Share

Part 6, Membela Chelsea

"Halo," ucap Ayah Bram bersuara.

"Halo tuan, tuan... Ini saya ibu Yuli, saya ingin sekali bicara dengan Chelsea, apakah Chelsea ada di sana?" tanya seorang wanita paruh baya dengan suara seraknya.

"Oh ya ampun, ibu besan rupanya, tentu saja Chelsea ada di sini, Bu. Sebentar ya," ucap ayah Bram tersenyum saat mendengar suara ibu Yuli, besannya yang berada di desa.

"Terima kasih banyak, tuan." jawab ibu Yuli dengan sangat senang.

Tuan Bram mengangguk dan menoleh ke arah Chelsea, sekilas Chelsea mendengar sapaan tuan Bram pada penelpon itu, dan tuan Bram meminta Chelsea datang menghampiri dirinya, di saat yang sama nyonya Andin terlihat sangat tidak rela ketika melihat Chelsea tersenyum memenuhi panggilan tuan Bram.

Nyonya Andin menghentakkan salah satu kakinya, karena kesal melihat tuan Bram nampak tersenyum tulus di hadapan Chelsea.

"Chelsea, ini ada ibumu menelpon, dia rindu pada mu," ucap tuan Bram menyodorkan sambungan telepon itu pada Chelsea.

"Terima kasih banyak, Ayah." jawab Chelsea menunduk hormat.

Tuan Bram tersenyum. Ia meninggalkan Chelsea sendiri di sana dan mengajak nyonya Andin ikut bersamanya. Chelsea tersenyum lebar, lantaran tuan Bram memberikan kesempatan untuknya untuk mengobrol secara privasi dengan ibunya.

"Halo ibu," sapa Chelsea saat meletakkan ponsel itu di telinganya.

"Halo Chelsea, bagaimana kabar mu di sana, Nak? Ibu sangat merindukan kamu," ucap Ibu Yuli meneteskan air mata saat mendengar suara merdu putrinya.

"Ibu, Chelsea di sini sangat baik, keluarga mas Edo sangat baik padaku dan aku bahagia di sini, Ibu." jawab Chelsea tersenyum menutupi semua kenyataan yang ada.

Ibu Yuli merasa lega saat itu, mendengar cerita Chelsea bahwa ia sangat bahagia tinggal di sana. Meskipun pada kenyataannya sebenarnya Chelsea sama sekali tidak merasakan kebahagiaan di rumah besar nan mewah itu.

"Chelsea, sudah 2 tahun kamu menikah, apa kamu tidak merindukan Ibu? Apa kamu tidak ingin menemui Ibu di sini?" tanya ibu Yuli ketika sudah panjang lebar mendengar cerita bohong dari Chelsea mengenai kehidupannya.

"Emmm, ibu.. Bukannya tidak mau, tapi ibu tahu sendiri kan kalau mas Edo adalah pengusaha sukses, banyak sekali pekerjaan yang harus dia urus, jadi kami belum ada waktu untuk menjenguk ibu di kampung," ucap Chelsea merasa bersalah saat itu.

"Ya ampun, ibu sampai lupa bahwa kamu menikah dengan orang kaya sukses, ibu tahu pasti suamimu itu sangat sibuk, maafkan ibu ya." jawab ibu Yuli memendam rindu itu seorang diri.

Chelsea tersenyum getir, rasanya ia sangat sedih karena harus menjawab seperti itu pada ibunya, namun Chelsea tidak ada pilihan lain, ia harus tetap berbohong pada ibunya agar tidak mengkhawatirkan dirinya di sana. Saat itu Chelsea sudah tidak bisa lagi merangkai kata, hingga ia memutuskan untuk mengakhiri telpon itu dan mematikannya.

Chelsea menangis sesegukan meninggalkan telpon yang sudah berada di tempatnya itu, ia pergi ke kamar lalu memeluk guling dengan sangat erat.

Saat itu Chelsea merasa sangat lelah, karena harus berbohong pada ibu kandungnya terkait bagaimana kehidupan yang sebenarnya sedang ia jalani. Saat sedang menangisi nasib hidupnya, tiba-tiba pintu kamar itu terbuka. Dengan kadar nyonya Andin menghampiri Chelsea dan menarik kasar telinga Chelsea.

"Auuu, sakit Ibu," rintih Chelsea menahan tangan nyonya Andin yang menarik paksa telinganya.

"Sakit ya? Siapa suruh kamu masuk ke kamar ini dan justru tiduran, kamu lupa, kalau saya meminta kamu tadi untuk menyikat kamar mandi!" marah nyonya Andin kesal.

"I-iya Ibu, aku ingat, aku akan lakukan itu Ibu," seru Chelsea masih menahan sakit.

"Kalau begitu, cepat masuk ke kamar mandi, dan lakukan tugasmu. Kamu berada di sini tidak lebih sama seperti halnya dengan pembantu, jadi kamu tidak perlu berharap lebih selain itu." jelas nyonya Andin dengan kemurkaan nya.

Tuan Bram menatap penuh kemarahan pada nyonya Andin saat itu, di luar pintu kamar yang terbuka tuan Bram melihat semua yang dilakukan oleh nyonya Andin terhadap Chelsea. Ia berjalan masuk menghampiri mereka berdua dan menghentikan nyonya Andin.

"Ibunya Edo, apa yang kamu lakukan!" bentak tuan Bram dengan nada tinggi.

Nyonya Andin tersadar, ia lalu melepaskan siksaan yang ia berikan pada Chelsea. Hingga akhirnya Chelsea dapat terlepas dari wanita kejam itu.

"Ayah, sedang apa Ayah di sini?" tanya nyonya Andin menatap tuan Bram.

"Harusnya Ayah yang bertanya demikian, apa yang kamu katakan pada Chelsea. Chelsea ini adalah menantu di rumah ini, bukan pembantu. Jadi Ibu tidak bisa menyamakan Chelsea dengan pembantu, sudah sangat jelas perbedaannya, Ibu. Kenapa kamu tega sekali menyakiti perasaan Chelsea," omel tuan Bram merasa kasihan pada Chelsea.

"Mau bagaimana pun, kita semua tidak menyetujui pernikahan Edo dengan wanita ini, Ayah. Jadi Ayah tidak perlu repot-repot membela wanita ini," ketus nyonya Andin tidak terima.

"Walau bagaimana pun kamu menyiksa Chelsea dan menyamakan Chelsea dengan pembantu, tetap saja Chelsea adalah menantu di rumah ini, jangan kelewat batas Bu, kalau tidak Ayah akan marah besar." jelas tuan Bram mengancam nyonya Andin.

Tuan Bram pergi berlalu, meninggalkan nyonya Andin dan juga Chelsea yang sedang menangis sesegukan, saat itu Chelsea memutuskan untuk ikut meninggalkan kamar dan pergi ke kamar mandi milik nyonya Andin, ia akan membersihkan kamar mandi itu sesuai dengan permintaan nyonya Andin.

***

Malam harinya, sejak kejadian pagi tadi, terlihat nyonya Andin dan tuan Bram tak banyak bicara di meja makan, dan hal itu pun disadari oleh Edo yang memperhatikan kedua orang tuanya.

"Ehem..." Edo menggoda dengan mengeluarkan deheman.

Namun nyonya Andin dan juga tuan Bram sama sekali tidak menggubris, hingga ketiga adik Edo ikut mencari perhatian agar perhatian kedua orang tuanya mengarah pada mereka.

"Kak, ibu dan ayah sepertinya sedang bertengkar," bisik Raras pada Edo.

"Memangnya masalah apa yang membuat mereka harus mengakhiri dengan pertengkaran?" tanya Edo tidak yakin.

"Aku sendiri tidak tahu. Tapi coba saja tanya sama ibu." jawab Raras yang sudah menebak itu.

Edo terdiam dan tatapan matanya fokus pada kedua orang tuanya yang saling diam, dan saat itu Edo tahu harus bertanya pada siapa.

Edo bangkit dari tempat duduknya, ia mencari Chelsea yang saat itu tidak terlihat. Chelsea sendiri masih merasa bersalah kala itu, karena keributan siang tadi terjadi karena dirinya. Ayah mertua yang begitu membela dan juga ibu mertua yang begitu membenci berseteru karena dirinya.

"Chelsea,"

Suara Edo terdengar lirih, kali ini Edo memanggil dengan nada yang dua kali lipat lebih rendah dari pada sebelumnya. Dan hal itu membuat Chelsea tersentuh lantaran Edo tidak membentak-bentak dirinya.

"Ya Mas," ucap Chelsea menghampiri Edo.

"Kenapa kamu duduk di sini seorang diri?" tanya Edo memperhatikan sekitar kolam renang yang senyap dan dingin.

"Aku hanya ingin menenangkan diri saja, memangnya kenapa? Apa makan malam sudah selesai? Kalau sudah, aku akan membereskannya sekarang juga," seru Chelsea hendak pergi, ia tidak ingin melalaikan pekerjaannya itu.

"Belum, keluarga masih menikmati makan malam, hanya aku yang pergi dari meja makan karena suasana di sana sangat berbeda." jawab Edo.

Chelsea menatap Edo, ia tidak mengerti apa yang dimaksud oleh suaminya itu, suasana yang berbeda? Apakah Edo akan mempertanyakan masalah apa yang terlah terjadi seharian tanpa sepengetahuan dirinya?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status