Share

Part 6, Membela Chelsea

last update Last Updated: 2023-02-14 17:38:54

"Halo," ucap Ayah Bram bersuara.

"Halo tuan, tuan... Ini saya ibu Yuli, saya ingin sekali bicara dengan Chelsea, apakah Chelsea ada di sana?" tanya seorang wanita paruh baya dengan suara seraknya.

"Oh ya ampun, ibu besan rupanya, tentu saja Chelsea ada di sini, Bu. Sebentar ya," ucap ayah Bram tersenyum saat mendengar suara ibu Yuli, besannya yang berada di desa.

"Terima kasih banyak, tuan." jawab ibu Yuli dengan sangat senang.

Tuan Bram mengangguk dan menoleh ke arah Chelsea, sekilas Chelsea mendengar sapaan tuan Bram pada penelpon itu, dan tuan Bram meminta Chelsea datang menghampiri dirinya, di saat yang sama nyonya Andin terlihat sangat tidak rela ketika melihat Chelsea tersenyum memenuhi panggilan tuan Bram.

Nyonya Andin menghentakkan salah satu kakinya, karena kesal melihat tuan Bram nampak tersenyum tulus di hadapan Chelsea.

"Chelsea, ini ada ibumu menelpon, dia rindu pada mu," ucap tuan Bram menyodorkan sambungan telepon itu pada Chelsea.

"Terima kasih banyak, Ayah." jawab Chelsea menunduk hormat.

Tuan Bram tersenyum. Ia meninggalkan Chelsea sendiri di sana dan mengajak nyonya Andin ikut bersamanya. Chelsea tersenyum lebar, lantaran tuan Bram memberikan kesempatan untuknya untuk mengobrol secara privasi dengan ibunya.

"Halo ibu," sapa Chelsea saat meletakkan ponsel itu di telinganya.

"Halo Chelsea, bagaimana kabar mu di sana, Nak? Ibu sangat merindukan kamu," ucap Ibu Yuli meneteskan air mata saat mendengar suara merdu putrinya.

"Ibu, Chelsea di sini sangat baik, keluarga mas Edo sangat baik padaku dan aku bahagia di sini, Ibu." jawab Chelsea tersenyum menutupi semua kenyataan yang ada.

Ibu Yuli merasa lega saat itu, mendengar cerita Chelsea bahwa ia sangat bahagia tinggal di sana. Meskipun pada kenyataannya sebenarnya Chelsea sama sekali tidak merasakan kebahagiaan di rumah besar nan mewah itu.

"Chelsea, sudah 2 tahun kamu menikah, apa kamu tidak merindukan Ibu? Apa kamu tidak ingin menemui Ibu di sini?" tanya ibu Yuli ketika sudah panjang lebar mendengar cerita bohong dari Chelsea mengenai kehidupannya.

"Emmm, ibu.. Bukannya tidak mau, tapi ibu tahu sendiri kan kalau mas Edo adalah pengusaha sukses, banyak sekali pekerjaan yang harus dia urus, jadi kami belum ada waktu untuk menjenguk ibu di kampung," ucap Chelsea merasa bersalah saat itu.

"Ya ampun, ibu sampai lupa bahwa kamu menikah dengan orang kaya sukses, ibu tahu pasti suamimu itu sangat sibuk, maafkan ibu ya." jawab ibu Yuli memendam rindu itu seorang diri.

Chelsea tersenyum getir, rasanya ia sangat sedih karena harus menjawab seperti itu pada ibunya, namun Chelsea tidak ada pilihan lain, ia harus tetap berbohong pada ibunya agar tidak mengkhawatirkan dirinya di sana. Saat itu Chelsea sudah tidak bisa lagi merangkai kata, hingga ia memutuskan untuk mengakhiri telpon itu dan mematikannya.

Chelsea menangis sesegukan meninggalkan telpon yang sudah berada di tempatnya itu, ia pergi ke kamar lalu memeluk guling dengan sangat erat.

Saat itu Chelsea merasa sangat lelah, karena harus berbohong pada ibu kandungnya terkait bagaimana kehidupan yang sebenarnya sedang ia jalani. Saat sedang menangisi nasib hidupnya, tiba-tiba pintu kamar itu terbuka. Dengan kadar nyonya Andin menghampiri Chelsea dan menarik kasar telinga Chelsea.

"Auuu, sakit Ibu," rintih Chelsea menahan tangan nyonya Andin yang menarik paksa telinganya.

"Sakit ya? Siapa suruh kamu masuk ke kamar ini dan justru tiduran, kamu lupa, kalau saya meminta kamu tadi untuk menyikat kamar mandi!" marah nyonya Andin kesal.

"I-iya Ibu, aku ingat, aku akan lakukan itu Ibu," seru Chelsea masih menahan sakit.

"Kalau begitu, cepat masuk ke kamar mandi, dan lakukan tugasmu. Kamu berada di sini tidak lebih sama seperti halnya dengan pembantu, jadi kamu tidak perlu berharap lebih selain itu." jelas nyonya Andin dengan kemurkaan nya.

Tuan Bram menatap penuh kemarahan pada nyonya Andin saat itu, di luar pintu kamar yang terbuka tuan Bram melihat semua yang dilakukan oleh nyonya Andin terhadap Chelsea. Ia berjalan masuk menghampiri mereka berdua dan menghentikan nyonya Andin.

"Ibunya Edo, apa yang kamu lakukan!" bentak tuan Bram dengan nada tinggi.

Nyonya Andin tersadar, ia lalu melepaskan siksaan yang ia berikan pada Chelsea. Hingga akhirnya Chelsea dapat terlepas dari wanita kejam itu.

"Ayah, sedang apa Ayah di sini?" tanya nyonya Andin menatap tuan Bram.

"Harusnya Ayah yang bertanya demikian, apa yang kamu katakan pada Chelsea. Chelsea ini adalah menantu di rumah ini, bukan pembantu. Jadi Ibu tidak bisa menyamakan Chelsea dengan pembantu, sudah sangat jelas perbedaannya, Ibu. Kenapa kamu tega sekali menyakiti perasaan Chelsea," omel tuan Bram merasa kasihan pada Chelsea.

"Mau bagaimana pun, kita semua tidak menyetujui pernikahan Edo dengan wanita ini, Ayah. Jadi Ayah tidak perlu repot-repot membela wanita ini," ketus nyonya Andin tidak terima.

"Walau bagaimana pun kamu menyiksa Chelsea dan menyamakan Chelsea dengan pembantu, tetap saja Chelsea adalah menantu di rumah ini, jangan kelewat batas Bu, kalau tidak Ayah akan marah besar." jelas tuan Bram mengancam nyonya Andin.

Tuan Bram pergi berlalu, meninggalkan nyonya Andin dan juga Chelsea yang sedang menangis sesegukan, saat itu Chelsea memutuskan untuk ikut meninggalkan kamar dan pergi ke kamar mandi milik nyonya Andin, ia akan membersihkan kamar mandi itu sesuai dengan permintaan nyonya Andin.

***

Malam harinya, sejak kejadian pagi tadi, terlihat nyonya Andin dan tuan Bram tak banyak bicara di meja makan, dan hal itu pun disadari oleh Edo yang memperhatikan kedua orang tuanya.

"Ehem..." Edo menggoda dengan mengeluarkan deheman.

Namun nyonya Andin dan juga tuan Bram sama sekali tidak menggubris, hingga ketiga adik Edo ikut mencari perhatian agar perhatian kedua orang tuanya mengarah pada mereka.

"Kak, ibu dan ayah sepertinya sedang bertengkar," bisik Raras pada Edo.

"Memangnya masalah apa yang membuat mereka harus mengakhiri dengan pertengkaran?" tanya Edo tidak yakin.

"Aku sendiri tidak tahu. Tapi coba saja tanya sama ibu." jawab Raras yang sudah menebak itu.

Edo terdiam dan tatapan matanya fokus pada kedua orang tuanya yang saling diam, dan saat itu Edo tahu harus bertanya pada siapa.

Edo bangkit dari tempat duduknya, ia mencari Chelsea yang saat itu tidak terlihat. Chelsea sendiri masih merasa bersalah kala itu, karena keributan siang tadi terjadi karena dirinya. Ayah mertua yang begitu membela dan juga ibu mertua yang begitu membenci berseteru karena dirinya.

"Chelsea,"

Suara Edo terdengar lirih, kali ini Edo memanggil dengan nada yang dua kali lipat lebih rendah dari pada sebelumnya. Dan hal itu membuat Chelsea tersentuh lantaran Edo tidak membentak-bentak dirinya.

"Ya Mas," ucap Chelsea menghampiri Edo.

"Kenapa kamu duduk di sini seorang diri?" tanya Edo memperhatikan sekitar kolam renang yang senyap dan dingin.

"Aku hanya ingin menenangkan diri saja, memangnya kenapa? Apa makan malam sudah selesai? Kalau sudah, aku akan membereskannya sekarang juga," seru Chelsea hendak pergi, ia tidak ingin melalaikan pekerjaannya itu.

"Belum, keluarga masih menikmati makan malam, hanya aku yang pergi dari meja makan karena suasana di sana sangat berbeda." jawab Edo.

Chelsea menatap Edo, ia tidak mengerti apa yang dimaksud oleh suaminya itu, suasana yang berbeda? Apakah Edo akan mempertanyakan masalah apa yang terlah terjadi seharian tanpa sepengetahuan dirinya?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aku Istrimu Bukan Pembantumu!    Part 103, Chelsea dan Reno Akhirnya Menikah (Tamat)

    Di sebuah masjid yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggal Chelsea, sudah ada beberapa tamu undangan yang menghadiri akad nikah antara Chelsea dan juga Reno, sengaja tamu yang diundang tidak terlalu banyak, karena itu lah yang menjadi permintaan Chelsea sebelum hari pernikahan itu berlangsung. Wajah Chelsea terlihat teduh dan tenang, kala di perintahkan duduk di samping kiri Reno, Reno menyambut dengan senyuman nervous, karena hari ini adalah hari di mana ia akan mengikrarkan janji suci bersama Chelsea. "Kedua mempelai sudah siap?" tanya pak penghulu yang ada di hadapan Chelsea dan juga Reno. "Siap Pak!" tegas Reno menjawab. "Baik, kalau begitu kita langsung saja mulai, ya." jawabnya mantap. Reno pun mengangguk siap, ketika pak penghulu tersebut mengulurkan tangan, Reno pun dengan cepat menjabat tangan tersebut lalu mengikuti arahan yang diberikan oleh pak Penghulu tersebut. Jika sebelumnya Reno merasa sangat takut dan ragu ketika mengucapkan ijab qobul, rupanya ketika ucapan it

  • Aku Istrimu Bukan Pembantumu!    Part 102, Doa dan Harapan Semuanya

    Chelsea dan Reno mengadakan janji temu di luar kantor, setelah insiden yang terjadi pada Chelsea. Akhirnya Chelsea memutuskan untuk masuk kerja lagi, ia sudah merasa cukup tenang karena Edo dan Irish sudah berakhir di penjara, kini hanya tinggal bagaimana ia bisa sukses mencapai gelar sebagai wanita karir setelah ia berusaha sampai sejauh ini. Kegagalan pernikahan di sebuah gedung yang cukup mewah waktu itu tidak membuat Chelsea malu dan putus asa, apalagi membatasi diri untuk tidak bertemu dengan banyak kalangan, ia justru semakin terbuka dan memperlihatkan pada mereka bahwa ia baik-baik saja, kejadian itu sama sekali tidak membuat Chelsea rapuh apalagi berkecil hati. Pertemuan demi pertemuan dengan teman satu kantor, kerap kali mengajukan pertanyaan yang sama, tetapi Chelsea justru menjawab-pi nya dengan sangat santai dan elegan. Saat makan siang tiba, Reno memanggil Chelsea untuk ke ruangannya, dengan cepat dan sigapnya, Chelsea pun sudah sampai di depan pintu ruangan Reno. Tak

  • Aku Istrimu Bukan Pembantumu!    Part 101, Kesadaran Nyonya Andin

    2 hari kemudianReno datang menemui Chelsea yang akan pulang hari ini, Reno merasa sangat senang karena keadaan Chelsea sudah jauh lebih baik dari sebelumnya, dan kedatangan Reno pun disambut senyum lebar oleh Chelsea yang sudah menunggu kedatangannya. Reno membalas senyuman itu lalu memeluk Chelsea dengan erat, Chelsea pun menerima pelukan itu dengan senang hati, mereka berdua menikmati beberapa saat kebersamaan tersebut , sebelum perlahan Reno melepaskan pelukannya. Reno meletakkan kedua tangannya tepat di pipi chubby Chelsea, mereka saling menatap satu sama lain, dan... Cup! Reno memberikan kecupan hangat tepat di kening Chelsea, Chelsea memejamkan kedua matanya kala menerima sentuhan sayang dari Reno. "Aku minta maaf Chelsea, karena aku terlambat menyelamatkan mu," lirih Reno menatap sendu. "Tidak Mas, kamu tidak bersalah, kamu tidak perlu meminta maaf," ucap Chelsea. "Tapi ini tetap saja salahku, aku bersalah karena teledor menjagamu, harusnya aku menyalip mobol Edo waktu it

  • Aku Istrimu Bukan Pembantumu!    Part 100, Aksi Nekat Chelsea

    "Mas, kamu jangan nekat, jangan gila!" Irish mencoba untuk menahan Edo. "Irish, lebih baik kamu diam saja, bukannya ini yang kita rencanakan, kamu bisa bersama Reno, dan aku bisa bersama dengan Chelsea," ucap Edo menepis tangan Irish. "Apa kamu yakin dengan keputusan kamu ini Mas?" tanya Irish ragu. "Ya, aku akan bersiap-siap, membawa Chelsea pergi jauh dari sini, dan aku akan bahagia bersama Chelsea di dalam kehidupan baru kami, sementara kamu, kamu juga pasti akan bisa mendapatkan hati Reno, kamu akan bebas memiliki Reno." jelas Edo melempar senyum. Irish akhirnya mengikuti rencana Edo, jika tujuan mereka sebelumnya hanya untuk menggagalkan pernikahan antara Chelsea dan Reno, kini berubah menjadi sebuah rencana yang tidak pernah Irish pikirkan selama ini. Edo saat itu masuk untuk melepaskan ikatan Chelsea, ia mengiming-imingi kehidupan yang bahagia, namun Chelsea tidak tertarik sama sekali, bahkan ia terus berusaha memberontak dan meminta Edo agar melepaskan dirinya, Irish yang

  • Aku Istrimu Bukan Pembantumu!    Part 99, Rencana Gila Edo

    "Mas, aku mohon tolong lepaskan aku," lirih Chelsea meminta. "Aku akan melepaskan kamu, Chelsea. Tapi dengan satu syarat," ucap Edo melempar senyum. "Apa Mas, apa syaratnya? Mas, apa kamu tahu apa yang kamu lakukan ini akan menghancurkan masa depanku bersama mas Reno, hari ini hari ijab qobul kami, tapi kenapa kamu dan Irish justru membawa ku ke sini," Chelsea menatap Edo kecewa. "Karena aku tidak terima kamu menikah dengan orang lain, Chelsea. Dan aku ingin pernikahan kamu dengan Reno gagal," sahut Edo tersenyum. "Kenapa Mas, apa masalahnya sama kamu, kenapa kamu ingin pernikahan ku dengan mas Reno gagal, aku tidak pernah menghalangi pernikahan kamu dengan Irish dulu Mas, tapi kenapa kamu melakukan ini padaku?!" Chelsea benar-benar kecewa saat itu, ia menatap keduanya dengan kemarahan yang tidak bisa ia salurkan dengan bebas, karena kedua tangan dan kakinya terlepas, dan ia hanya bisa duduk terpaku di kursi. "Karena aku cemburu, Chelsea. Aku ingin kamu kembali bersamaku," ucap E

  • Aku Istrimu Bukan Pembantumu!    Part 98, Menyekap Chelsea

    Çeklek! petugas itu membuka pintu tanpa memberi ketukan, hingga membuat Reno terkejut ketika melihat salah satu pengurus pernikahannya datang dengan wajah yang begitu panik. "Ada apa?" tanya Reno menanggapi kedatangan petugas itu. "A-anu Tuan," wanita itu gagap ketika berhadapan dengan Reno. "Anu apa? Katakan?!" Desak Reno. "N-nona Chelsea tidak ada di kamarnya." jawabnya gemetar. DegReno terkejut mendengar kabar itu, kok bisa? Kenapa bisa Chelsea bisa tidak ada di kamarnya? Percuma jika Reno mempertanyakan hal itu pada wanita yang ada di hadapannya, Reno memutuskan untuk langsung menuju ke lokasi untuk mencari tahu tentang keberadaan Chelsea, wanita yang akan ia nikahi hari ini. Reno masuk ke ruangan rias, ia menelusuri ruangan tersebut dengan jeli, dan tersadar jika Chelsea benar-benar tidak ada di sana. Di tengah kepanikan yang tidak bisa ia sembunyikan, Andika datang menemui Reno untuk memberitahukan bahwa pak penghulu sudah menunggu di lantai bawah. "Om, pak penghulu sudah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status