihat wajah-wajah tegang di hadapannya. "Kalian kenapa?" tanyanya penuh intimidasi. Glek! Zidan pun meneguk saliva mendengar pertanyaan sang Mama. "Zidan, kamu tidak sedang berbuat jahat pada istri kamu kan? Dia ini istri kamu lho," kata Wina yang berulangkali mengingatkan sang anak si

    Huling Na-update : 2025-05-05
  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 195

    Tere pun keluar dari mobil dan mulai berjalan masuk. Ternyata bertepatan dengan Wina dan Ayunda yang juga baru saja menginjakkan kaki di teras. "Tere, kamu udah pulang?" tanya Wina yang benar-benar merasa lega. "Iya, Ma," jawab Tere. "Mama khawatir sama kamu, ini kita mau nyusulin kamu ke apartemen. Tapi sukur kamu udah pulang," sahut Ayunda. "Iya, Mama lega karena kamu sudah pulang," kata Wina lagi sambil memegang lengan Tere. Tiba-tiba saja mata Tere berkaca-kaca sedetik kemudian air matanya pun menetes. "Hey, ada apa? Kamu kenapa?" Wina terlihat begitu khawatir akan Tere. Membuat air mata Tere semakin mengalir desa. "Tere?" tanya Wina lagi dia bingung dengan keadaan menantunya itu saat ini. "Makasih ya, Ma udah khawatir sama Tere. Padahal Tere mikir udah nggak punya siapa-siapa," ungkapnya penuh haru. "Kamu tidak boleh berpikir seperti itu, kami keluarga kamu," Wina pun tersenyum lembut. Dia terlihat kasihan pada Tere, dan lama-kelamaan dia juga merasa memil

    Huling Na-update : 2025-05-06
  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 196

    Beberapa Minggu kemudian. "Huuueeeekkkkkk...." "Huuueeeekkkkkk....." Kepala Tere terasa pusing, sedangkan rasa mualnya pun semakin menjadi-jadi. Mukanya terlihat pucat dan dia juga menggigil Kedinginan. "Apa mungkin......." Tere mulai menebak-nebak apa yang terjadi padanya. Dia mengigit kukunya dengan perasaan was-was. Dia juga melihat wajahnya pada pantulan cermin, wajahnya terlihat sangat pucat. Dengan perasaan bingung dia pun keluar dari kamar mandi dan mendapati Zidan yang ternyata sudah pulang. Sejak hari itu Zidan jadi jarang pulang, jarang berkomunikasi dengannya. Sebenarnya tidak masalah, karena selama ini pun Zidan bersikap dingin padanya. Kecuali beberapa hari setelah malam panas itu terjadi. Beruntung ada Wina dan Ayunda yang selalu ada untuknya, sehingga Tere tidak lagi berpikir untuk mengakhiri hidupnya. "Kak, Tere bisa minta tolong nggak?" tanya mohon Tere karena kepalanya benar-benar pusing. Zidan pun menatapnya dengan tajam, dia pusing karen

    Huling Na-update : 2025-05-06
  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 197

    Zidan pulang ke rumah di waktu tengah malam dan melihat Tere yang tengah tertidur pulas di ranjang, sejenak dia pun mendekat agar memastikan apakah benar yang dikatakan oleh Mamanya jika Tere sedang sakit. Wajahnya terlihat sangat pucat.Tanpa sadar tangan Zidan pun bergerak untuk memegang dahi Tere.Terasa sangat dingin. "Tere," panggil Wina sambil membuka pintu. Zidan pun menatapnya begitu juga sebaliknya. "Kamu udah pulang?" tanya Wina. Zidan pun mengangguk. "Mama pikir kamu belum pulang," ucap Wina lagi, "Tere, tidur?" tanya Wina lagi sambil berjalan masuk. "Masih, Ma."Wina pun melihat makanan yang sebelumnya dia antarkan ke kamar Tere dan dia letakan di atas meja nakas masih utuh.Artinya Tere tidak memakannya sama sekali.Berarti seharian ini Tere tidak makan apa-apa. "Tapi dia belum makan dari pagi, Mama bangunin aja kali ya," kata Wina. Zidan segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya seperti biasanya dia lakukan sepulang dari kantor. Tapi tiba

    Huling Na-update : 2025-05-08

Pinakabagong kabanata

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 201

    Wina melihat Zidan yang baru tiba di rumah sakit, mereka bertemu di koridor rumah sakit. Wina pun menghentikan langkahnya begitu juga dengan Zidan. Sedangkan David juga ikut berhenti melangkah, dia berdiri di belakang Zidan. Plak! Tangan Wina langsung menamparnya, dia tidak lagi sanggup menahan rasa kecewanya terhadap sang anak. "Ceraikan Tere, dan kamu yang harus keluar dari rumah!" ucapnya. Zidan pun semakin dibuat terkejut mendengar ucapan Wina. Menampar dan memintanya untuk menceraikan Tere, kemudian dia harus pergi dari rumah? "Ma?" tangannya bingung. "Kamu harus pergi dari rumah, ceraikan Tere!" Wina pun kembali mengulang ucapannya dengan sangat jelas. "Maksud, Mama apa?" "Mama tahu Tere adalah wanita baik-baik, tapi kamu menghancurkannya! Kamu bisa membunuhnya perlahan dan penyebabnya adalah dendam yang tidak memiliki alasan!" ucap Wina lagi sambil menunjuk wajah sang anak. Setelah hari ini Wina sadar bahwa dirinya adalah seorang ibu yang buruk, dia gag

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 200

    "Tapi, Mama masih berharap Zidan dan Tere bisa bersama. Bagaimana pun Kakak kamu harus berubah, dia harus bertanggungjawab," ucap Wina. "Sampai kapan, Ma?" tanya Ayunda frustasi."Kenapa harus membahas ini sekarang? Bukankah baru saja Tere kehilangan calon anaknya?""Calon cucu Mama? Kenapa harus membahas ini sekarang?" "Tere, beri waktu untuk Zidan ya. Sampai satu atau dua bulan ini dia tidak berubah juga kamu bisa meninggalkan dia, Mama yang akan meminta dia menceraikan kamu," mohon Wina. "Ma, Kak Zidan udah keterlaluan banget. Tere sampai seperti ini!" sahut Ayunda lagi, kemudian dia pun mulai menatap wajah Tere, "Kalau kamu mau cerai nggak papa, tapi kamu harus janji nggak akan pakai barang haram itu lagi," mohon Ayunda. Degh! Jantung Tere mulai berdetak kencang karena mendengar ucapan sahabatnya. Apakah Ayunda sudah tahu semuanya? Sungguh Tere tidak percaya jika Ayunda sudah mengetahuinya.Kini wajah Ayunda semakin memucat karena syok berat. "Barang haram apa?" t

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 199

    Pasword apartemen Tere sudah diubah, Zidan tidak lagi bisa masuk dengan leluasa. Akan tetapi dia tidak kehabisan akal untuk bisa membuka pintu. Dia pun meminta seseorang untuk datang dan merusak pintu tersebut. Tak sia-sia, dengan sangat mudah Zidan pun bisa masuk. Ketika melangkah masuk dia langsung melihat sofa dan di atas meja tersebut ada beberapa botol minuman. Disebelahnya ada asbak berisi puntung rok*k yang cukup banyak. Artinya apa? Artinya Tere masih melakukannya meskipun dirinya pernah memergokinya. Kemudian Zidan pun menuju kamar dan melihat di atas ranjang ada banyak jenis benda haram itu. Tak perlu susah mencarinya, semuanya sudah diperlihatkan. "Jadi, ini tujuannya ke sini?" tanya Zidan yang sangat syok dengan semua ini. "Sepertinya kau harus tahu banyak hal tentang dia," ucap David yang juga melihat apa yang dilihat oleh Zidan. "Tapi, aku tidak percaya jika dia bisa seperti ini," kata Zidan lagi. David pun mengangkat kedua bahunya seakan tidak

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 198

    "Kami telah melakukan pemeriksaan terhadap istri anda, tapi hasilnya diluar dugaan kami. Maksud saya, hasilnya jauh lebih buruk dari apa yang kami prediksi," ucap sang dokter. Sang dokter pun menjeda ucapannya sambil menatap wajah Zidan. Terasa berat, tapi semua ini harus diberitahu agar mendapatkan penanganan yang sesuai dengan kebutuhan. Ataupun mungkin keluarga sudah tahu, entahlah. Yang jelas sebagai seorang dokter hanya ingin melakukan yang terbaik untuk pasiennya. Sedangkan Zidan semakin bingung dengan penjelasan sang dokter. Dia bahkan tidak sabar untuk mendengar penjelasan lebih lanjut sang dokter. "Istri ada perok*k berat?" tanya sang dokter. Zidan pun hanya bisa diam tanpa menjawab pertanyaan tersebut. "Saya, Dokter Yogi dan saya adalah sepupu David. Saya rasa tidak masalah untuk anda lebih terbuka," ucap Dokter Yogi. Zidan pun mengangguk, "Saya pernah melihatnya, tapi saya tidak tahu seberapa beratnya dia....." Zidan pun mengusap wajahnya karena tidak bisa

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 197

    Zidan pulang ke rumah di waktu tengah malam dan melihat Tere yang tengah tertidur pulas di ranjang, sejenak dia pun mendekat agar memastikan apakah benar yang dikatakan oleh Mamanya jika Tere sedang sakit. Wajahnya terlihat sangat pucat.Tanpa sadar tangan Zidan pun bergerak untuk memegang dahi Tere.Terasa sangat dingin. "Tere," panggil Wina sambil membuka pintu. Zidan pun menatapnya begitu juga sebaliknya. "Kamu udah pulang?" tanya Wina. Zidan pun mengangguk. "Mama pikir kamu belum pulang," ucap Wina lagi, "Tere, tidur?" tanya Wina lagi sambil berjalan masuk. "Masih, Ma."Wina pun melihat makanan yang sebelumnya dia antarkan ke kamar Tere dan dia letakan di atas meja nakas masih utuh.Artinya Tere tidak memakannya sama sekali.Berarti seharian ini Tere tidak makan apa-apa. "Tapi dia belum makan dari pagi, Mama bangunin aja kali ya," kata Wina. Zidan segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya seperti biasanya dia lakukan sepulang dari kantor. Tapi tiba

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 196

    Beberapa Minggu kemudian. "Huuueeeekkkkkk...." "Huuueeeekkkkkk....." Kepala Tere terasa pusing, sedangkan rasa mualnya pun semakin menjadi-jadi. Mukanya terlihat pucat dan dia juga menggigil Kedinginan. "Apa mungkin......." Tere mulai menebak-nebak apa yang terjadi padanya. Dia mengigit kukunya dengan perasaan was-was. Dia juga melihat wajahnya pada pantulan cermin, wajahnya terlihat sangat pucat. Dengan perasaan bingung dia pun keluar dari kamar mandi dan mendapati Zidan yang ternyata sudah pulang. Sejak hari itu Zidan jadi jarang pulang, jarang berkomunikasi dengannya. Sebenarnya tidak masalah, karena selama ini pun Zidan bersikap dingin padanya. Kecuali beberapa hari setelah malam panas itu terjadi. Beruntung ada Wina dan Ayunda yang selalu ada untuknya, sehingga Tere tidak lagi berpikir untuk mengakhiri hidupnya. "Kak, Tere bisa minta tolong nggak?" tanya mohon Tere karena kepalanya benar-benar pusing. Zidan pun menatapnya dengan tajam, dia pusing karen

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 195

    Tere pun keluar dari mobil dan mulai berjalan masuk. Ternyata bertepatan dengan Wina dan Ayunda yang juga baru saja menginjakkan kaki di teras. "Tere, kamu udah pulang?" tanya Wina yang benar-benar merasa lega. "Iya, Ma," jawab Tere. "Mama khawatir sama kamu, ini kita mau nyusulin kamu ke apartemen. Tapi sukur kamu udah pulang," sahut Ayunda. "Iya, Mama lega karena kamu sudah pulang," kata Wina lagi sambil memegang lengan Tere. Tiba-tiba saja mata Tere berkaca-kaca sedetik kemudian air matanya pun menetes. "Hey, ada apa? Kamu kenapa?" Wina terlihat begitu khawatir akan Tere. Membuat air mata Tere semakin mengalir desa. "Tere?" tanya Wina lagi dia bingung dengan keadaan menantunya itu saat ini. "Makasih ya, Ma udah khawatir sama Tere. Padahal Tere mikir udah nggak punya siapa-siapa," ungkapnya penuh haru. "Kamu tidak boleh berpikir seperti itu, kami keluarga kamu," Wina pun tersenyum lembut. Dia terlihat kasihan pada Tere, dan lama-kelamaan dia juga merasa memil

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 194

    "Kak, Tere ada salah ya? Tere minta maaf," kata Tere dengan begitu tulus. Zidan yang berada dalam tekanan tinggi pun menariknya hingga membentur dinding. Sesaat kemudian Zidan pun mulai melumat bibirnya dengan kasar. Tere terkesiap karena tidak menyangka Zidan akan melakukan ini. "Tere," panggil Wina sambil memutar gagang pintu. Zidan pun mulai tersadar dan menjauhi Tere dengan nafas yang tersengal-sengal. Begitu juga dengan Tere yang akhirnya bisa bernafas setelah sebelumnya tidak bisa bernafas. "Zidan, bagaimana keadaan mu?" tanya Wina. Wina bertujuan untuk melihat keadaan anaknya di pagi hari ini. Dia tak sempat melihat apa yang berusaha terjadi. Tapi dia sedikit bingung melihat wajah-wajah tegang di hadapannya. "Kalian kenapa?" tanyanya penuh intimidasi. Glek! Zidan pun meneguk saliva mendengar pertanyaan sang Mama. "Zidan, kamu tidak sedang berbuat jahat pada istri kamu kan? Dia ini istri kamu lho," kata Wina yang berulangkali mengingatkan sang anak si

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 193

    Tere menutup matanya sejenak kemudian menarik napas panjang dan menghembuskan perlahan, setelah itu dia kembali masuk ke dalam kamar. Untuk yang tadi lupakan saja, dia bisa dan dia tak perlu ambil pusing. "Kak maaf untuk yang tadi, Tere nggak sengaja dan apakah kakinya sakit?" tanya Tere sambil memegang kaki Zidan. Tapi Zidan yang masih terdiam sambil menatap bibir Tere. "Kak?" panggil Tere sambil menggerakkan tangannya di depan wajah Zidan. "Iya," kata Zidan sambil kembali menetralkan dirinya. Tere pun mengangguk. "Baiklah, lampunya Tere matikan ya?" "Hummm." Tere pun mematikan lampu setelah menyalakan lampu tidur. Sesaat setelahnya dia pun mengambil bantal dan ternyata dia berbaring di sofa. "Kenapa kamu tidur di sana?" tanya Zidan. "Tere tidur di sini aja, Kak. Lagian Tere belum ngantuk," jawabnya. 'Sial, kenapa suaranya lembut sekali,' batin Zidan pun mulai berbicara. Bahkan bukan hanya sekedar suara tapi bibirnya juga sangat lembut. Kacau! Mendadak

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status