“Enggak usah jauh-jauh bayanginnya bagaimana. Yang jelas enggak ada kecocokan sama sekali, antara aku sama dia itu. Orang itu benar-benar benci juga dengaku, sama saja aku juga benci. Bahkan di rumah dia rasanya kepala ingin pecah.”“Bahaya kalau telingamu bisa pecah. Tapi, gimana dengan pekerjaan kamu?”“Oh itu rencananya nanti pulang kuliah mau ke sana.”“Masih lanjut kerja?”Grace sedikit menggelengkan kepalanya, ia bingung juga dengan apa yang akan ia lakukan berikutnya. Ia masih mempertimbangkan bagaimana nantinya akan melanjutkan pekerjaan paruh waktu dan tetap berkuliahnya.Setelah sore itu selesai, ia habiskan hampir 1 harinya untuk berkuliah dan sorenya sengaja ia segera pergi ke minimarket tempatnya bekerja. Sebelum sampai ke tempat, Grace sudah diberi lambaian tangan oleh Melani, sang pemilik toko tersebut. dengan balasan lambaian tangan juga senyuman Grace kembali menyapanya.“Aku kira kamu enggak akan ke sini, soalnya beberapa menit lagi kamu enggak ke sini aku mau tut
“Pekerjaanmu terlalu rendah sekali, Grace.”“Pekerjaan yang rendah itu pekerjaan Ibuku! Kamu jangan samakan aku dan dia.”“Kamu dan Ibumu apa bedanya?”Air muka Grace terlihat sangat mengumumkan amarah sekali. Ia tidak senang jika Liam selalu menyamakan dirinya dengan Ibunya. Meskipun Grace lahir dari Rahim Ibunya langsung, sikapnya sangat jauh berbeda sekali, sikapnya seperti langit dan bumi. Jika Grace berani melawan Liam habis-habisan, ia ingin sekali untuk menampar mulut Liam yang tidak pernah berbicara yang baik-baik padanya.“Jaga mulutmu, Liam. Aku memang lahir dari Ibuku seorang pramuria, tapi sampai hari ini aku memang masih menjaga diriku dengan baik!”“Oh ya? Bisa buktikan?” tantang Liam.Wajah Grace kembali terlihat muram, ia segera pergi ke kamarnya, membanting pintu kamarnya dengan keras sekali, sampai membuat Liam menggelengkan kepalanya. Anehnya, Grace memnag marah namun ia hanya kembali pada kamar yang ada di rumahnya Liam, bukan kabur dari rumahnya Liam.Hal baru yan
Melihat Melani memperhatikan arah Liam, begitupun dengan Grace. ia melihat Liam yang sering melirik jam tangannya, seolah memberikan kode pada Grace untuk segera bergegas.Grace pun menganggukkan kepalanya.“Iya, dia orangnya, Kak.”Entah mengapa Melani malah menghela napasnya dan memperhatikan Grace kembali. Saat itu Grace tidak memiliki banyak waktu untuk berbincang-bincang lebih lama dengan Melani.“Kak, aku benar-benar minta maaf atas semua kesalahan dan tindakan selama kerja di sini, dan terima kasih banyak sudah menganggap Grace sebagai adik kakak sendiri. Mulai hari ini Grace tidak bisa lagi kerja di sini, Kak.”“Sebenarnya kakak sudah nyaman kamu kerja di sini. kalau begini, kakak jadi sulit mengetahui kondisimu.”“Bagaimana lagi, Kak. Mungkin nanti suatu saat aku bisa bebas dari sana.”Melihat gerak gerik Liam yang sudah tak tenang menatap Grace, kini perlahan Grace berpamitan. Mereka sempat berpelukan dahulu sebelum akhirnya Grace meninggalkan toko tersebut. Setelah Grace s
Liam pun menjawab panggilan telepon tersebut. “Bicaralah,” Liam menyuruh Grace berhenti bicara karena ia sedang menjawab panggilan telepon yang tampaknya dari kantor.[“Tuan hari ini ada pertemuan dengan beberapa CEO Mancanegara, apa Tuan ingat jadwal tersebut?”]“Pukul berapa?”[“Pukul 08.00 pagi ini, Tuan. Undangannya juga tertera untuk 2 orang, apa saya perlu menemani Tuan Liam?”]“Tidak usah, kirimkan saja alamatnya sekarang.”[“Tunggu Tuan, ini sepertinya memang mengharusnya 2 orang yang mendatangi caraa tersebut.”]Sepertinya sekretaris Liam tampak memaksakan jika Liam harus menghadiri acara tersebut tidak hanya seorang diri, tujuannya pun ingin dirinya ikut bersama Liam.Akan tetapi, panggilan telepon tersebut segera mungkin dimatikan oleh Liam. Padahal sepertinya sekretaris pribadinya masih ingin berbicara.Grace masih memandangi Liam diam di tempat tidur, ia juga hendak berbicara lagi namun Liam sudah lebih dahulu berbicara padanya.“Jangan dilanjutkan bicaramu, aku sibuk.
Siapa yang bisa menyangka akan mengalami perubaha drastic seperti yang Grace alami? Bahkan Grace sendiri pun tidak pernah menyangkanya.*** Kali ini Grace dan Liam sudah memasuki ruangan. Di sana sudah banyak CEO luar negeri yang hadir, dan sepertinya acara juga akan segera dimulai.“Liam, oh my God, long time no see you.”“Ya, I think so.”“Is this your wife?”“You right, she is my wife. You can call her Grace,” ujar Liam yang mengenalkan Grace pada temannya tersebut.Secara spontan Grace turut tersenyum manis untuk memberikan sapaan pada teman suaminya tersebut.“A beautiful name, according to your wife’s face, liam.”“Thank you, she is beautiful,” timpal Liam yang mmebuat Grace tersipu malu.Belum pernah Grace mendengarkan Liam memujinya sekalipun, entah kali ini dikatakan secara tulus atau tidak oleh Liam, namun Grace tetap cukup senang mendengarnya.“Thank you very much,” ucap Grace yang malu menerima sanjungan-sanjungan dari rekan kerjanya Liam. Acara sudah dimulai dengan
Grace segera bergegas ke kamarnya untuk mencari dompet miliknya, setelah itu ia pun terburu-buru keluar dari kamar. Anak tangga dari lantai 2 dengan cepat ia turuni.Saat itu, Liam yang berjalan dari pintu masuk menuju ruangan tengah, Grace segera menghampirinya.“Ini uang kamu, aku kembalikan 2 kali lipat!”Uang seratus dua lembar ia berikan di depan wajah Liam. Jelas saja Liam pun bingung dengan kekesalan Grace.“Aku sudah bilang jangan dikembalikan, uangku berhamburan daripada ini.”“Tapi kamu bakal minta yang berlebihan dari ini kan?”“Bisa masak?” tiba-tiba pertanyaan ini muncul dari Liam.Grace pun menganggukkan kepalanya, “Ambil uang yang tidak seberapa ini, lalu masaklah untukku.”“Ini beneran?” Grace seakan tidak percaya.“Cepatlah, 1 jam lagi aku harus pergi.”“Mau makan apa?”“Apa pun.”Setelah mengatakan hal tersebut Liam pun masuk ke ruang kerjanya. Begitu juga dengan Grace yang mulai ke dapur, melihat bahan masakan yang kiranya dapat ia gunakan. Sayangnya, di rumah
Pagi itu Grace sudah siap berangkat menuju rumah sakit, beruntungnya tidak ada Liam. Jika ada mungkin saja ia akan dimarahi oleh Liam. Saat itu Liam akan berangkat bersama pengawal Liam. Ia segera menuju depan rumah untuk bersiap magang pertama kalinya. “Mau berangkat sekarang, Bu?”“Iya.”Sudah tiba Grace di rumah sakit, Grace segera turun, namun pengawal Liam menghentikannya sebentar untuk bertanya. “Ibu nanti pulang jam berapa?”“Malam, tidak perlu dijemput.”“Tapi Bu, ini perintah dari Tuan Liam.”“Bilang saja sama Tuan kamu seperti yang saya katakan tadi.”“Baik, Bu.”Magang pertama dipenuhi kekesalan, lelah dan pusing memikirkan hidupnya dengan luka yang tidak berkesudahan. Untuk pertama kalinya magang di rumah sakit, namun wajah Grace tidak cukup baik untuk hari ini. ditambah lagi Sisil, yang tidak ada pada 1 rumah sakit tersebut, ia berada di rumah sakit yang lainnya. Maka dari itu ia hanya memendam ceritanya seorang diri saja.Pukul 20.00“Masih di rumah sakit Grace?”
“Aku masih punya juga kartu yang lain.”“Aku tidak mau terlalu berhutang budi denganmu. Setelah ini kamu juga masih mau menyiksaku?” penasaran Grace pun bertanya.“Kalau tidak ada masalah jelas tidak akan.”Grace diam, memandangi jalanan yang panjang menuju rumah dengan memikirkan laki-laki yang ada di sampingnya ini terus menerus membuatnya berpikir setiap hari. Rasanya tiada hari tanpa memikirkan Liam. Bukan berarti Grace sudah terlalu menyukai Liam, akan tetapi ia justru mengkhawatirkan hidupnya akan bagaimana dengan Liam. Sebenarnya ia memang belum siap untuk menjalani rumah tangga dengan siapa pun. Namun, Ibunya tidak akan mengerti apapun yang dirasakan oleh dirinya. Sesampainya di rumah, mereka segera mulai membawa barang-barang yang sudah dibeli. Akan tetapi saat Grace hendak membawanya, Liam tidak mengizinkannya.“Jangan dibawa, Grace.”“Lalu bagaimana semuanya sampai di dalam rumah?”“Nanti pengawal yang akan menaruh di dalam. Bawa yang kamu perlukan saja.”Akhirnnya Gr