Share

Aku Istri Kekasih Sahabatku
Aku Istri Kekasih Sahabatku
Penulis: YOZA GUSRI

Bab 1. Bukan Pernikahan Impian

Aku memasuki ruang inap dengan wajah kurang percaya diri. Ditemani oleh ibu dan ayah, kaki terus melangkah masuk. Orang-orang yang ada dalam ruangan ini menatapku dari ujung kaki hingga kepala. Karena malu, aku langsung menundukkan kepala.

Diantara mereka semua, siapa lelaki yang akan menikah denganku? Benak terus bertanya. Sesekali aku mengangkat kepala. Ada rasa penasaran, ingin tahu tentang sosok lelaki itu. 

Saat kaki terus melangkah, mataku terfokus pada lelaki yang sedari tadi membelakangiku. Lelaki itu tetap menghadap ke ranjang rumah sakit, yang diatasnya sedang ada pria tua dengan tangan diinfus. Diantara semua orang, hanya dia yang tidak melihatku. Mungkinkah dia, orang yang akan dinikahkan denganku? Mungkinkah lelaki itu sudah mengenalku, sehingga dia mau menerima perjodohan ini? Aku terus bertanya-tanya dalam hati.

"Mari, Pak! Kita mulai!" ucap lelaki yang berdiri dekat meja yang sangat sakral bagiku. Mata lelaki itu melihat dua pegawai KUA yang sedang duduk di kursi sofa yang ada di dalam ruang inap. Dia lalu mendekati sosok pria yang dari tadi masih membelakangiku. 

Ayah menarik tanganku untuk mendekat ke sisi rumah sakit yang sudah disediakan sebagai tempat ijab kabul. Dengan ragu, aku melangkah kecil menuju tempat duduk sakral itu. Aku mengangkat wajah untuk melihat ayah, dia masih menggenggam tanganku, menyuruh untuk duduk lewat lirikan mata yang dapat kumengerti. Tempat ini begitu dingin, tangan mulai berkeringat. 

Aku menundukan wajah, kini tempat duduk di sampingku sudah berpenghuni. Jantung berdetak dengan cepat. Masih tidak menyangka, kalau sebentar lagi aku akan resmi menjadi seorang istri.

Tiga orang pria dihadapanku sedang menyiapkan beberapa berkas. Sedangkan orang yang duduk di samping, aku belum tahu siapa dia. Kepala yang menunduk hanya bisa melihat kalau lelaki ini memakai celana hitam dengan sepatu yang juga berwarna hitam. Sepertinya sangat mahal, aku tidak tahu berapa harganya. 

"Bagaimana, apakah anda sudah siap?" tanya salah seorang pria tua di hadapan lelaki di sampingku. 

"Siap, Pak! Kita bisa mulai!" Terdengar lelaki disampingku mengeluarkan suara.

Suara ini sangat tidak asing. Pikiranku mencoba menerka-nerka, suara ini mirip siapa. Tetapi, tak kunjung menemukan. Sudahlah, mungkin hanya perasaanku saja. Lelaki yang memiliki suara mirip di dunia ini ada banyak.

Situasi sangat menegangkan. Tanganku memegang erat rok yang aku pakai. Sedari tadi tangan sudah berkeringat. Ibu mengusap pelan punggung belakangku. Mungkin dia tahu, kalau sekarang anaknya sangat gugup. 

"Baik, Pak Aksa. Ikuti apa yang saya katakan! Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan Mentari Delisia binti Rusdin dengan maskawin sebuah cincin emas di bayar tunai!"

"Saya terima nikahnya Mentari Delisia binti Rusdin dengan maskawin sebuah cincin emas di bayar tunai!" 

Aku langsung mengangkat wajah, rasa penasaran ini harus dituntaskan. Mata menatap kaget lelaki yang saat ini duduk di sampingku. Aku tidak bisa berkedip. Bibir kelu, tak mampu berucap. Aku hanya bisa membatin, jika semua ini tidak mungkin.

Sungguh, aku tidak percaya dengan yang terjadi di depan mataku saat ini. Ternyata ayah dan ibu menjodohkan dengan Aksa, lelaki yang sudah lama menjalin hubungan dengan Utami. Benak masih tidak percaya, jika saat ini aku telah sah menjadi istri kekasih sahabatku.

Aksa menatap lurus ke arah dua pria tua yang ada di hadapan kami. Sedari tadi, dia bahkan tidak menoleh padaku. Dari raut yang terlihat, dia seolah tidak mengenalku. Lebih tepatnya, berpura-pura tidak mengenal. 

“Bagaimana, sah?” tanya seorang penghulu yang masih menjabat tangan Aksa.

“Sahhh!” jawab semua orang yang ada di dalam ruangan. Satu tangan ayah memegang pundaku, sedangkan tangan yang lain mengusap dengan sayang puncak kepala. Aku ingin berteriak, mengatakan tidak sah. Namun, perkataan itu tertahan ditenggorokan. 

Semua ini salah, aku tidak mungkin menjadi istri Aksa. Dia pacar Utami, sahabatku. Mereka sudah lama menjalin hubungan, sejak kuliah semester satu. Aku masih tidak menyangka, Sungguh, tidak sedikit pun terpikirkan olehku. Mengapa harus dia? 

Aku mengalihkan pandangan melihat ibu dan ayah. Ibu langsung berdiri, kini wajahnya tepat berada di depan mataku. Satu ciuman lembut dari ibu menyentuh pipi. Matanya berkaca, memeluk erat tubuhku yang rasanya tak berdaya. “Selamat, sayang. Sekarang kamu sudah menjadi seorang istri,” tutur ibu dengan lembut sambil mengusap kepala yang tertutupi hijab.

Aku masih membisu, wajah seketika pucat pasi. Sungguh, ini bukan pernikahan yang aku harapkan. Bagaimana jika Utami tahu, kalau aku menikah dengan kekasihnya? Mungkin dia akan membenci, marah, dan memakiku. Perempuan mana yang bisa tegar, jika lelaki yang dia cintai, menikah dengan sahabatnya, tanpa dia ketahui. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status