Share

Pesan dari Ibu.

"Heh budek ya? denger gak gara-gara kamu Nayla nangis terus nih," katanya lagi dengan nada ketus terdengar pula tangisan lirih Kayla.

Rupanya wanita itu yang sedang berbicara denganku saat ini, ya memang karena kecerobohanku Kayla menangis seperti saat ini. 

"Iya maaf, sekarang dimana Kayla?" tanyaku.

"Di rumah, cepat pulang gue sama mas Arman sibuk!" jawabanya kemudian mematikan ponselnya begitu saja.

Kutarik nafas panjang, ingin sekali berkata kasar padanya. Namun aku pun sadar ini juga adalah kesalahanku, saat ini aku hanya harus cepat-cepat sampai dirumah.

"Mama Nisa ......," ucap Kayla saat melihatku sembari berlari ke arahku dan memelukku.

"Iya sayang.... maafin Mama Nisa ya," kataku sambil menenangkannya.

"Kamu tuh dari mana saja sih? jemput Kayla saja tidak beres!" bentak mas Arman saking emosinya wajah mas Arman memerah terdengar pula gemeretakan giginya.

"Maaf Mas aku kecapean kerjain pekerjaan rumah, jadinya lupa jemput Kayla," jawabku dengan wajah menunduk, sadar akan kecerobohanku.

"Hah..... alasan saja," ucapnya setengah berteriak.

"Makanya jangan males! dimarah kan," lontar wanita berpakaian seksi itu.

"Nita ayo kita pergi dari sini, sungguh aku muak melihat wajahnya yang sok lugu itu!" ajak mas Arman pada wanita yang tengah mengejekku dengan senyuman mengejekku, jadi nama wanita itu Nita aku lupa namanya.

Mobil hitam mengkilap mas Arman pun hilang dari pandangan mata ini, dadaku bergemuruh mengingat setiap kata-kata yang ia keluarkan tadi kutahan air mata yang siap meluncur bebas ini, aku tak ingin terlihat lemah apalagi di hadapan anak sambungku.

Kayla nampaknya sudah tenang dalam pelukanku, ya memang sedari tadi ia memelukku dengan erat. Suara tangis yang tadinya lirih pun sudah tak terdengar lagi, kutatap wajahnya yang ayu matanya menyiratkan kesedihan yang dalam, entah apa yang sudah dihadapinya saat aku lupa menjemputnya.

"Kayla..... sayang maafin Mama ya Nak," kataku dengan lembut dibalas dengan anggukan kepalanya saja.

"Mama janji nggak akan telat jemput lagi," kataku lagi.

"janji ya Ma, Kayla takut sendirian," balasnya sambil mengangkat jari kelingkingnya dan kami pun saling mengaitkan jari kelingking sambil tersenyum.

Saat bersama Kayla hatiku terasa hangat, mungkin karena kasih sayangnya sebagai anak yang membuatku nyaman. Namun saat bersama mas Arman duniaku bagai di neraka penuh dengan penderitaan dan air mata.

**

Ting!... sebuah pesan dari mas Arman

[hari ini aku tidak pulang dan nginap di hotel, jadi tidak usah tunggu saya pulang] ketiknya dalam pesan singkat itu.

Huft apakah dia menginap dengan Nita wanita idamannya itu? entahlah lebih baik sekarang aku tidur badanku juga terasa lelah.

"Ma....," baru saja aku mengunci pintu depan Kayla sudah memanggilku.

"Papa mana Ma? kok pintunya sudah dikunci?" tanya gadis kecil itu.

"Papa tidak pulang malam ini banyak pekerjaan di kantor jadi harus gak bisa pulang," jawabku dengan sedikit berbohong agar Kayla tidak sedih.

"Ya.... Papa pasti capek ya Ma, padahal Kayla pengen ditemenin bobo," ujar Kayla wajahnya terlihat murung mungkin kecewa.

"Gimana kalau Mama Nisa yang nemenin Kayla bobo," tawarku padanya barangkali kekecewaannya bisa hilang bila kutemani.

"Mau banget dong," balasnya dengan senyum manisnya.

Kayla pun menggandeng tanganku menuju kamarnya yang serba pink, dihiasi boneka-boneka lucu tentunya.

"Mama Nisa sini ayok duduk disini!" ajak Kayla yang sudah duduk di tepi ranjang, aku tersenyum dan menghampirinya.

"Mama Nisa masih sedih ya karena Papa marah-marah tadi siang?" tanya Kayla dengan wajah lugunya.

"Nggak kok, memangnya Kayla lihat Mama nangis nggak kan," 

"Dulu waktu Mama Kayla masih hidup, sering nangis karena Papa dan Tante jahat itu," pinta Kayla jadi mas Arman dan Nita sudah menjalani hubungan sejak Ibu Kayla masih hidup? sungguh teganya mas Arman berbuat itu.

"Jadi dulu Mama Kayla sering nangis karena Papa?" tanyaku pada Kayla.

"Iya, makanya Kayla gak mau kalau Papa nikah sama Tante jahat itu, Mama Kayla bilang Papa gak boleh sampai nikah sama Tante itu habis Mama bilang begitu tiba-tiba Mama tidur gak bangun-bangun lagi, hiks....hiks ...hiks ....." jelas Kayla disertai tangisan mungkin saat ini ia begitu merindukan sosok ibu kandungnya.

Aku terdiam mendengar penuturan Kayla, melihat air matanya membuat hatiku teriris sungguh teganya mas Arman menyakiti dua hati yang sangat berharga di kehidupannya bahkan tidak ada tanda-tanda kesedihan setelah kehilangan istrinya sendiri.

Kubawa Kayla dalam dekapanku, menghiburnya dengan elusan lembut di kepala dan rambut indahnya mungkin dengan ini kerinduannya pada sang ibu dapat terobati.

Setelah tenang kuberi dia air minum yang memang selalu disiapkan di meja belajarnya, dan kutidurkannya dengan lantunan sholawat agar hatinya tenang.

Kayla sudah tertidur pulas kulirik jam di handphoneku ternyata sudah menunjukkan pukul 22.00 astaghfirullah aku belum sholat isya, ku tarik panjang nafasku dan pergi mengambil wudhu untuk menunaikan sholat isya.

**

Setelah selesai menyiapkan semua kebutuhan anak sambungku dan mengantarnya ke sekolah aku bersantai ria di kamar, Karena keadaan rumah masih bersih sebab kemarin semua sudah kubereskan jadi hari ini aku tak perlu mengerjakan semuanya pekerjaan seperti kemarin.

Ting! sebuah pesan dari aplikasi w* yang kupunya kulihat siapa yang mengirimkan pesan tersebut dan ternyata Ibuku, ah aku sangat merindukannya.

[Nisa apa kabar Nak? Besok ibu dan ayah akan berangkat ke Jakarta, ingin menengokmu dan suamimu] kata Ibu dalam pesan teks itu.

"Pasti Pakde dan Bude yang memberitahumu kalau aku nekat nikah," gumamku.

[Nisa baik-baik saja Bu, bagaimana keadaan ayah dan ibu?] balasku.

[Semua baik-baik saja pembukaan pabrik di cabang Papua pun sukses sayang, oh ya kenapa kamu tak memberitahu kami jika kamu mau menikah?] 

Ya ampun harus kujawab apa pertanyaan ibu yang satu ini, tidak mungkin kan aku bilang kalau ngebet nikah hehe.

[Maaf Bu, mas Arman yang ingin pernikahan ini cepat-cepat dilangsungkan dan Nisa sudah sangat mencintainya Bu, maaf Nisa gak dengerin nasehat ibu jadi Nisa nekat nikah di rumah pakde] 

Memang saat itu mas Arman yang menginginkan pernikahan kami cepat-cepat dilangsungkan supaya cepat sah katanya ibu sempat melarang ku agar tak buru-buru mengambil keputusan. Namun karena hati dan mataku telah dibutakan dengan cinta palsu mas Arman aku menyetujui rencananya, menikah diam-diam tanpa diketahui Ayah dan Ibu.

[Maafkan ibu dan ayah karena melarangmu saat itu, kami hanya ingin kenal lebih dalam pada calon menantu kami sebelum menjadikannya suami untuk putri semata wayang kami] 

Maafkan aku Ibu, feeling kalian memang benar akulah yang menyebabkan kesengsaraan dalam hidupku sendiri. Andai saat itu aku mau mengerti dan menurut pada kalian berdua aku tak mengalami semua ini.

[Apa kamu bahagia Nisa menikah dengan pria pilihanmu itu? apakah dia memperlakukanmu dengan lembut Nak? jujurlah jika kamu tidak bahagia]

Deg.... kenapa pesan dari ibu seperti ini? apakah sebenarnya ibu tahu bila aku disini menderita? bagaimana aku menjawabnya?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status