Lemparan heels milik Grace membuat Edwin naik pitam. Ia sangat kesal dengan perbuatan Grace yang seperti itu. Tidak setimpal dengan bayaran yang diberikan kepada Ibunya.Setelah Grace pergi dari sana, ia menemukan warung yang kondisinya cukup ramai dan dengan sengaja ia mampir ke warung tersebut dengan tujuan Edwin tidak akan berani mendekatikan jika ada banyak orang.Sepertinya strategi Grace itu berhasil, Edwin tidak berani mendekat dan menarik paksa Grace. Hal itu membuat lega Grace yang berlari dengan kaki telanjang.Setelah tengah malam, barulah Grace sampai di rumahnya. Sengaja ia pulang saat tengah malam berharap pula jika Ibunya sudah tertidur dan tidak akan memarahinya karena ia telah meninggalkan pelanggannya.Klik! Grace membuka pintu tersebut.Gelap. Ruang tamunya sudah gelap, artinya Ibu Grace sudah tertidur.Satu langkah, dua langkah dan langkah berikutnya ia berhenti.“Bagus sekali kerjamu hari ini,” ucap seorang perempuan yang kini sudah menghidupkan lampu di ruang tam
Sebelum menjawab pertanyaan dari Melani, saat itu Grace hanya bisa menghela napasnya saja. Rasanya berat sekali.“Iya, masih, Kak. Nggak tahu kapan mau resign dari pekerjaan begitu, aku malu sama tetangga, teman dan termasuk juga kakak.”“Semoga yang lain mengerti, tapi aku harap kamu yang tetaplah bekerja saja, jangan sampai seperti itu, ini jauh lebih baik. Apalagi kamu juga masih kuliah.”“Iya, kak.”Malam itu Grace pulang ke rumah pukul sepuluh malam, hari memang sudah malam akan tetapi rasanya masih sangat sore sekali baginya, ia tidak terbiasa akan tidur jam segitu.Setiap menuju rumahnya, jantungnya sudah tidak aman, ia takut kejadian malam lalu akan terjadi lagi di malam ini.Beruntungnya tidak, saat itu tidak ada sama sekali mobil yang terparkir di depan rumahnya. Ia sangat lega sekali mengetahui hal tersebut. Perlahan Grace memasuki rumahnya, Ibunya sudah ada di rumah, ia terlihat karena Ibunya sudah berhasil memberantakan dapurnya yang tidak membereskan tempat makannya. D
Dengan berat hati Grace pun mempercepat perjalanannya. Meski ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan Ibunya. Grace segera menutup panggilan tersebut tanpa menjawab apa-apa kembali.Namun, begitu Grace sampai di pelataran rumahnya ia melihat ada 2 mobil terparkir di sana, kali ini mobilnya berbeda dengan mobil Edwin yang sempat ada di sana beberapa hari yang lalu.Mulailah perasaan Grace tidak karuan, ia tidak tahu mengapa ada 2 mobil di sana.“Grace!” panggil Ibunya yang meleburkan lamunannya di depan rumahnya.Saat itu Grace menggelengkan kepalanya.“Cepatlah ke mari!” ucap Ibunya yang kini sudah menarik lengannya Grace ke dalam rumah.Hingga di dalam rumah tersebut ada 2 laki-laki biasa yang sepertinya pengawal seseorang dan ada juga 1 orang yang berperawakan tinggi namun ia sudah sangat paruh baya, lebih tua dari Edwin lalu.Akan tetapi, Ibunya menarik Grace ke dalam kamarnya Grace, ia tidak mengenalkan Grace dengan 3 laki-laki yang ada di ruang tamunya tersebut.“Lepas,
“Grace!”“Apa sih, Bu? Grace mau ke kampus.”“Astaga, tapi besok hari pernikahanmu, bagaimana bisa kamu malah pergi.”“Masih besok, dan hari ini aku harus kuliah!”“Ingat, kamu tidak akan pernah bisa kabur, sekali pun kabur, pengawal Tuan Maverick pasti menemukanmu.”Grace tidak ingin ambil pusing, ia sangat enggan berdebat dengan Ibunya di pagi hari. Sebenarnya Grace sangat terpukul dengan keputusan yang diambil oleh Ibunya, dengan sengaja dan tidak berat hati Ibunya bahkan tega sekali memberikannya pada Tuan Maverick yang sama sekali tidak dikenalnya.Hari ini mungkin akan menjadi hari terakhir bagi Grace untuk bekerja karena nantinya ia akan pindah dari sana, ia pun juga tidak tahu jika nantinya akan diperbolehkan bekerja atau tidak. Namun, yang saat ini dibayangkan oleh Grace hanyalah siksaan saja yang akan menerpanya.Belum saja menikah, Grace sudah memiliki bayangan yang sangat buruk, belum lagi ia menikah dengan laki-laki paruh baya yang sepatutnya mungkin menjadi Ayah atau pun
Hari pernikahan sudah tiba, tepat pukul tujuh pagi Grace sudah berada di depan cermin ruangan yang lain. ia sudah harus bersiap berdandan dan mengenakan gaun yang cukup terbuka tersebut.Namun, semakin lama ternyata Grace tidak pergi dari sana. ia hanya dipotret saja dengan banyak gaya namun tidak ada tanda-tanda sama sekali ada Tuan Maverick yang akan menikah dengannya.“Pernikahan sudah dilangsungkan, Non Grace sekarang sudah resmi menjadi istri dari pemilik rumah ini.”“Hah? Bagaimana bisa? Dari tadi saja aku di sini sama kalian, bahkan aku hanya berfoto bagaimana bisa aku sudah menikah dengan Tuan kalian?” tanya Grace yang sangat tidak percaya.Beberapa orang yang ada di sana hanya tersenyum saja, sepertinya mereka memang sudah mengetahui apa yang direncanakan oleh Tuannya. Hanya Grace sendiri yang tidak mengetahui apa-apa sama sekali.“Pernikahan dilangsungkan tanpa ada Non Grace di sana, tetapi memang sudah resmi. Semuanya sudah diatur. Sekarang hanyalah sesi pemotretan biasa, d
“Kamu jangan macam-macam!”“Memangnya kenapa lagi? Apa salahnya aku membuka baju di kamarku sendiri?”Saat itu Liam sepertinya senang sekali mendekati dan membuat Grace marah, perlu diketahui jika tubuh Grace mungkin memang sesuai dengan tipe dari Liam. Ia memiliki paras yang cantik, cukup mulus dan tinggi semampai.Apalagi saat ini ia hanya mengenakan pakaian yang cukup minim, membuat Liam sepertinya senang saja menggoda Grace, ia tahu jika Grace sudah ketakutan juga padanya.“Kamu tahu ada perempuan di kamarmu, seharusnya jangan buka baju sembarangan!”“Aku gerah, lagi pula kamu istriku bukan?”“Aku saja bahkan tidak menganggapku sebagai suami.”Entah mengapa saat itu Liam mulai mendekati Grace kembali, ia menatapnya cukup tajam dan dengan sengaja mendorong Grace hingga tertidur di atas tempat tidur. Sekarang tepatnya Liam sudam berada di atas tubuh Grace.Bukan main Grace membelalakan matanya. Ia snagat terkejut dengan kejadian tersebut, bagaimana pun ia tidak mau memberikan masa
Saat itu mata Grace cukup memandangi orang yang baru saja memasuki rumah Liam. Orang tersebut adalah Tuan Maverick, laki-laki yang pada bayangan Grace akan menjadi suaminya. Namun ternyata semuanya salah. “Bagaimana dengan putraku? Apakah tidak menolak jika dinikahi olehnya?” “Kamu punya mulut gunakan untuk menjawab, bukan hanya diam saja!” bentak Liam dengan kasar pada Grace. “Liam, pelan sedikit, tidak perlu mengerluarkan tenaga yang banyak untuk berbicara dengan gadis ini.” Grace sedikit menghela napasnya, ia kebingungan dengan tingkah dari Tuan Maverick seolah membantunya, namun di sisi lain Tuan Maverick lah yang membuat hidup Grace menjadi tidak karuan seperti ini. Sepertinya pagi itu Tuan Maverick memang memiliki kepentingan dengan Liam, setelah Liam membentak Grace tidak lama kemudian Tuan Maverick meminta Liam berbicara dengannya di ruangann lain. Ruang kerja lantai 1 “Sudah kamu apakan santapan yang Ayah berikan untukmu?” “Belum aku sentuh sama sekali, belum berminat.
“Enggak usah jauh-jauh bayanginnya bagaimana. Yang jelas enggak ada kecocokan sama sekali, antara aku sama dia itu. Orang itu benar-benar benci juga dengaku, sama saja aku juga benci. Bahkan di rumah dia rasanya kepala ingin pecah.”“Bahaya kalau telingamu bisa pecah. Tapi, gimana dengan pekerjaan kamu?”“Oh itu rencananya nanti pulang kuliah mau ke sana.”“Masih lanjut kerja?”Grace sedikit menggelengkan kepalanya, ia bingung juga dengan apa yang akan ia lakukan berikutnya. Ia masih mempertimbangkan bagaimana nantinya akan melanjutkan pekerjaan paruh waktu dan tetap berkuliahnya.Setelah sore itu selesai, ia habiskan hampir 1 harinya untuk berkuliah dan sorenya sengaja ia segera pergi ke minimarket tempatnya bekerja. Sebelum sampai ke tempat, Grace sudah diberi lambaian tangan oleh Melani, sang pemilik toko tersebut. dengan balasan lambaian tangan juga senyuman Grace kembali menyapanya.“Aku kira kamu enggak akan ke sini, soalnya beberapa menit lagi kamu enggak ke sini aku mau tut