Ghea berjingkat saking terkejutnya. Waktu sudah hampir tengah hari dan Ghea baru selesai memasak setelah seharian membersihkan seluruh bagian dalam maupun luar rumah yang seharusnya dikerjakan Mak Ijah.
Tapi karena mendapatkan tugas lain untuk mengantar lukisan ke Galeri, jadilah Ghea yang menggantikan tugas bersih-bersihnya."Kamu mau minta izin apa, Ghe?" ulang Hari karena istrinya hanya diam dan terlihat gusar.Ghea memutar cepat otaknya supaya menemukan alasan bagus untuk membujuk suaminya. Ghea bisa merasakan mood suaminya cukup baik setelah cukup istirahat sejak semalam.Ghea berharap kali ini dia beruntung bisa membujuk suaminya, tentu saja dengan bumbu alasan yang akan memberikan untung kepadanya."izin untuk melamar pekerjaan di Medica Center, Mas," ucap Ghea takut-takut."Tidak!" tegas Hari menolak secara langsung."Kamu tidak aku izinkan bekerja dimanapun. Tetap di rumah dan menurut dengan apa yang aku"Kenapa kamu buang-buang uang kita buat nyuap sipir segala sih, Ma? Padahal cuma selisih satu hari aja sama hari kebebasan aku yang seharusnya hari ini baru bebas." "Karena selisih satu hari itu yang membedakan nasib nyawamu hari ini, Pa." "Maksudnya?" Alea akhirnya menceritakan kenapa dirinya merelakan sebagian uangnya untuk menyuap anggota sipir supaya bisa membebaskan suaminya selisih satu hari dari yang seharusnya. Itu semua karena kemarin lusa, saat hendak menjenguk suaminya di tahanan, tanpa sengaja Alea mendengar sendiri Jodi mendapatkan instruksi dari Hari untuk menyingkirkan Sanjaya begitu keluar dari penjara. Hari ingin menghilangkan saksi kunci tentang kejadian kecelakaan yang menewaskan seorang pengusaha di bidang Farmasi yang cukup besar di Indonesia itu. Sanjaya sempat terkejut, tapi dia tidak heran setelah melihat sendiri seperti apa kejamnya Hari kepada nyawa orang lain. Sanjaya merasa beruntung ka
"Kamu jadi kerja di Medica Center?" tanya Hari begitu melihat istrinya sudah rapi saat menyiapkan sarapan di meja makan. "Jadi, Mas. Hari ini aku mulai tes buat penentuan dikasih posisi apa di kerjaan nanti." Hari terlihat tidak terlalu suka dengan keinginan Ghea bekerja di luar rumah. Masih ada rasa khawatir jika istrinya itu akan punya kesempatan untuk melawan. Meski Hari sendiri tahu jika dirinya masih punya senjata utama yang bisa digunakan untuk mengendalikan Ghea sehingga tidak mungkin berani macam-macam. Siapa lagi jika bukan mamanya yang masih menjadi pasien vegetatif, sejak selesai operasi pasca kecelakaan, yang bahkan dirawat di rumah sakit mana pun, Ghea tidak diberitahu. "Pakai kesempatan kerja yang aku kasih buat berguna bagi keluarga, Ghe! Awas aja kalau kamu gak berhasil dapetin persentase kerjasama buat Gauta Farma, lebih besar seperti yang kamu janjikan dalam waktu satu bulan ke depan. Saat itu juga aku akan suruh ka
"Aku belum terlambat kan?" tanya Ghea saat melihat Frans sudah menunggunya di lobby rumah sakit. Kejadian penuh haru bersama Mak Ijah hampir membuatnya lupa waktu. Beruntung dia sampai di rumah sakit tepat waktu sebelum waktu yang mengharuskannya masuk ke ruang tes dan interview tiba. "Belum kok. Masih ada sisa waktu 5 menit lagi. Biar aku antar kamu ke ruangannya." Ghea menghela napas lega mendengarnya. Mengambil napas panjang sambil mengelus dadanya sekilas sebelum kemudian merespon ajakan Frans."Makasih banyak ya Kak Frans." "Sama sekali tidak masalah, Ghe. Asal kamu jangan kaget kalau bakalan ada banyak tahapan yang diujikan dan ditanyakan," sesal Frans terlihat tidak enak mengatakannya. Frans terlihat khawatir, dan menjelaskan jika tahapan yang dijalani Ghea akan sedikit rumit dan mungkin juga menguras tenaga. Tapi Ghea memperlihatkan respon yang positif sekaligus membuat Frans tenang. "Jangan khawatir, Kak.
"Ya." Ghea memilih menjawab singkat karena Abimanyu sebelumnya mengatakan hanya tersisa satu pertanyaan lagi. Dia tidak berharap ada pertanyaan lanjutan setelah mendengar jawaban singkat tersebut. Meski nyatanya apa yang tidak diharapkan justru diperdengarkan. Abimanyu pun terkesiap karena Ghea menjawabnya dengan cepat. Dia pikir, Ghea akan kembali menyanggah atau bahkan tidak menjawabnya. Tapi ternyata perkiraannya salah. "Terus, kenapa kamu masih bertahan?""Bukankah kamu tadi bilang hanya tersisa satu pertanyaan saja? Dan aku sudah menjawabnya dengan gamblang. Bolehkah kalau saya tidak menjawab pertanyaan lanjutan yang harusnya sudah selesai ini?" Ghea memang tidak berniat menceritakan masalah pribadinya secara sembarangan. Siapapun tidak bisa dipercaya dengan mudah. Ghea memilih untuk berjaga-jaga dan menyimpan urusan personalnya untuk tetap terjaga. Daripada mengambil resiko yang bisa ditanggung sendiri."Kamu yakin tidak ingin menjawab pertanyaan dariku?" Ghea mengangguk yak
"Oppa!" Keiza berdiri dari duduknya dan terlihat sumringah melihat kedatangan kakak tirinya — Abimanyu."Hm, sudah lama nunggunya!" tanya Abimanyu basa-basi. "Tidak sama sekali. Tehku bahkan belum habis," jawab Keiza sambil memperlihatkan minuman dalam cup bertuliskan Teh Tarik Hanaang di dalam genggaman tangannya. Abimanyu melirik sekilas kemudian kembali berkomentar. "Jangan minum sambil berdiri, Jagiya!" "Aku tidak. Aku berdiri setelah kamu datang, Oppa. Saat minum tadi jelas aku masih duduk manis," jawab sang adik dengan disertai dengkusan lirih. "Hm. Mau berangkat sekarang?" Pertanyaan singkat Abimanyu dijawab anggukan kepala sang adik yang masih memakai seragam sekolah. Abimanyu memang menjemput Keiza di Educa Center tingkat atas. Yang meneleponnya beberapa saat yang lalu adalah sang adik yang mengatakan ingin menjemput kedua orang tua mereka di Bandara setelah berlibur ke Maladewa untuk acara honeymoon yang kesekian kalinya. "Sudah makan siang?" tanya Abimanyu lagi setel
Ghea sangat terkejut saat suaminya pulang lebih awal dari biasanya. Beruntung Ghea sudah mengantisipasi pintu rumah sehingga tidak bisa dibuka sembarang dari luar. Sehingga apa yang perlu disembunyikan dari Hari Hardana tetap bisa disembunyikan dengan baik. Walaupun dengan itu, Ghea jadi terlambat membuka pintu dan tentu saja mendapatkan amukan dari sang suami seperti biasa. Pipi Ghea memerah saat tangan kasar Hari memukulnya hanya karena dibuat menunggu beberapa menit sebelum dibukakan pintu oleh Ghea. "M-maaf, Mas. Aku tadi sedang di kamar mandi, jadi gak bisa buka pintu dengan cepat." "Makanya kalau mau kunci pintu, kuncinya dicabut aja biar aku bisa buka sendiri pakai kunci cadangan yang kubawa." "A-aku lupa, Mas," jawab Ghea beralasan. Padahal dia memang sengaja melakukannya. Hari mendengus dan melewatinya begitu saja. Tidak lupa dengan tas kerja yang dilempar asal kepada istrinya untuk dibawakan ke kamar mereka. Ghea
"A-apa?" panik Ghea mendengar permintaan Hana — ibu mertuanya. Ghea melirik ke arah suaminya yang tidak menunjukkan ekspresi berlebihan. Tapi uluran tangan yang menerima botol jamu pemberian ibunya tetap diterima keduanya dengan satunya segera dioper kepada sang istri yang masih menatapnya dengan was-was. 'Maksudnya aku harus beneran minum jamu ini?' batin Ghea jelas bertanya dalam tatapan lebarnya. Hari segera meminum bagiannya, kemudian memberikan anggukan kecil sebagai kode kepada Ghea untuk mengikuti apa yang dilakukannya. Bukan hanya tidak menyukai jenis minuman yang akan masuk ke tubuhnya, tapi karena tahu sedikit banyak tentang efek samping minuman yang diberikan ibu mertuanya lah yang membuat Ghea ragu melakukannya. Sayangnya dia tidak punya pilihan selain menurut apalagi Hana sudah memaksanya dengan mendekatkan botol itu ke bibirnya untuk segera diteguk. "Jangan rewel deh! Cuma disuruh minum jamu aja, kayak udah ma
Mendengar Ghea meminta tolong dengan wajah merah berkeringat di seluruh permukaannya, membuat Abimanyu terpaku sesaat. Tapi tidak lama, karena begitu kesadarannya kembali, Abimanyu segera membukakan pintu mobilnya untuk dinaiki Ghea yang dikiranya hanya kelelahan setelah berlari-lari. "Kurang kerjaan banget sih olahraga lari malam-malam begini? Kalau memang niatnya olahraga kan bisa pakai treadmill di rumah aja, ngapain lari-lari di jalanan? Mana masih pakai dres lagi!" Abimanyu mengomel sendiri karena belum menyadari ada yang berbeda dari diri Ghea yang sejak tadi diam saja. Abimanyu bahkan tidak sadar jika dirinya sudah keluar dari kebiasaannya yang tidak banyak berkomentar. Tiba-tiba dia jadi cerewet hanya untuk memarahi Ghea yang menurutnya bertingkah konyol. "Aku gak tahan lagi, Pak. Tolong saya," ujar Ghea membuat Abimanyu yang sedang fokus menyetir menoleh bingung. "Maksudnya? Kamu kenapa, Ghe?"Ghea terlihat bergerak tidak ny