Share

Aku Istri Bukan Babu Gratisan Mas!
Aku Istri Bukan Babu Gratisan Mas!
Author: Black rose

Hari keempat pernikahan.

"Anisa maukah kamu menjadi istri dan ibu sambung untuk Kayla?" tanya mas Arman saat itu. 

"Iya Mas, demi Kayla aku mau jadi istrimu," jawabku yakin pada mas Arman.

**

Setelah menikah aku langsung diboyong ke rumahnya di Jakarta karena mas Arman banyak pekerjaan yang tidak bisa ditinggal terlalu lama.

Bahagia rasanya karena anak sambungku menerimaku dengan baik, bahkan kami sudah sangat lengket seperti sudah lama kenal padahal kami bertemu pertama kali saat ijab kabul pernikahanku dan Papanya.

Pertama-tama aku di ajak berkeliling rumah bernuansa putih yang memiliki dua lantai, taman, kolam renang, dan fasilitas lainnya yang lumayan mewah hampir mirip dengan rumah orangtuaku.

Aku Anisa Rahmawati, menikah dengan duda anak satu yaitu Arman Hermansyah seorang manajer di salah satu perusahaan ternama. Kami bertemu di cafe favoritku, saat itu aku sendirian di cafe tak sengaja kami bertabrakan kemudian berkenalan.

Disana ia bercerita jika sedang bersedih karena istri tercintanya telah meninggalkannya untuk selama lamanya karena kecelakaan, diriku tersentuh mendengar ceritanya kuberi dia semangat agar tidak ia tak tenggelam dalam kesedihannya.

Hari-hari berjalan dengan sempurna dan aku pun jatuh cinta padanya, tidak munafik wanita mana yang tidak luluh jika terus-terusan diberi perhatian oleh pria yang tampan dan juga mapan.

Sampai suatu hari ia melamarku dengan cara yang romantis, aku dibawanya ke sebuah taman yang sudah dihiasi dengan indah ada lantunan musik nan syahdu dan ia berlutut di hadapanku sambil menyematkan cincin di jari manisku. 

"Anisa Rahmawati maukah kamu menjadi istriku dan ibu dari anakku Kayla?" katanya kala itu tanpa berpikir panjang kuterima lamaran dari pria idamanku itu.

Dia menjadikanku ratu di hatinya biarpun aku belum menjelaskan lebih dalam mengenai diriku, mengingat hal manis itu membuatku ingin terbang di awan-awan.

Kini sudah 4 hari aku menjadi istri mas Arman sekaligus ibu sambung untuk Kayla putrinya. Bahagia rasanya menikahi seorang pria yang sukses dan juga tampan, bahkan Kayla sangat mudah berbaur denganku.

Malam sudah menunjukkan pukul 21.15 aku dan Kayla masih setia menunggu kepulangan mas Arman.

"Assalamualaikum," suara mas Arman sosok yang aku tunggu-tunggu akhirnya datang juga.

"W*'alaikumsalam," kubuka pintu rumah dengan senyum yang sumringah menyambut kedatangan suamiku.

"Papa kok pulangnya malam banget sih," ucap Kayla gadis kecil mas Arman.

"Papa lagi banyak kerjaan di kantor makanya pulangnya malam kamu kok belum tidur sayang sudah malam loh," balas mas Arman kemudian mengecup kening putrinya.

"Kayla pengen main sama Papa, kapan kita main? Papa sibuk terus sih," rengek Kayla ya memang mas Arman terlampau sibuk bahkan

setelah menikah mas Arman tak pernah mengajakku jalan-jalan sekedar belanja kebutuhan rumah tangga.

"Nanti ya main ya, sekarang kamu tidur sudah malam besok sekolah kan, ayo masuk kamar terus tidur," 

Dengan kecewa Kayla menuruti perkataan Papanya, sedih rasanya melihat gadis kecil itu padahal dari tadi ia sangat bersemangat menunggu kepulangan sang Papa berharap bisa bermain katanya.

"Mas makan malam yuk, aku udah masakin makanan kesukaanmu loh," ajakku masih dengan senyum yang mengembang.

"Aku capek mau langsung tidur saja," balasnya dengan dingin.

Deg.... apa ini secepat inikah mas Arman berubah?.

"Mas kamu kok sekarang berubah sama aku?" tanyaku penuh kecewa.

"Memang apa yang berubah, aku kan sudah bilang kalau aku capek di kantor banyak kerjaan bikin stress," jawabnya lagi-lagi sangat dingin.

Tanpa memperdulikan kekecewaanku mas Arman berlalu begitu saja dari pandangan mata ini, mengapa kau berubah secepat ini mas kita baru saja beberapa hari menjadi pasangan suami-istri.

Aku mengelus dada, menenangkan hati yang sedang berkecamuk dan belajar memahaminya mungkin benar di kantornya banyak pekerjaan, aku yang terlalu banyak menuntut perhatian. Semoga pekerjaan yang membuatnya begitu lelah, menjadi Lillah Mas.

**

Pagi-pagi sekali mas Arman sudah pergi ke kantornya, sedangkan aku tengah sibuk mempersiapkan Kayla untuk bersekolah semenjak menikah urusan antar-jemput dan semua kebutuhan Kayla menjadi tugasku sebagai istri sekaligus ibu sambung Kayla.

Sepulang sekolah Kayla, aku dan putri sambungku mampir ke cafe untuk melepaskan kebosanan sejenak. Namun mata ini menangkap sepasang kekasih yang nampak sangat mesra yang lelakinya sangat familiar di mataku.

"Mas Arman.... ya itu mas Arman siapa wanita itu mengapa mereka berdua sangat dekat." Mata ini terus mengawasi sepasang manusia itu hingga mereka keluar sambil bergandengan tangan mesra.

Mata ini memanas, dan dada ini bergerumuh tega sekali kau mas.

"Kayla tunggu sebentar disini ya Nak," kataku pada anak sambungku yang nampak anteng menikmati minumannya.

Aku mengejar mas Arman dan wanita itu, tak ingin ketinggalan dengan langkah keduanya.

"Mas Arman..." Panggilku setengah berteriak, mereka pun berhenti dan menyadari kehadiranku.

"Mas siapa dia? kok kalian gandengan tangan mesra seperti itu?" mendengar pertanyaanku keduanya pun melepaskan gandengannya.

"Kenalin aku pacar mas Arman sekaligus calon istrinya," jawab wanita yang berdiri tepat di samping mas Arman.

Deg... dia bilang calon istri? apa aku tak salah dengar, lalu untuk apa mas Arman menikahiku bila dia punya pacar dan calon istri.

"Apa-apaan ini mas, kita ini baru beberapa hari menikah sekarang kamu sudah pacaran dengan wanita lain," kataku sambil menatap tajam mata mas Arman sebisa mungkin kutahan air mataku agar tak jatuh.

"Aku dan Nita bukan baru beberapa hari berpacaran kami sudah berpacaran jauh sebelum kita menikah," jawabnya dengan sangat enteng.

"Apa mas? maksudnya apa?" tanyaku lagi tak percaya dengan perkataan mas Arman.

"Aku sama mas Arman sudah pacaran sebelum kalian saling kenal! ngerti gak sekarang?" wanita disamping mas Arman yang menjawab pertanyaanku kali ini.

"Kalian..... kalian selama ini sudah pacaran?" Aku masih tak percaya dengan apa yang kudengar.

"Iiii.... Mas kamu nemu dimana cewek budek begini dijelasin berapa kali nggak ngerti ngerti juga," 

"Denger ya Nisa aku gak pernah cinta sama kamu, aku cuma cinta sama Nita!" ucap mas Arman berhasil membuat air mataku mengalir.

"Dengerin tuh, gimana udah ngerti belum kalau cintanya mas Arman ini cuma buat aku doang," ejek Nita dengan senyum penuh ejekan.

"Lalu untuk apa kamu menikahiku Mas?" 

"Jelasin Mas, apa tujuan sebenarnya kamu nikahi dia," sahut wanita yang berani menggandeng mesra suamiku di hadapan istri sahnya.

"Kami mau yakin mau tahu alasannya aku nikahin kamu?" bukannya menjawab pertanyaan dariku mas Arman justru memberiku pertanyaan yang sudah jelas tak perlu kujawab.

"Iya aku mau tahu apa alasannya dan aku siap dengan mendengar jawaban darimu," jawabku yakin.

Mas Arman hanya tersenyum mengejek saat mendengar perkataanku, apa ada yang salah dengan kata-kataku tadi sehingga ia bersikap seolah menghinaku.

"Jelasin Mas, maksudnya apa?" tanyaku lagi menuntut jawaban mas Arman.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status