Terima kasih telah bersedia mampir ke cerita pertama ku jangan lupa berikan bintang dan ulasan ya... IG author : Putri Rahmania Fb : Rahmania blushelter
Disaat semua orang sudah tertidur dengan lelap Rudi pun langsung berjalan ke arah paviliun untuk melihat kondisi Syifa. Sebenarnya ada rasa kasihan dan khawatir akan keadaan Syifa. Namun, dia tidak mampu melakukan apapun karena dia tahu jika orang tuanya mengetahui masalah kehamilan Syifa mereka pasti akan mengusir Rudi dari rumah, dan itu juga bisa berimbas kepada karir yang saat ini sedang dia kejar."Syifa, cepat buka pintunya," ucap Rudi sambil berbisik di luar pintu."Mas Rudi," jawab Syifa sambil membuka pintu."Bagaimana keadaanmu dan anak kita, apa lukamu masih sakit?” tanya Rudi sambil terlihat khawatir."Alhamdulillah sudah jauh lebih baik Mas," jawab Syifa sambil tersenyum kepada Rudi."Kalau begitu sekarang kamu istirahat ya, aku temani kamu malam ini," ucap Rudi sambil menggandeng tangan Syifa.Malam itu adalah malam yang sangat berkesan buat Rudi, karena malam ini pertama kalinya Rudi dapat merasakan gerakan sang buah hati yang masih ada di dalam kandungan Syifa. Syifa
“Permisi Mbak," ucap seorang pelayan dengan memberikan segelas air putih ke meja Syifa."Ini buat saya?" tanya Syifa bingung karena dia tidak merasa memesan apapun dari pelayan tersebut."Iya Mbak, ini di pesan oleh Ibu yang ada disana," jawab sang pelayan sambil menunjuk Ningrum dan kedua putrinya. "Terima kasih ya," jawab Syifa sambil tersenyum."Ya Allah mengapa mereka begitu tega kepadaku dan anak ini, kamu sabar ya Nak, nanti sampai rumah kita makan sekarang kita minum dulu ya sayang," ucap Syifa sambil membelai perutnya.Syifa yang sudah sangat lapar hanya bisa melihat Ningrum dan kedua putrinya makan dengan lahap. Syifa benar-benar tidak menyangka mereka bisa setega itu terhadapnya dan anak yang ada dalam kandungannya. Setelah Ningrum selesai makan mereka pun langsung menuju mobil untuk pulang."Eh Babu, awas ya kalau kamu sampai bicara yang tidak-tidak kepada Papa dan Mas Rudi," ancam Sherin kepada Syifa sebelum turun dari mobil."Kami pulang!" teriak Ningrum sambil masuk ke
Sesampainya di rumah sakit Rudi dan Syifa langsung menuju ke ruangan dokter. Dokter yang memeriksa Syifa menyarankan untuk melakukan USG untuk mengetahui kesehatan dan posisi sang janin. Rudi yang mendengar penjelasan sang dokter langsung memberikan izin kepada sang dokter untuk melakukan USG kepada syifa."Alhamdulillah janinnya sehat Pak, letak janin juga sudah berada di bawah," ucap sang dokter sambil melihat sang janin dari layar USG."Apa jenis kelaminnya sudah bisa diketahui Dok," tanya Rudi kepada sang dokter."Bisa Pak, jenis kelaminnya laki-laki Pak, wajahnya juga tampan pasti persis seperti Ayahnya," jawab sang dokter sambil menunjukkan kelamin sang janin."Putra ku, Papa harap kamu bisa menjadi laki-laki yang sangat bertanggung jawab dan berpendirian teguh," batin Rudi sambil tersenyum.Syifa yang melihat senyum di wajah Rudi langsung terlihat sangat bahagia. Karena ini adalah pertama kalinya sang suami sangat antusias dengan sang anak. Setelah melakukan pemeriksaan Rudi me
“Jangan Nyonya saya mohon jangan bakar barang-barang itu!" teriak Syifa saat melihat Ningrum mulai membakar perlengkapan bayinya.Sherin dan Shania yang kebetulan juga ada di taman belakang bersama keluarga yang lain terlihat tersenyum bahagia. Andre yang sudah marah melihat tingkah sang istri langsung menyeret Ningrum ke dalam kamar. Sedangkan Rudi dan Mbok Inah berusaha untuk memadamkan api yang sudah membakar hampir sebagian perlengkapan bayi Syifa. "Maaf ya kami tidak bisa menyelamatkan barang-barang itu dari kobaran api," ucap Rudi kepada Syifa yang masih menangis di depan pintu kamarnya."Apa salahku terhadap keluargamu Mas, kenapa mereka begitu membenci ku dan anak ini!" teriak Syifa kepada Rudi."Ini bukan salahmu, tapi semua ini salahku tidak seharusnya aku membawamu kesini, maafkan aku Syifa," jawab Rudi yang terlihat begitu menyesali apa yang sudah terjadi.Mbok Inah yang ada di samping Syifa mulai membantu Syifa untuk berdiri dan berjalan menuju tempat tidurnya. Rudi masi
Rudi tidak menyangka orang yang dulu pernah meninggalkannya hanya karena mengejar karir kini tiba-tiba menghubunginya kembali. Rudi yang saat itu belum percaya dengan apa yang didengarnya sesaat terdiam. Hingga membuat Anita sedikit berteriak memanggil namanya. "Rudi! kenapa malah diam, kamu nggak lupa kan sama aku?" tanya Anita dari panggilan ponselnya."Kamu benar Anita, bukannya saat ini kamu masih di pulau Bali," tanya Rudi penasaran. "Aku sudah pulang karena show yang aku adakan beberapa bulan yang lalu sudah selesai, kita ketemuan yuk, aku kangen banget sama kamu, " ucap Anita dengan manja."Ketemuan," batin Rudi sambil terlihat bingung. "Bisa kan, aku janji hanya sebentar saja," ucap Anita sambil memohon kepada Rudi. "Memang kita mau ketemuan dimana," tanya Rudi kepada Anita. "Bagaimana kalau kita makan siang di cafe cinta seperti saat kita bersama dulu," jawab Anita sambil terdengar tertawa. "Ok, satu jam lagi aku sampai," jawab Rudi sambil menutup ponselnya.Setelah men
Rudi yang mendengar jawaban Syifa hanya terdiam, dia tidak menyangka bahwa istri sirinya kini bisa berpikiran sejauh itu untuk melawannya. Syifa yang saat itu diam mematung di hadapan Rudi langsung masuk ke dalam kamar dan menutup pintu kamarnya. Rudi dan keluarganya sudah berkumpul di meja makan sambil berbincang-bincang. Terlihat Mbok Inah dan Syifa yang sedang sibuk menyiapkan makanan. Diam-diam Anita memperhatikan tatapan Rudi kepada Syifa."Sebenarnya ada hubungan apa antara Mas Rudi dan pembantu itu, " batin Anita sambil terus menatap ke arah Syifa yang sedang sibuk menyiapkan Makan siang."Anita! Ayo dimakan Kok melamun, " teriak Ningrum sambil tersenyum ke arah Anita."Iya Tante terima kasih, " jawab Anita sambil menoleh ke arah Ningrum yang ada di sampingnya. Setelah menikmati makan siang bersama, Anita pun mengajak Rudi untuk pergi ke sebuah pusat perbelanjaan. Rudi yang saat itu memang tidak ada kegiatan akhirnya menerima ajakan Anita. Setelah bersiap-siap Rudi dan Anita be
“Malah bengong, kalian pasti menceritakan keluarga saya 'kan!" bentak Ningrum sambil menjambak rambut Syifa."Tidak Nyonya kami tidak berbicara apapun tentang keluarga Nyonya," jawab Syifa sambil menahan sakit di rambutnya. "Awas ya kalau kalian sampai bergosip tentang keluarga saya, sekarang cepat selesaikan pekerjaan kalian, " perintah Ningrum sambil melepaskan cengkraman tangannya dari rambut Syifa.Malam ini tidak seperti malam biasanya, rumah Rudi malam ini terlihat begitu sepi. Mungkin karena Ningrum dan kedua putrinya sedang pergi ke salon langganan mereka. Sedangkan Rudi dan sang ayah masih berada di luar rumah. Syifa yang saat itu sedang memijat kakinya tiba-tiba dikejutkan dengan suara Rudi yang ternyata sudah berdiri di depan kamar Syifa."Mau aku bantu Pijat kakimu,' tawar Rudi sambil memandang Syifa yang berusaha memijat kakinya."Tidak perlu Mas," jawab syifa ketus."Jam segini kenapa belum tidur, oh ya ini aku bawakan martabak manis buatmu, " ucap Rudi sambil berjalan
Surti yang saat itu sedang memasak makan malam langsung terkejut saat mendengar teriakan sang suami. Setelah meletakan kayu di dalam kompor Surti bergegas menuju ke meja makan untuk melihat kondisi Pak Ruli. Ruli yang baru saja terbangun dari tidurnya langsung menuang air putih di dalam sebuah gelas kaca yang ada di hadapannya.“Ada apa Pak,” tanya Surti sambil sedikit berlari ke arah Ruli yang duduk di meja makan.“Bapak hanya mimpi, Bapak tiba-tiba mempunyai firasat buruk tentang Syifa,” jawab Ruli sambil mulai minum segelas air putih. "Ibu beberapa hari ini juga rindu kepada Syifa, apalagi sejak dia ke kota bersama Rudi mereka tidak pernah menghubungi kita," jawab Surti sambil terlihat lesu. "Bagaimana kalau besok pagi kita ke rumah Anjas, Bapak yakin dia pasti tahu alamat Rudi," jawab Ruli sambil menenangkan hati sang istri. ***Keesokan harinya Rulli dan Surti berangkat ke sawah lebih pagi daripada biasanya. Rasa rindu kepada Syifa membuat mereka mencari informasi tentang Ru