/ Rumah Tangga / Aku Istrimu Bukan Pembantumu! / Part 7, Pembelaan tuan Bram

공유

Part 7, Pembelaan tuan Bram

last update 최신 업데이트: 2023-02-21 09:13:50

"Ya sudah kalau tidak mau bicara, biar aku pergi untuk melihat apakah mereka sudah selesai makan atau belum," ucap Chelsia hendak pergi meninggalkan Edo.

"Tunggu!"

Suara Edo tertahan bersamaan dengan ia menggenggam pergelangan tangan Chelsia yang hendak pergi meninggalkannya itu. Chelsia menatap Edo dan begitu juga sebaliknya, mereka saling menatap satu sama lain hingga beberapa detik.

"Apa yang telah terjadi hari ini di rumah?" tanya Edo masih menggenggam pergelangan tangan Chelsia.

"Apa, memangnya menurutmu apa yang telah terjadi," ucap Chelsia membalas tatapan Edo.

"Chelsia, jawab aku. Tidak usah berbelit seperti ini, aku serius," seru Edo memaksa Chelsia.

"Tidak ada sesuatu yang terjadi hari ini, sebagai ibu rumah tangga aku menyelesaikan tugasku dengan baik." jawab Chelsia dengan tenang.

Edo lalu melepaskan pergelangan tangan Chelsia, ia yakin dan sadar bahwa jawaban Chelsia itu adalah bohong, ia hanya tidak mau terbuka pada suaminya lantaran sikap dingin dan kasar Edo selama ini padanya, apalagi Edo sangat tidak senang ketika Chelsia menyebut kekurangan keluarganya, padahal apa yang dikatakan oleh Chelsia tidak di tambah dan tidak juga di kurangi, ia mengatakan sesuai dengan apa yang mereka lakukan.

Saat itu Chelsia berlalu pergi meninggalkan Edo dengan rasa penasaran yang masih belum terjawab, ia yakin bahwa telah terjadi sesuatu yang membuat Chelsia menjadi murung dan tidak banyak suara.

Saat itu Edo sedang terdiam dalam penasaran, tuan Bram datang menemui Edo dan menyapanya, saat itu Edo terkejut lalu menoleh ke arah ayahnya.

"Ayah, kenapa Ayah ada di sini, udara sangat dingin, Ayah," ucap Edo menyentuh kedua bahu ayahnya.

"Tidak apa-apa, ini hal biasa. Edo, apa kau penasaran dengan sikap Chelsia malam ini?" tanya tuan Bram mencoba untuk membaca apa yang dipikirkan oleh oleh putranya.

"Ya Ayah, memangnya apa yang telah terjadi. Sepanjang aku pulang, Chelsia sama sekali tak menampakkan senyumannya, bahkan yang biasanya dia sangat semangat dalam menyambut makan malam, meskipun dia tidak ikut makan bersama di meja, dia lah yang meramaikannya, ada apa, Ayah?" tanya Edo dengan sekelumit pertanyaan di hatinya.

"Saat beberapa jam saja Chelsia diam dan tak menyapamu, kau terlihat sekali bingung dan tidak tahu harus melakukan apa, bagaimana dengan sikapmu selama 2 tahun ini pada Chelsia, Edo? Kau selalu pergi dan pulang dalam keadaan dingin seperti beruang kutub utara, bahkan Ayah sendiri ragu, apakah selama 2 tahun kamu menikah dengan Chelsia, kau tidak pernah menyentuh dirinya? Hingga sampai sekarang Chelsia tidak menunjukkan tanda-tanda kehamilannya," seru tuan Bram duduk di kursi dan membiarkan Edo berpikir.

"A-ayah, kenapa Ayah berpikir seperti itu?" Edo menatap ayahnya dan ikut duduk di sampingnya.

"Aku melakukan tugasku Ayah, aku melakukan kewajiban ku sebagai seorang suami. Ya, meskipun aku tidak melakukan itu setiap waktu," sambung Edo menutupi kebenaran yang terjadi dalam pernikahannya di ranjang.

"Apapun itu, Ayah tidak mau ikut campur terlalu dalam Edo, pernikahan mu adalah tanggung jawab mu, Ayah hanya mencoba untuk memberikan nasehat, kalau kau mu mendengarnya." jelas tuan Bram yang tak bisa bersuara lebih banyak lagi.

Tuan Bram pun menjelaskan apa yang telah terjadi hari itu pada Edo, bagaimana sikap nyonya Andin terhadap Chelsia hingga membuat tuan Bram dan nyonya Andin bertengkar, lantaran berbeda pendapat dalam menilai Chelsia.

Saat itu Edo terdiam mendengarkan, ia akhirnya tahu apa yang telah terjadi pada Chelsia, saat itu Edo tidak bersuara, tuan Bram yang terlihat sekali membela Chelsia membuat Edo justru terlihat kesal, karena tuan Bram nampak sekali menyudutkan nyonya Andin, wanita pertama yang telah membuat Edo jatuh cinta, entah mengapa Edo sangat kesal ketika sang ibunda dinilai buruk oleh ayahnya.

Melihat wajah Edo yabg sudah berubah, membuat tuan Bram akhirnya menghentikan pembicaraan, ia tidak lagi melanjutkan pembicaraan karena tahu bahwa Edo memang sangat mencintai ibunya.

"Kau boleh mencintai dan membela ibumu, tapi ketika dia bersalah dengan menyia-nyiakan istrimu, atau berbuat kasar pada istrimu, Ayah akan maju untuk membela menantu Ayah!" tegas tuan Bram bangkit dan menatap tajam ke arah Edo.

Tuan Bram melenggang pergi meninggalkan Edo, kalimat yang begitu membela itu didengar oleh Edo dengan begitu jelas, kedua tangan Edo mengepal dan menatap tajam ke arah kolam yang begitu sangat tenang itu.

"Jika terus-terusan begini, Ayah dan ibu tidak akan sependapat dan sesikap mengenai Chelsia, bisa-bisa akan muncul masalah dan masalah baru." ungkap Edo berpikir demikian.

Edo pun bangkit dan meninggalkan tempat itu, suasana sudah terlihat sepi, penduduk rumah sudah masuk ke kamar mereka masing-masing. Tinggal lah Chelsia yang masih sibuk ke sana ke mari mengambil piring kotor dan membersihkan meja.

Chelsia nampak dengan cepat menyelesaikan kesibukannya, meskipun terlihat beberapa kali Chelsia menyeka air mata yang jatuh di kedua pelupuk matanya.

Melihat Chelsia menangis bukan membuat Edo merasa kasihan, ia justru kesal lantaran menganggap bahwa Chelsia adalah wanita yang begitu lemah, Edo membuka pintu kamarnya dan masuk untuk istirahat.

Sementara Chelsia masih sibuk sendiri membersihkan piring-piring kotor dan menyimpannya dalam keadaan bersih, beberapa saat kemudian, Chelsia sudah menyelesaikan tugasnya. Ia meletakkan celemek yang ia pakai dan kemudian ia mematikan semua lampu yang tak terpakai.

Agar pengeluaran listrik bulanan tidak begitu besar, Chelsia menerapkan itu sejak masuk ke rumah besar dan mewah itu.

Ceklek!! Sebuah pintu terbuka, Chelsia masuk ke kamar hendak mandi, membersihkan dirinya lalu kemudian tidur.

"Suasana sangat panas sekali, ada baiknya aku berendam sejenak, aku ingin sekali berendam." ungap Chelsia menutup pintu kamar.

Chelsia tidak sadar bahwa Edo sudah berada di kamar sejak tadi, dan saat itu Chelsia terdiam saat melihat Edo sedang duduk bersandar di kepala ranjang, Edo mengingat kembali apa yang dikatakan oleh tuan Bram beberapa menit yang lalu mengenai Chelsia.

Tentang bagaimana hubungannya dengan Chelsia dia atas ranjang, hingga membuat Chelsia tidak hamil sampai sekarang. Lalu ingatan juga tiba-tiba muncul kalimat tuan Bram, bagaimana tuan Bram begitu membela Chelsia hingga membuat Edo geram.

'Mengapa ayah bisa begitu membela wanita itu, padahal dia bukan lah bidadari berhati malaikat, dia adalah wanita biasa yang sungguh menyebalkan, tidak punya kegiatan selain menjadi ibu rumah tangga.' batin Edo menatap kesal.

Saat mendapatkan tatapan berbeda dari Edo dari sebelum ia ditemui oleh tuan Bram, membuat Chelsia berpikir sejenak. Namun karena tidak ingin berlama-lama duduk terpaku, akhirnya Chelsia memutuskan untuk melanjutkan niatnya.

Ia meraih handuk dan masuk ke kamar mandi, Chelsia meneteskan sabun beraroma mawar di bathtub, lalu mengisinya dengan air yang sedikit hangat, Sambil menunggu, Chelsia melepaskan pakaiannya lalu masuk ke dalam bathtub tersebut sampai tertutup dengan air busa beraroma mawar itu, Chelsia meluruskan kedua kakinya dan tersenyum bermain air busa di dalam kamar mandi.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Aku Istrimu Bukan Pembantumu!    Part 103, Chelsea dan Reno Akhirnya Menikah (Tamat)

    Di sebuah masjid yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggal Chelsea, sudah ada beberapa tamu undangan yang menghadiri akad nikah antara Chelsea dan juga Reno, sengaja tamu yang diundang tidak terlalu banyak, karena itu lah yang menjadi permintaan Chelsea sebelum hari pernikahan itu berlangsung. Wajah Chelsea terlihat teduh dan tenang, kala di perintahkan duduk di samping kiri Reno, Reno menyambut dengan senyuman nervous, karena hari ini adalah hari di mana ia akan mengikrarkan janji suci bersama Chelsea. "Kedua mempelai sudah siap?" tanya pak penghulu yang ada di hadapan Chelsea dan juga Reno. "Siap Pak!" tegas Reno menjawab. "Baik, kalau begitu kita langsung saja mulai, ya." jawabnya mantap. Reno pun mengangguk siap, ketika pak penghulu tersebut mengulurkan tangan, Reno pun dengan cepat menjabat tangan tersebut lalu mengikuti arahan yang diberikan oleh pak Penghulu tersebut. Jika sebelumnya Reno merasa sangat takut dan ragu ketika mengucapkan ijab qobul, rupanya ketika ucapan it

  • Aku Istrimu Bukan Pembantumu!    Part 102, Doa dan Harapan Semuanya

    Chelsea dan Reno mengadakan janji temu di luar kantor, setelah insiden yang terjadi pada Chelsea. Akhirnya Chelsea memutuskan untuk masuk kerja lagi, ia sudah merasa cukup tenang karena Edo dan Irish sudah berakhir di penjara, kini hanya tinggal bagaimana ia bisa sukses mencapai gelar sebagai wanita karir setelah ia berusaha sampai sejauh ini. Kegagalan pernikahan di sebuah gedung yang cukup mewah waktu itu tidak membuat Chelsea malu dan putus asa, apalagi membatasi diri untuk tidak bertemu dengan banyak kalangan, ia justru semakin terbuka dan memperlihatkan pada mereka bahwa ia baik-baik saja, kejadian itu sama sekali tidak membuat Chelsea rapuh apalagi berkecil hati. Pertemuan demi pertemuan dengan teman satu kantor, kerap kali mengajukan pertanyaan yang sama, tetapi Chelsea justru menjawab-pi nya dengan sangat santai dan elegan. Saat makan siang tiba, Reno memanggil Chelsea untuk ke ruangannya, dengan cepat dan sigapnya, Chelsea pun sudah sampai di depan pintu ruangan Reno. Tak

  • Aku Istrimu Bukan Pembantumu!    Part 101, Kesadaran Nyonya Andin

    2 hari kemudianReno datang menemui Chelsea yang akan pulang hari ini, Reno merasa sangat senang karena keadaan Chelsea sudah jauh lebih baik dari sebelumnya, dan kedatangan Reno pun disambut senyum lebar oleh Chelsea yang sudah menunggu kedatangannya. Reno membalas senyuman itu lalu memeluk Chelsea dengan erat, Chelsea pun menerima pelukan itu dengan senang hati, mereka berdua menikmati beberapa saat kebersamaan tersebut , sebelum perlahan Reno melepaskan pelukannya. Reno meletakkan kedua tangannya tepat di pipi chubby Chelsea, mereka saling menatap satu sama lain, dan... Cup! Reno memberikan kecupan hangat tepat di kening Chelsea, Chelsea memejamkan kedua matanya kala menerima sentuhan sayang dari Reno. "Aku minta maaf Chelsea, karena aku terlambat menyelamatkan mu," lirih Reno menatap sendu. "Tidak Mas, kamu tidak bersalah, kamu tidak perlu meminta maaf," ucap Chelsea. "Tapi ini tetap saja salahku, aku bersalah karena teledor menjagamu, harusnya aku menyalip mobol Edo waktu it

  • Aku Istrimu Bukan Pembantumu!    Part 100, Aksi Nekat Chelsea

    "Mas, kamu jangan nekat, jangan gila!" Irish mencoba untuk menahan Edo. "Irish, lebih baik kamu diam saja, bukannya ini yang kita rencanakan, kamu bisa bersama Reno, dan aku bisa bersama dengan Chelsea," ucap Edo menepis tangan Irish. "Apa kamu yakin dengan keputusan kamu ini Mas?" tanya Irish ragu. "Ya, aku akan bersiap-siap, membawa Chelsea pergi jauh dari sini, dan aku akan bahagia bersama Chelsea di dalam kehidupan baru kami, sementara kamu, kamu juga pasti akan bisa mendapatkan hati Reno, kamu akan bebas memiliki Reno." jelas Edo melempar senyum. Irish akhirnya mengikuti rencana Edo, jika tujuan mereka sebelumnya hanya untuk menggagalkan pernikahan antara Chelsea dan Reno, kini berubah menjadi sebuah rencana yang tidak pernah Irish pikirkan selama ini. Edo saat itu masuk untuk melepaskan ikatan Chelsea, ia mengiming-imingi kehidupan yang bahagia, namun Chelsea tidak tertarik sama sekali, bahkan ia terus berusaha memberontak dan meminta Edo agar melepaskan dirinya, Irish yang

  • Aku Istrimu Bukan Pembantumu!    Part 99, Rencana Gila Edo

    "Mas, aku mohon tolong lepaskan aku," lirih Chelsea meminta. "Aku akan melepaskan kamu, Chelsea. Tapi dengan satu syarat," ucap Edo melempar senyum. "Apa Mas, apa syaratnya? Mas, apa kamu tahu apa yang kamu lakukan ini akan menghancurkan masa depanku bersama mas Reno, hari ini hari ijab qobul kami, tapi kenapa kamu dan Irish justru membawa ku ke sini," Chelsea menatap Edo kecewa. "Karena aku tidak terima kamu menikah dengan orang lain, Chelsea. Dan aku ingin pernikahan kamu dengan Reno gagal," sahut Edo tersenyum. "Kenapa Mas, apa masalahnya sama kamu, kenapa kamu ingin pernikahan ku dengan mas Reno gagal, aku tidak pernah menghalangi pernikahan kamu dengan Irish dulu Mas, tapi kenapa kamu melakukan ini padaku?!" Chelsea benar-benar kecewa saat itu, ia menatap keduanya dengan kemarahan yang tidak bisa ia salurkan dengan bebas, karena kedua tangan dan kakinya terlepas, dan ia hanya bisa duduk terpaku di kursi. "Karena aku cemburu, Chelsea. Aku ingin kamu kembali bersamaku," ucap E

  • Aku Istrimu Bukan Pembantumu!    Part 98, Menyekap Chelsea

    Çeklek! petugas itu membuka pintu tanpa memberi ketukan, hingga membuat Reno terkejut ketika melihat salah satu pengurus pernikahannya datang dengan wajah yang begitu panik. "Ada apa?" tanya Reno menanggapi kedatangan petugas itu. "A-anu Tuan," wanita itu gagap ketika berhadapan dengan Reno. "Anu apa? Katakan?!" Desak Reno. "N-nona Chelsea tidak ada di kamarnya." jawabnya gemetar. DegReno terkejut mendengar kabar itu, kok bisa? Kenapa bisa Chelsea bisa tidak ada di kamarnya? Percuma jika Reno mempertanyakan hal itu pada wanita yang ada di hadapannya, Reno memutuskan untuk langsung menuju ke lokasi untuk mencari tahu tentang keberadaan Chelsea, wanita yang akan ia nikahi hari ini. Reno masuk ke ruangan rias, ia menelusuri ruangan tersebut dengan jeli, dan tersadar jika Chelsea benar-benar tidak ada di sana. Di tengah kepanikan yang tidak bisa ia sembunyikan, Andika datang menemui Reno untuk memberitahukan bahwa pak penghulu sudah menunggu di lantai bawah. "Om, pak penghulu sudah

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status