Home / Romansa / Aku Ingin Kau Jadi Milikku / Bab 58 - Tatapan Yang Tak Biasa

Share

Bab 58 - Tatapan Yang Tak Biasa

Author: Faw faw
last update Last Updated: 2025-10-21 21:11:42

Sore pun tiba lebih cepat dari yang Felisha duga. Setelah selesai bekerja dan pulang ke rumah, ia berganti pakaian ke kostum olahraga yang simpel dan nyaman, yaitu kaos lengan pendek berwarna merah muda pucat serta celana training abu-abu. Sementara itu, Viola juga sudah siap dengan kostum olahraganya yang tak kalah sederhana. Keduanya berjalan bersama menuju gym tempat tim mereka akan berolahraga.

Sesampainya di sana, Felisha melihat tiga serangkai di timnya—Haruto, Eric, dan Vero—sudah duduk di sofa dekat meja resepsionis. Sementara di dalam ruangan gym, beberapa kru syuting tampak sudah mulai latihan masing-masing.

Felisha mendekat sambil menghela napas, “Kenapa kalian tidak masuk?”

Eric mengusap tengkuknya sambil tertawa kecil. “Kami menunggu Tuan Vin. Lagipula, rasanya canggung juga kalau mau gabung sama kru syuting."

Felisha mengangguk maklum. Ia melirik sofa yang sudah penuh diduduki oleh mereka. “Kalai begitu aku dan Viola tunggu di dalam saja.”

Viola ikut mengiyakan. “Ayo, Fe
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Aku Ingin Kau Jadi Milikku   Bab 116 - Luka Yang Tak Terlihat

    Ace memandangi layar ponselnya dengan gelisah di sela rapat malam yang belum juga usai. Beberapa jam lalu, ia sempat mengirim pesan pada Felisha.--Pestanya sudah selesai? Aku jemput kau, ya.--Namun hingga setengah jam berlalu, pesan itu tak kunjung dibalas. Bahkan belum dibaca. Sampai rapat berakhir pukul sepuluh malam pun layar ponselnya masih menampilkan tanda yang sama — pesan terkirim, tapi tak tersentuh.“Apa dia mabuk di pesta?” gumam Ace, nyaris tak terdengar. “Tapi harusnya tidak apa-apa. Ada Viola bersamanya.”Kegelisahan itu tak luput dari perhatian Theo yang tengah membereskan berkas-berkas rapat. Ia melirik Ace yang masih termenung di kursinya.“Kau harusnya senang, Ace,” ujar Theo, bermaksud menyemangati. “Rapat kali ini akan membuka lembaran baru yang cerah untuk divisi kita. Tuan Edward juga setuju dengan proposal Real Human Stories-mu itu. Untuk pertama kalinya, aku melihat rasa bangga di wajah ayahmu.”Tapi tak ada reaksi dari Ace. Wajahnya tetap tenang, tapi matany

  • Aku Ingin Kau Jadi Milikku   Bab 115 - Malam Yang Tak Pernah Tenang

    “Kena sial?” ulang Eric, heran.Felisha yang mendengar itu menggigit bibir, tak terima. Di dadanya masih tersimpan trauma dari Vero — pria bejat yang hampir merusak harga dirinya. Namun kali ini ia tak bisa diam saja.“Apa maksudmu?!” gerutu Felisha, menatap Vero dengan tatapan tajam. “Kau yang punya sifat buruk, kenapa malah menyalahkanku?!”“Apa katamu?” Vero mengernyit, merasa terhina. Ia melangkah maju, hendak berhadapan langsung dengan Felisha. Namun Haruto segera pasang badan, menutupi tubuh Felisha dengan tubuh besarnya.“Hei, kau mau apa?” tanya Haruto serius. Untuk pertama kalinya, ia menatap Vero dengan tatapan tajam — tak seperti biasanya yang bersahabat.Melihat perubahan sikap pria itu, Vero mendengus lalu tertawa pahit. Ia berpaling sebentar dengan gaya angkuh sebelum kembali menatap Haruto dengan raut meremehkan.“Menggelikan sekali,” gumamnya sinis. “Kau yang dulu paling keras menghina dia, sekarang malah jadi pahlawan, ya?”“Itu masa lalu,” balas Haruto datar. “Sebelu

  • Aku Ingin Kau Jadi Milikku   Bab 114 - Sendirian

    Pesta kemenangan tim Kreatif 1 digelar oleh Vin di sebuah restoran Cina yang juga berfungsi sebagai bar karaoke. Di sana tentunya sudah ada Vin, Haruto, dan Eric. Namun Felisha tidak menyangka, para kru syuting juga ikut bergabung dalam pesta itu. Suasananya jauh lebih meriah dibanding pesta kecil-kecilan di bar beberapa waktu lalu—pesta yang berakhir dengan dirinya yang tak sadarkan diri karena mabuk.“Wah, ramai sekali, ya,” ujar Viola sambil tersenyum kaku.“Aku pikir cuma tim kita saja,” sahut Felisha pelan. Jujur saja, ia merasa tidak nyaman dengan keramaian seperti ini. Terlebih ketika ia memergoki beberapa kru wanita saling berbisik-bisik sambil menatap ke arahnya. Felisha bisa merasakan jelas pandangan itu—dingin, menyelidik, dan membuatnya risih.“Ayo duduk di sini!” seru Eric bersemangat, melambaikan tangan ke arah Felisha dan Viola yang masih berdiri di ambang pintu.Viola segera menggandeng lengan Felisha dan mengajaknya maju. “Ayo, Fel. Kita duduk.”Setidaknya, keberadaan

  • Aku Ingin Kau Jadi Milikku   Bab 113 - Manisnya Hadiah, Pahitnya Ancaman

    Mobil Ace berhenti dengan gagah di depan kafe kecil di sudut jalan Orchard. Felisha melepaskan sabuk pengamannya, lalu menoleh pada Ace dengan senyum lembut.“Terima kasih sudah mengantarku,” ucapnya sopan. “Kau pulanglah dengan hati-hati, ya.”Ace tersenyum hangat, matanya tak lepas dari wajah Felisha. “Tidak,” katanya santai. “Aku mau kembali ke kantor dulu.”“Kembali ke kantor?” Felisha menatapnya heran. “Kenapa? Ada yang ketinggalan?”Ace menggeleng ringan. “Masih ada yang harus kuurus.”Seketika dahi Felisha mengerut. Ada nada bersalah di suaranya ketika ia berkata, “Kalau begitu, kenapa repot-repot mengantarku? Kau tinggal bilang saja. Aku bisa pulang sendi—”Namun kata-katanya terputus saat Ace tiba-tiba mencondongkan tubuh dan mengecup pipinya dengan lembut.Felisha membeku di tempat karena terkejut.“Kalau cium pipi tidak apa-apa, kan?” bisik Ace pelan, wajahnya masih sangat dekat. Nafas hangatnya menyentuh kulit Felisha.Felisha memalingkan wajah dengan cepat, pipinya mema

  • Aku Ingin Kau Jadi Milikku   Bab 112 - Komisi

    Viola berdiri terpaku di depan mesin ATM. Di tangannya tergenggam setumpuk uang tebal yang baru saja ditariknya. Jemarinya bergetar pelan, seolah tak percaya dengan jumlah yang begitu besar di genggamannya. Di layar mesin, saldo yang tersisa pun masih separuh dari total awal.“I-ini… beneran?” gumamnya pelan, nyaris tak terdengar. Matanya menatap uang itu lekat-lekat, seakan masih berusaha memastikan bahwa semua ini bukan mimpi.Beberapa jam sebelumnya, Viola menerima notifikasi transfer di ponselnya. Keterangan di layar membuatnya tertegun: Bayaran Kerjasama Iklan – Tim Kreatif 1 Newton Group.Jumlahnya 30.000 dolar.Itu terlalu besar. Terlalu tidak masuk akal untuk seorang bintang iklan dadakan seperti dirinya.Ia bahkan sempat berpikir kalau sistemnya salah kirim. Tapi setelah dicek berulang kali, nama dan nomornya benar. Uangnya nyata.Masih dengan perasaan campur aduk antara kagum, bingung, dan sedikit takut, Viola memasukkan kembali sebagian uang ke dompetnya. Tak ingin menunda

  • Aku Ingin Kau Jadi Milikku   Bab 111 - Guan

    “Bibi Rosie…? Paman Guan…?”Bibir Felisha bergetar ketika menyebut dua nama itu. Terutama nama terakhir—Guan. Orang paling kejam yang pernah ia temui dalam hidupnya.Ingatan pahit itu menyeruak begitu saja.Ia masih kecil ketika pria itu mengusirnya hanya karena meminta sesuap nasi untuk bertahan hidup setelah kedua orang tuanya tiada. Guan mendorongnya dengan kasar hingga jatuh ke tanah.Ketika Felisha kehausan, pria itu bahkan menawarinya sebotol alkohol yang sedang diminumnya sambil tertawa. Felisha kecil yang malang terbatuk-batuk, tenggorokannya perih, namun tak ada belas kasihan di mata pria itu. Hanya ejekan dan tawa dingin.Sejak saat itu, Felisha bersumpah tak ingin bertemu dengannya lagi.Tapi malam ini, sosok keji itu berdiri di depan pintu apartemennya, diseret oleh Rosie ke dalam rencana busuknya.“Lama tidak bertemu, keponakanku,” gumam Guan dengan senyum palsu. Ia berjongkok di hadapan Felisha yang masih terduduk lemah di lantai, lalu menepuk pundaknya dengan gaya sok a

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status