Share

Part 2

Penulis: Nuineglasari
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-19 13:53:22

Part 2

GARA GARA M@NDUL Bab. 2

Penulis Nui Neglasari

Aku pun duduk di sudut ruangan. Namun, masih terlihat jelas kedua pasangan pengantin baru itu tengah berbahagia. Lalu, kukeluarkan ponsel dan memotretnya secara diam-diam. Sudut bibirku terangkat tersenyum mengejek.

"Sekarang kalian bahagia, tetapi lihatlah setelah ini tidak akan aku biarkan kamu menikmati perusahaan lagi, Mas." Satu kaki kanan disilangkan, sehingga menindih bagian kiri sambil meminum jus yang telah disediakan di gedung ini.

Aku meneguk sedikit demi sedikit, walaupun terasa manis. Namun, sangat pahit di tenggorokanku. Apalagi melihat kedua pasangan itu tengah berc*man saling mel*mat. Aku pun mengalihkan perhatianku, rasanya j i j i k melihat mereka.

Darah berdesir mata perih dan sedikit berembun. Namun, aku harus kuat tidak boleh ada air mata lagi. Setelah puas berada di tempat terkutuk ini, aku gegas ke kantor mumpung mas Aldi tengah bersama pelakor.

Sekitar lima menit taksi yang dipesan sudah sampai. Aku membuang nafas kasar tidak menyangka nasib rumah tangga ku akan seperti ini.

"Pak, ini uangnya." Kusodorkan dua pecahan seratus ribu. "kembaliannya untuk Bapak saja."

Setelah tiba di kantor aku gegas mencari Yani selaku bagian keuangan. Tidak lama dia pun datang dengan membawa beberapa bukti kecurangan mas Aldi. Saat membaca laporan keuangan benar saja, persentase keuangan dari bulan ke bulan menurun drastis.

Aku mengurut pelipis dengan kasar. Pantas saja selama ini mas Aldi jarang memberikan laporan keuangan saat aku memintanya.

"Yan, tolong semua karyawan panggil kita harus diadakan audit. Mas Aldi tidak akan ke kantor lagi."

Sekitar lima menit semua karyawan sudah berkumpul, aku meminta laporan dari mereka dari bulan kemarin. Syukurnya tidak ada kendala dalam rapat kali ini. Semua bukti sudah jelas mas Aldi memang menggelapkan dana perusahaan. Ada beberapa transfer ke berbagai rekening dengan jumlah berbeda-beda.

Dengan bukti ini aku makin yakin kalau harus mengambil perusahaan lagi. Enak saja mas Aldi menikmati uang perusahaan bersama pelakor. Pun mertuaku yang ikut andil dalam masalah ini.

Setelah selesai rapat, aku gegas pergi ke rumah dan pura-pura tidak mengetahui pernikahan suamiku. Baru saja merebahkan diri di sofa tiba-tiba pintu digedor dengan kencang.

"Siapa sih ganggu orang istirahat saja!" gerutuku kesal. Saat pintu dibuka mataku membulat sempurna, ibunya mas Aldi nyelonong masuk dan membawa koper di tangannya.

"Yu, Ibu mau tinggal di sini. Rumah di sana sedang renovasi," kilahnya

Enak saja mau tinggal di sini setelah apa yang telah dilakukannya di belakangku. Namun, ada baiknya juga beliau tinggal di sini akan kuperlakukan dengan senang hati.

"Berapa lama? Tapi, nggak gratis lho, Bu," seloroh ku dengan sedikit tersenyum

"Maksudnya apa? Kamu tidak suka Ibu tinggal di sini?" jawabnya dengan menatap tajam.

"Ah, tidak. Mulai besok aku mau kerja lagi di perusahaan. Dan tentunya di rumah tak ada yang masak  ... jadi, ...."

Aku sengaja tidak melanjutkan ucapanku biarlah beliau yang menebak. Pasti mengerti dan benar saja mertuaku tidak terima dengan apa yang kumaksud.

"Tega kamu sama mertua sendiri anggap pembantu. Akan aku adukan pada Aldi biar kamu dimarahi."

Aku hanya mengangkat bahu acuh, terserah. Sudah tidak peduli lagi dengan lelaki itu mungkin sebentar lagi kami akan bercerai. Toh, rumah ini warisan dari almarhum papa. Dan benar saja ponselku berdering memperlihatkan nama suamiku. Rasanya malas untuk bicara basa-basi.

"Kenapa?" jawabku ketus

"Kamu menyuruh Ibu menjadi pembantu di rumah kita? Dasar menantu durhaka!" pekiknya sontak aku menjauhkan ponsel dari telinga yang membuat berdenging.

Aku menghela nafas panjang tak ada lagi rasa takut padanya. Kini, aku bukan lagi wanita yang penurut maupun penyayang. Jangan harap kalian akan melihat Ayu seperti dulu.

"Aku tidak menyebutnya pembantu lho, Mas. Hanya saja besok perusahaan akan aku ambil alih. Jadi, di rumah tak ada yang masak pun mengurus segala keperluan kamu."

"Maksud kamu apa? Bu-bukannya selama ini tak mau repot urus perusahaan?" tanyanya, kini nadanya sangat lembut tidak membentak seperti tadi.

Dasar manusia licik setelah aku mengatakan begitu nyalinya langsung menciut. Bagaimana kalau aku tendang dia dari rumah ini, sepertinya akan seru. Apalagi melihat pelakor itu menangis darah kalau mengetahui suaminya kere. Bukannya bersyukur, dia malah kufur.

"Halo, halo kamu masih di sana 'kan, Yu?"

"Sudahlah Mas, aku capek."

Aku pun mematikan ponsel sepihak terlihat wajah mertuaku tersenyum bangga. Mungkin dia kira mas Aldi telah berhasil memarahiku. Oh, tidak akan pernah terjadi lagi.

"Kamu pasti akan diusir dari rumah ini. Anakku kan orang kaya, dasar tak tahu malu sudah numpang menyuruh mertua menjadi pembantu pula."

Aku hanya tersenyum kecut mendengar ocehannya. Apa tidak tahu kalau rumah dan perusahaan itu milikku. Oiya, aku lupa saat pernikahan mertuaku tidak ada. Mungkin mas Aldi menyatakan kalau ini rumah miliknya karena setelah menikah sudah dua kali beliau ke rumah. Aku malas berdebat dengannya lebih baik masuk kamar untuk persiapan besok.

"Hei Ayu! Kamu tidak sopan orangtua sedang bicara malah pergi, dasar mantu mandul!" teriaknya

Aku tersentak dengan ucapan terakhirnya mengapa begitu tega mengatakan itu, padahal aku selalu mengajak mas Aldi untuk cek kondisi masing-masing. Namun, beliau selalu menolak dan beralasan sibuk. Dan tak pernah menyindir untuk segera mempunyai anak, mas Aldi tipe suami yang dikasih syukur kalau tidak belum rezeki.

Akan tetapi, mengapa dengan mertuaku. Jangan tanya bagaimana perasaanku saat ini. Hancur, setelah suamiku menikah diam-diam. Mertuaku mengatakan mandul, bulir kristal itu tidak bisa lagi tertahan dipelupuk mata.

Aku berjanji ini air mata terakhir yang keluar. Gegas kupercepat langkah menuju lantai dua. Kamar yang rapi seperti tak pernah tersentuh oleh sepasang suami-istri.

Sekitar pukul 20.30 tiba-tiba pintu kamarku terbuka. Baru saja memejamkan mata aku dibuat kaget dengan kedatangan mas Aldi. Bukannya dia pulang seminggu lagi? Dan ini  ... malam pertamanya dengan pelakor itu yang tidak lain adalah sahabatku.

Tiba-tiba saja mas Aldi menciumku dengan bringas. Ada apa dengannya? Sudah dua minggu ini kami tidak melakukannya, aku pun ikut terbuai dengan permainannya. Lalu, aku sadar kalau dirinya bukan hanya milikku rasanya jijik. Sontak kudorong dada bidang tegap itu.

"Yu, kamu tadi hanya bercanda, kan?" tanyanya dengan lembut.

"Yang mana, Mas?" tanyaku pura-pura bodoh

"Besok kamu akan mengambil alih perusahaan. Bukannya tidak mau repot mengurusnya?"

O, jadi karena ini dia pulang secepatnya. Pantesan saja rela meninggalkan malam pertamanya. Aku yakin Mila-sahabat yang telah merebut mas Aldi, kini tengah marah-marah.

"Iya, aku bosan di rumah terus, Mas," kilahku

"Apa tidak ikut arisan gitu kalau bosan. Kalau kerja, aku takut kamu capek Sayang."

Ingin muntah mendengar ucapannya. Sudah mending buang saja kata sayang itu Mas. Simpan buat istrimu yang lain.

"Aku ingin juga mengembangkan perusahaan papa. Lagi pula, aku ada kejutan buat kamu besok. Syukurnya kamu pulang sekarang," ucapku sambil menyeringai membayangkan apa yang akan kulakukan padanya.

Wajah mas Aldi terlihat berbinar tidak tahu saja kalau besok, dia akan menangis darah.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Aku Dikira Miskin, Padahal Kaya Bukan Main   ending

    Part 33EndingTak kusangka lelaki yang berperawakan tak terlalu tinggi itu melangkah mendekat. Lalu, dia bersujud di kaki ibunya Imas. Wanita itu hanya terdiam seribu bahasa mulutnya menganga seakan tak percaya apa yang dikatakan lelaki tadi. Wajahnya sangat pucat pasi seperti tak ada darah yang mengaliri. HeningTak ada yang bersuara sama sekali. Terlihat wajah ibunya Imas nampak lesu. Mungkin bisa menebak apa yang telah terjadi pada putrinya. Ingin hati mendengarkan percakapan di antara ketiganya. Namun, tangan ini sudah diapit dengan lembut oleh suamiku. "Ayo pulang jangan kepo urusan orang lain. Masalah kita sudah selesai," ajaknya setengah berbisik. Sebelum benar-benar keluar rumah, sudut mataku menangkap kalau Imas melihat mas Daren dengan sendu. Aku hanya cuek dan mengangkat bahu acuh. "Ayu, kok melamun itu suamimu sudah masuk mobil. Apa mau tetap tinggal di sini?" ujar uwa mengagetkanku.Aku terhenyak dengan perkataan uwa dan tersenyum tipis padanya. Malu kalau ketahuan m

  • Aku Dikira Miskin, Padahal Kaya Bukan Main   part 32

    Part 32Hari ini terkahir kami berada di Bandung. Sebenarnya aku tak ingin pergi dulu karena suasana di sini sangat membuatku nyaman. Namun, mas Daren juga tak bisa lama-lama untuk cuti banyak sekali pekerjaan yang harus dikerjakan. Kami sudah bersiap-siap untuk berangkat, uwa ikut mengantar ke depan karena jalan ini tidak akan muat untuk mobil. "Yu, sehat-sehat ya jangan lupa nanti main lagi ke sini." Mata uwa berkaca-kaca. Aku pun ikut merasakan ketulusan darinya. Uwa juga memiliki satu putra tunggal yang bernama Dirja tetapi, dia sedang kuliah di Surabaya. Kami pun berpelukan untuk melepas rindu. Dari arah depan terlihat Imas hanya menatap kepergian kami. Dia tidak mau mendekat lagi karena sebelumnya sudah kuperingatkan walaupun beberapa kali selalu abai. Namun, beruntungnya aku sudah mempunyai rencana untuk melaporkan pada ibunya. Tentunya ada bukti untuk menjatuhkan calon pelakor itu. "Seandainya dirimu wanita baik-baik mungkin tak akan merusak rumah tangga orang lain. Namun

  • Aku Dikira Miskin, Padahal Kaya Bukan Main   part 31

    Part 31Uwa tidak menanggapi perkataan Imas. "Heh wanita sinting tak tahu malu, aku istrinya mas Daren. Kamu menanyakan dia kan? Karena tidak ada lagi lelaki di rumah Uwa kecuali suamiku!" Kutatap wajah polos itu tanpa rasa takut. Dadaku naik turun, Uwa terus menarik tanganku agar menjauh dari wanita sialan itu. "Istri?" balasnya yang melihat penampilanku dari atas sampai bawah. Seperti tengah mengejek karena saat ini aku memaki baju seperti dirinya. Ini gara-gara mas Daren yang tak mau bilang ingin menginap hingga aku minjam baju uwa saat masih gadis. Memang terlihat sangat lusuh apalagi sandal jepit yang kupakai menambah kesan jelek. "Iya memangnya kenapa? Apa ada yang salah?" tanyaku dengan menatap tajam. Aku tak akan mengalah hanya untuk wanita seperti dirinya. Meskipun aku diam pasti mas Daren tak akan tergoda dengan wanita seperti dirinya. "Aku tahu tipe mas Daren. Mana ada wanita kucel macam kamu bisa jadi istrinya!" Dia pun berdecih sambil bertolak pinggang. Ingin ku jamb

  • Aku Dikira Miskin, Padahal Kaya Bukan Main   part 30

    Part 30Seorang wanita tengah menatapku tak suka, dia berdiri di tembok pagar rumah uwa yang tingginya hanya satu meter. Dia terus memerhatikan ku yang tengah menyantap buah mangga muda. Tiba-tiba mas Daren datang sambil membawa garam yang kupinta, seketika raut wajah wanita itu tersenyum. Matanya berbinar menatap suamiku. Siapa dia? Dia masih saja setia berada di sana meskipun kutatap tajam wanita itu seolah mengatakan jangan macam-macam. Sengaja diri ini bermanja-manja pada mas Daren ingin disuapin buah mangga. Terlihat suamiku ngilu saat aku memakan buah itu yang masih mengkal serta renyah saat digigit. "Kamu mau, Mas?" tanyaku dengan sedikit manja. Aku mengeluskan kepala pada dada bidangnya ingin mengetahui saja bagaimana reaksi wanita itu. Benar dugaanku wanita itu makin melotot seraya mengangkat kedua tangannya mengepal seakan ingin mengajak perang. Siapa sih dia, tidak dimana-mana tak suka dengan kebahagiaan ku. "Enggak, apa enak?" ujarnya. Aku pun mengalihkan perhatian p

  • Aku Dikira Miskin, Padahal Kaya Bukan Main   part 29

    Bab 29Ada rasa sesak di dada saat menyaksikan teman yang kita sayangi dibawa sama polisi. Aku tak sanggup melihatnya, tetapi harus bisa kuat ini demi kebaikan dirinya. Semoga kamu bisa menyadari kesalahannya, Sya. Sudut mataku mengeluarkan cairan bening. Tiba-tiba ada tangan kekar yang melingkar di pinggang, hangat. Deru nafasnya bisa kurasakan, mas Daren memang suami yang sangat pengertian. "Mas," ucapku dengan suara sedikit gemetar. "Jangan menyesal, ini yang terbaik buat dia," balasnya memelukku dengan erat. Syasya sudah dibawa ke kantor polisi kini kami meninggalkan apatermen milik Syasya. Ada rasa lega di hati. "Kenapa kamu tidak melibatkan Mas, hem." Aku sedikit salah tingkah dengan tatapannya yang begitu menyejukan hati. Dia memandangku tanpa berkedip. "A-aku tak ingin merepotkan. Bukannya, Mas sedang ada rapat penting?" Aku menelan saliva saat tangan kekar itu m*ny*ntuh bibir. Ada desiran aneh ditubuhku. "Ayo pulang." Mas Daren tidak melakukan apapun. Dia kembali

  • Aku Dikira Miskin, Padahal Kaya Bukan Main   part 28

    Part 28Pov SyasyaAku sangat benci Ayu, dia telah merebut segalanya. Rasanya malas untuk berpura-pura baik lagi, akan ku tunjukan siapa Syasya sebenarnya. Suatu hari aku membuat kekacauan, meneror rumah Ayu dan seakan-akan bukan aku yang melakukan itu. Betapa bodohnya si Ayu itu dia wanita yang sangat polos, aku sudah muak dengan pura-pura baik padanya.Seperti yang kuduga, Ayu memang percaya bukan aku dibalik semua ini. Dan, ya aku tak bisa lagi diam. Saat ada kesempatan, aku ingin memb*nhnya. Akhirnya semua yang kuinginkan kembali padaku. Rasanya sangat bahagia ketika orang yang kucintai kembali. Syukurnya Mila mau kuperalat untuk memudahkan rencana ini dengan mulus. Aku sangat bahagia saat melihat dirinya menderita, tujuanku sudah tercapai. Akan tetapi, kebahagiaan itu tidak berselang lama, entah mengapa aku dipertemukan kembali dengan si Ayu. Walaupun sekarang penampilannya berubah, tetapi aku masih mengenalinya. Amarah ini tak bisa lagi dibendung, mengapa dirinya bisa selamat.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status