Home / Romansa / Aku Dijual Ibuku / Mendapat Siksaan

Share

Mendapat Siksaan

Author: Bumi Artavika
last update Last Updated: 2023-01-07 10:05:45

Lemparan heels milik Grace membuat Edwin naik pitam. Ia sangat kesal dengan perbuatan Grace yang seperti itu. Tidak setimpal dengan bayaran yang diberikan kepada Ibunya.

Setelah Grace pergi dari sana, ia menemukan warung yang kondisinya cukup ramai dan dengan sengaja ia mampir ke warung tersebut dengan tujuan Edwin tidak akan berani mendekatikan jika ada banyak orang.

Sepertinya strategi Grace itu berhasil, Edwin tidak berani mendekat dan menarik paksa Grace. Hal itu membuat lega Grace yang berlari dengan kaki telanjang.

Setelah tengah malam, barulah Grace sampai di rumahnya. Sengaja ia pulang saat tengah malam berharap pula jika Ibunya sudah tertidur dan tidak akan memarahinya karena ia telah meninggalkan pelanggannya.

Klik! Grace membuka pintu tersebut.

Gelap. Ruang tamunya sudah gelap, artinya Ibu Grace sudah tertidur.

Satu langkah, dua langkah dan langkah berikutnya ia berhenti.

“Bagus sekali kerjamu hari ini,” ucap seorang perempuan yang kini sudah menghidupkan lampu di ruang tamu tersebut, tidak lupa kedua tangannya disilangkan ke depan.

“Siapa bilang aku mau bekerja seperti Ibu?”

“Tidak perlu bilang, tetapi kamu memang harus mengikuti jejak Ibumu. Tugasmu itu mulia mengikuti perintah seorang Ibu.”

Grace tersenyum sinis dan terlihat sangat jijik sekali dengan ucapan Ibunyang yang bersikap sangat paling benar sekali.

“Ibu menganggap itu pekerjaan mulia?”

“Tentu, daripada kamu mengemis di jalanan atau hanya menjual gorengan di pinggir jalan, sudah seharian uangnya sedikit.”

Saat itu Grace hanya bisa menggelengkan kepalanya saja, ia benar-benar tidak habis pikir dengan Ibunya. Bisa-bisanya memiliki pendapat yang seperti itu, menurut Grace itu sudah sangat salah kaprah sekali.

“Ibu salah. Justru mereka yang hanya menjual Koran, gorengan di pinggir jalan termasuk yang mulia dibandingkan Ibu yang hanya berdiam diri di dalam kamar, mendesah lalu mendapatkan uang banyak tetapi tidak pernah berguna!”

Plak!

Tamparan mendarat dengan kasar pada pipi bersihanya Grace.

“Jaga ucapanmu! Kamu lahir dari orang yang ada di hadapanmu!”

“Aku tidak pernah meminta dilahirkan dari Ibu, jika bisa memilih dan jika aku tahu siapa Ayahku, aku akan ikut dengannya.”

“Ayah? Kamu sebut Ayah juga laki-laki hidung belang itu?”

“Siapa? Yang mana? Yang pakai mobil atau motor apa? Ibu saja tidak pernah bicara padaku, bahkan Ibu selalu marah kalau aku ingin mencari tahu tentang Ayah.”

Wajah Ibunya sangat memerah sekali, ia tidak tahan lagi menahan amarahnya pada Grace. Hingga pandangannya pun beralih pada sapu yang ada di sana. Ibunya mengambil lalu memegangi pergelangan tangan Grace sekuat mungkin.

“Lepas! Ibu hanya akan memukuliku bukan?”

“Kamu memang harus diberi pejaran!”

Entah mengapa dari awal Grace yang begitu kuat dan keras melawan Ibunya kini meneteskan air mata. Grace benar-benar merasa sangat hancur sekali.

“Kamu tidak pantas menanyakan siapa Ayahmu! Ibu sudah katakan berulang kali jangan pernah menanyakannya, ini akibat anak nakal sepertimu!”

Semakin lama pukulan gagang sapu pada sekujur tubuh Grace memerah dan akan emmbiru pada keesokan harinya.

Malam itu benar-benar membuat Grace sakit sekali, memar di mana-mana. Bukan hanya memar di tubuhnya, tetapi juga hatinya.

Perlahan Grace bercermin, memandangi dirinya di depan cermin dengan luka yang sudah membiru, luka itu ia dapatkan setiap kali menanyakan Ayahnya. Entah mengapa Ibunya menggila dan akan menyiksanya habis-habisan.

Setelah memberikan siksaan tersebut, Ibunya tidak akan pernah meminta maaf atau juga memberinya obat.

Grace sudah terbiasa mengobati dirinya sendiri, ia sudah menyiapkan obat salep untuk tubuhnya yang lebam membiru. Meski tidak dapat menyembuhkan cepat, setidaknya ada sedikit rasa sakitnya hilang. Belum lagi ia juga harus tetap kuliah dan bekerja.

Sembari mengobati luka pada tubuhnya, ia iringi dengan tangisan tanpa suara. Ia juga takut jika sampai Ibunya mendengar tangisannya, bisa-bisa ia disiksa kembali.

Pagi hari, waktu sudah menunjukkan pukul 07.00 WIB

Saat itu Grace sudah memasak juga untuk Ibunya dan untuk dirinya, namun tidak makan di rumah, ia bawa ke kampus.

“Aku pergi,” ucap Grace datar, meski sebenarnya enggan, namun ia masih menghormati jika itu adalah Ibunya.

“Belikan sarapan.”

“Aku sudah masak.”

Hanya percakapan singkat, padat, dan penuh kekesalan menghiasi setiap paginya Grace.

Di sepanjang perjalanannya menuju kampus tidaklah mudah. Setiap pagi ia harus naik bus angkutan kota dahulu, mungkin 10 menit saja, kemudian berjalan kaki menuju kampusnya 5 menit saja.

Tidak begitu jauh, namun terkedang melelahkan karena di rumah ia selalu mendapat hal-hal yang tidak terduga.

Masih pagi sekali, kelas sangat kosong, saat itulah Grace memanfaatkan untuk sarapan terlebih dahulu seraya membaca buku mata kuliahnya yang akan ia pelajari nantinya. Terkadang ia tidak sempat membacanya jika di rumah.

“Hei, masih pagi sudah belajar saja.”

“Demi sebuah masa depan yang sedikit cerah, Sil. You know me.”

“Sedikit doang ya cerahnya? Kenapa enggak banyak sekalian?”

“Jangan kebanyakan, nanti ditutup sama Ibu, percuma.”

Seketika Sisil sangat ingin tertawa, namun ia menahannya dengan melipat bibir atasnya ke dalam. Sebenarnya itu candaan gelap dari Grace, tetapi ia juga tidak terlalu memikirkannya karena ia sendiri yang membuatnya.

“Eh hari ini kayaknya aku bakal izin nih di mata kuliah akhir, soalnya mau periksa Ibu ke rumah sakit, kasihan kalau sendiri.”

Grace mengangguk-anggukkan kepalanya. Sisil, sahabatnya ini memang hanya tinggal dengan Ibunya saja. Ayahnya meninggal sejak ia berada di bangku SMP, namun beruntungnya ia dari Grace adalah masih bisa melihat dan mengingat Ayahnya dengan baik.

Jadi, ketika rindu pada Ayahnya, ia bisa melihat fotonya. Lain halnya dengan Grace yang hanya bisa menerka-nerka.

Perkuliahan berlangsung hingga siang hari. Setelahnya masih ada satu mata kuliah lagi dan akan berakhir pada pukul 16.00.

Setelahnya, Gcace harus kembali menuju tempat kerja paruh waktunya.

“Grace, kamu sakit?”

“Enggak, Kak, ini karena kuliahnya full banget tadi.”

“Makanlah atau istirahat dulu, baru bekerja.”

Biasanya pemilik toko tersebut akan sangat perhatian pada Grace. Saat malam harinya ketika suasana toko sepi, berhubung di depan toko tersebut ada tempat duduk dan meja, Grace dan Melani sangat pemilik toko duduk bersama di sana.

“Lah mau ngapain buka buku di sini? Jangan tanya apa pun denganku ya, aku kan enggak kuliah kayak kamu.”

“Enggak, kak. Aku mau ngerjain tugas kuliah, besok dikumpulkan.”

“Gila dah, dosen kamu jahat banget, ngasih waktu mepet begitu.”

Grace hanya tersenyum saja. “Aku sengaja ngerjain di sini, lagi pula kalau di rumah yang ada tidak akan bisa fokus.”

“Silakan saja, asalkan nanti kalau ada pelanggan tinggalkan dulu tugasnya.”

“Siap!”

“Oh iya sebentar, Ibumu masih bekerja yang itu?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aku Dijual Ibuku   Perasaan Aneh Tanpa Liam

    Panggilan telepon dari Liam membuyarkan waktu santainya Grace. Ia segera pergi ke kantor Liam bersama pengawal. Pemandangan kantor Liam sebenarnya cukup bagus, namun tetap saja gendung itu terlalu tinggi, apalagi Grace langka pergi ke sana. “Untuk masuk ke ruangan Tuan itu menggunakan kode, namun hanya beberapa orang yang tahu, mungkin nyonya bisa hubungi Tuan saja.” Pengawal menjelaskan ruangan Liam sangat terjaga.Saat itu Grace sebenarnya enggan menghubungi Liam kembali, yang paling tak diinginkan adalah bentakan dari Liam. Bukan hanya itu saja, apa yang dilakukan Grace selalu saja salah di mata Liam.“Aku sudah di depan ruanganmu.”[“Jangan sampai ada orang lain di sana.”]“Hanya aku sendiri.”Akhirnya tak lama kemudian Grace berhasil masuk me ruangan tersebut. Sudah pasti ruangannya luas dan banyak berkasnya. Panggilan telepon itu terus berlangsung, Liam meminta Grace mencari berkas yang ada di sana. Setelah berkas ditemukan Grace masih harus tetap berada di sana, karena Liam

  • Aku Dijual Ibuku   Ditinggal Di Luar Negeri

    Liam begitu penasaran dengan apa yang Ayahnya bicarakan dengan Grace. Akan tetapi, meski ia negitu penasaran, ia tidak menanyakan pada Ayahnya langsung sebab Ayahnya pasti tidak akan memberitahunya. Semenjak ada Grace sseolah perhatian Ayahllnya pun cukup besar pada Grace, padahal Liam adalah anak kandungnya. Malam hari sekitar pukul 10 malam, Liam sudah selesai bekerja dari kantor, tanpa menghubungi Grace ia segera berada di halaman rumah sakit. Beruntungnya tak lama Liam di sana Grace memang telah selesai melaksanakan tugasnya. “Aku tak mau debat panjang, katakan apa yang Ayah bicarakan denganmu? “ tanya Liam saat Grace baru saja masuk ke mobil tersebut.“Apa kamu memang sepenasaran itu, Liam?”Liam tidak menjawab namun dari wajahnya memberi arti jika dirinya memang sangat penasaran sekali. “Ayahmu membicarakan kamu, banyak yang dibahas juga tentangmu, bagaimana sikapmu, aku juga menjawab apa yang ada karena Ayahmu tahu itu. Membahas harta atau yang lainnya pun tidak sama sekal

  • Aku Dijual Ibuku   Hamburan Pelukan

    “Kira-kira Tuan kamu sudah pulang belum?” tanya Grace pada supir yang mengawalnya.“Sudah, Nyonya.”Batin Grace sudah menebak jika Liam tidak tahu ke mana pergi dirinya pasti akan mengakibatkan kekacauan di rumah. “Astaga!” Grace teringat sebelum pergi tadi pagi masih meninggalkan berkas yang amat berantakan karena ia belum sempat membereskannya.“Ada apa, Nyonya?”“Oh enggak-enggak.”Begitu sampai, Grace segera memasuki rumah perlahan, takut sekali akan dimarahi oleh Liam. Baru saja membuka pintu, Grace sudah disapa dengan wajah mengintimidasi dirinya. Grace melihat sekeliling, tidak ada lagi berkas yang berserakan, hanya melihat berkas di dalam 1 tumpukan saja.“Jawab pertanyaanku, jangan pura-pura bodoh!”“Dari tempat Ayahmu, apakah itu seperti Ibuku?”“Ayah? Ada urusan apa kamu ke sana? Oh kamu mengadukan semuanya?”Grace menghela napasnya, tidak ada kalimat baik yang keluar

  • Aku Dijual Ibuku   Tujuan Lain

    “Saya hanya akan memberikan nilai tinggi pada mahasiswa koas yang benar-benar melaksanakan tugasnya dengan baik,” ucap dosen yang menerima laporan tersebut.Satu per satu dipanggil menghadap secara pribadi pada Dosen tersebut, hal itu yang membuat perasaan menjadi tidak karuan. “Sepertinya saya melihat jika laporan ini masih mulus dan mendadak dikerjakan, benar?”Grace menghela napas, ia tidak bisa berbohong. “Maaf, Pak. Laporan saya sempat terbuang karena kelalaian saya, alhasil saya mengerjakannya semalam, namun sesuai dengan data yang saya temukan selama berada di rumah sakit.”“Saya tidak meminta kamu mengucapkan kata maaf.”Grace tidak tahu harus berbuat apa, pikirannya kacau, tidak biasa ia akan seperti ini. Selama ia berkuliah mendapatkan nilai buruk adalah kelangkaan baginya. Ia selalu berusaha lebih dari teman-teman yang lainnya.“Kalau laporan ini tidak saya beri nilai apa kamu siap mengulangi?”Dengan berat hati Grace menjawab, “Saya akan mengulanginya jika apa yang saya

  • Aku Dijual Ibuku   Menyusun Ulang Laporan

    Melihat Grace meninggalkan rumah sesegera mungkin membuat Liam yang baru saja tiba di rumah cukup kesal. Ia baru saja pulang kerja, jika orang yang normal mungkin sebelum membuang berkas tersebut Liam seharusnya bertanya dahulu pada Grace.Berkas yang awalnya berantakan pun tak akan mungkin dirapikan oleh Liam. Ia bergegas memanggil pekerja yang ada di sekitar rumahnya.“Bereskan kamar saya dan bagian depan, jangan buang apa pun haya bereskan saja,” ucap Liam pada pembantu tersebut.Biasanya, pembantu tersebut hanya bekerja untuk para pengawal Liam saja, diberikan tempat tinggal, tidak mungkin pula jika Grace yang akan mengurusnya.Setelah memberikan perintah tersebut, Liam pergi ke depan, melihat para pengawalnya yang sepertinya terlihat bingung dan takut melihat Liam. “Awasi pembantu di rumah.”“Baik, Tuan.”“Siapa yang mengantar Grace pergi?” tanya Liam pada pengawal yang lainnya.Mereka saling tatap, menandakan ada hal yang tidak beres.”Maaf, Tuan, sewaktu kami menanyakan akan

  • Aku Dijual Ibuku   Malam Berlalu

    Malamnya Grace penuh dengan tangisan dan kekesalan. Meski begitu pagi harinya harus pergi ke rumah sakit. Akan tetapi ketika pagi telah menyapa, tubuhnya terasa sangat remuk. Ia berusaha untuk berdiri menuju kamar mandi, namun rasanya sangat berbeda dari biasanya. Ia mulai kesal jika mengingat kejadian malam tadi yang sudah berlalu.“Sial!” ucap Grace ketika hendak berjalan yang kesusahan. Padahal menurut Grace harusnya biasa saja, karena ketika melihat Ibunya melakukannya dengan sangat sering tak pernah begini. Tak mungkin pula Grace akan menanyakan hal ini pada Ibunya, yang ada Ibunya akan menertawakannya. Pada akhirnya Grace menangis karena sakit, kesal dan merasa hancur. Bisa dipastikan jika dirinya tidak bisa ke rumah sakit. “Jangan menangis terus, Grace. aku pusing mendengarmu menangis sepanjang malam!” “Kamu yang buat aku begini!” Grace sedikit menaikkan nada suaranya dengan tangisannya pula. “Itu hukuman untukmu!” “Itu juga karena kamu tidak mau menjemputku.” “Bukan tida

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status