Share

Bab 52 - Mabuk

Author: Faw faw
last update Last Updated: 2025-10-21 20:46:50

"Dasar gila! Temanmu yang satu itu memang mencurigakan!" gumam Viola dengan nada kesal, napasnya masih terengah karena harus memapah tubuh Felisha yang setengah lunglai.

Mereka duduk di kursi luar bar, di teras kecil yang dihiasi lampu gantung remang. Angin malam berhembus lembut, membawa aroma alkohol dan asap rokok dari dalam bar, setidaknya cukup melegakan tubuh Viola yang kepanasan karena berkeringat.

Felisha, yang kepalanya berat dan wajahnya memerah, merajuk pelan seperti anak kecil. "Kenapa kita pindah ke luar, sih? Aku masih mau minum, tahu..." katanya, suaranya terdengar serak dan manja. Tangannya lemah menopang kepala yang akhirnya rebah santai di atas meja kayu.

Viola menyipitkan mata, menahan rasa gemas dan khawatir yang bercampur jadi satu. "Astaga, aku memang menyuruhmu minum sedikit saja. Tapi tidak kusangka ternyata kau sepayah ini. Masa baru setengah gelas sudah teler begini?!" katanya setengah mencak-mencak, meski nada suaranya masih diselimuti perhatian dan kasih sa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Aku Ingin Kau Jadi Milikku   Bab 117 - Uang dan Luka

    Siang itu, Rosie baru saja selesai mencuci pakaian dan menjemurnya di tiang jemuran depan rumah. Matahari begitu terik, membuat peluh menetes deras di wajah dan lehernya. Tubuhnya letih, tapi pekerjaannya belum selesai-masih ada dapur yang menunggu.Rutinitas rumah tangga memang tak pernah ada habisnya. Yang paling membuatnya kesal adalah kenyataan bahwa suami dan anaknya sama sekali tidak membantu. Dua-duanya hanya tahu makan dan tidur."Bu, aku lapar. Hari ini masak apa?"Daniel muncul dari dalam kamar dengan rambut acak-acakan, wajah kusut, dan suara serak baru bangun tidur. Ia berjalan santai menuju teras, duduk di kursi dekat pintu yang terbuka lebar, lalu menguap panjang.Pemandangan itu membuat darah Rosie langsung naik."Jam segini baru bangun? Mau jadi apa kau, hah?! Sudah tidak pernah membantu, taunya cuma makan dan minta uang! Dasar anak tidak berguna!"Daniel sama sekali tidak tersinggung. Baginya, suara ibunya yang melengking itu sudah seperti musik latar sehari-hari-kera

  • Aku Ingin Kau Jadi Milikku   Bab 116 - Luka Yang Tak Terlihat

    Ace memandangi layar ponselnya dengan gelisah di sela rapat malam yang belum juga usai. Beberapa jam lalu, ia sempat mengirim pesan pada Felisha.--Pestanya sudah selesai? Aku jemput kau, ya.--Namun hingga setengah jam berlalu, pesan itu tak kunjung dibalas. Bahkan belum dibaca. Sampai rapat berakhir pukul sepuluh malam pun layar ponselnya masih menampilkan tanda yang sama — pesan terkirim, tapi tak tersentuh.“Apa dia mabuk di pesta?” gumam Ace, nyaris tak terdengar. “Tapi harusnya tidak apa-apa. Ada Viola bersamanya.”Kegelisahan itu tak luput dari perhatian Theo yang tengah membereskan berkas-berkas rapat. Ia melirik Ace yang masih termenung di kursinya.“Kau harusnya senang, Ace,” ujar Theo, bermaksud menyemangati. “Rapat kali ini akan membuka lembaran baru yang cerah untuk divisi kita. Tuan Edward juga setuju dengan proposal Real Human Stories-mu itu. Untuk pertama kalinya, aku melihat rasa bangga di wajah ayahmu.”Tapi tak ada reaksi dari Ace. Wajahnya tetap tenang, tapi matany

  • Aku Ingin Kau Jadi Milikku   Bab 115 - Malam Yang Tak Pernah Tenang

    “Kena sial?” ulang Eric, heran.Felisha yang mendengar itu menggigit bibir, tak terima. Di dadanya masih tersimpan trauma dari Vero — pria bejat yang hampir merusak harga dirinya. Namun kali ini ia tak bisa diam saja.“Apa maksudmu?!” gerutu Felisha, menatap Vero dengan tatapan tajam. “Kau yang punya sifat buruk, kenapa malah menyalahkanku?!”“Apa katamu?” Vero mengernyit, merasa terhina. Ia melangkah maju, hendak berhadapan langsung dengan Felisha. Namun Haruto segera pasang badan, menutupi tubuh Felisha dengan tubuh besarnya.“Hei, kau mau apa?” tanya Haruto serius. Untuk pertama kalinya, ia menatap Vero dengan tatapan tajam — tak seperti biasanya yang bersahabat.Melihat perubahan sikap pria itu, Vero mendengus lalu tertawa pahit. Ia berpaling sebentar dengan gaya angkuh sebelum kembali menatap Haruto dengan raut meremehkan.“Menggelikan sekali,” gumamnya sinis. “Kau yang dulu paling keras menghina dia, sekarang malah jadi pahlawan, ya?”“Itu masa lalu,” balas Haruto datar. “Sebelu

  • Aku Ingin Kau Jadi Milikku   Bab 114 - Sendirian

    Pesta kemenangan tim Kreatif 1 digelar oleh Vin di sebuah restoran Cina yang juga berfungsi sebagai bar karaoke. Di sana tentunya sudah ada Vin, Haruto, dan Eric. Namun Felisha tidak menyangka, para kru syuting juga ikut bergabung dalam pesta itu. Suasananya jauh lebih meriah dibanding pesta kecil-kecilan di bar beberapa waktu lalu—pesta yang berakhir dengan dirinya yang tak sadarkan diri karena mabuk.“Wah, ramai sekali, ya,” ujar Viola sambil tersenyum kaku.“Aku pikir cuma tim kita saja,” sahut Felisha pelan. Jujur saja, ia merasa tidak nyaman dengan keramaian seperti ini. Terlebih ketika ia memergoki beberapa kru wanita saling berbisik-bisik sambil menatap ke arahnya. Felisha bisa merasakan jelas pandangan itu—dingin, menyelidik, dan membuatnya risih.“Ayo duduk di sini!” seru Eric bersemangat, melambaikan tangan ke arah Felisha dan Viola yang masih berdiri di ambang pintu.Viola segera menggandeng lengan Felisha dan mengajaknya maju. “Ayo, Fel. Kita duduk.”Setidaknya, keberadaan

  • Aku Ingin Kau Jadi Milikku   Bab 113 - Manisnya Hadiah, Pahitnya Ancaman

    Mobil Ace berhenti dengan gagah di depan kafe kecil di sudut jalan Orchard. Felisha melepaskan sabuk pengamannya, lalu menoleh pada Ace dengan senyum lembut.“Terima kasih sudah mengantarku,” ucapnya sopan. “Kau pulanglah dengan hati-hati, ya.”Ace tersenyum hangat, matanya tak lepas dari wajah Felisha. “Tidak,” katanya santai. “Aku mau kembali ke kantor dulu.”“Kembali ke kantor?” Felisha menatapnya heran. “Kenapa? Ada yang ketinggalan?”Ace menggeleng ringan. “Masih ada yang harus kuurus.”Seketika dahi Felisha mengerut. Ada nada bersalah di suaranya ketika ia berkata, “Kalau begitu, kenapa repot-repot mengantarku? Kau tinggal bilang saja. Aku bisa pulang sendi—”Namun kata-katanya terputus saat Ace tiba-tiba mencondongkan tubuh dan mengecup pipinya dengan lembut.Felisha membeku di tempat karena terkejut.“Kalau cium pipi tidak apa-apa, kan?” bisik Ace pelan, wajahnya masih sangat dekat. Nafas hangatnya menyentuh kulit Felisha.Felisha memalingkan wajah dengan cepat, pipinya mema

  • Aku Ingin Kau Jadi Milikku   Bab 112 - Komisi

    Viola berdiri terpaku di depan mesin ATM. Di tangannya tergenggam setumpuk uang tebal yang baru saja ditariknya. Jemarinya bergetar pelan, seolah tak percaya dengan jumlah yang begitu besar di genggamannya. Di layar mesin, saldo yang tersisa pun masih separuh dari total awal.“I-ini… beneran?” gumamnya pelan, nyaris tak terdengar. Matanya menatap uang itu lekat-lekat, seakan masih berusaha memastikan bahwa semua ini bukan mimpi.Beberapa jam sebelumnya, Viola menerima notifikasi transfer di ponselnya. Keterangan di layar membuatnya tertegun: Bayaran Kerjasama Iklan – Tim Kreatif 1 Newton Group.Jumlahnya 30.000 dolar.Itu terlalu besar. Terlalu tidak masuk akal untuk seorang bintang iklan dadakan seperti dirinya.Ia bahkan sempat berpikir kalau sistemnya salah kirim. Tapi setelah dicek berulang kali, nama dan nomornya benar. Uangnya nyata.Masih dengan perasaan campur aduk antara kagum, bingung, dan sedikit takut, Viola memasukkan kembali sebagian uang ke dompetnya. Tak ingin menunda

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status