Share

Bab 10 Masalah Menjelang Pernikahan (Part 2)

"Halo, Gan ... Ehm ..., iya ..., iya ... Nanti gue bayar, kasih gue waktu, gue pasti kabarin," ucap Chandra.

Sontak aku kaget dengan apa yang baru saja kudengar, tetapi hanya itu yang aku dengar dan pembicaraan segera berakhir. Aku mendekati Chandra dan bertanya siapa yang menelpon, sepertinya ada masalah.

"Siapa yang telpon, Yang? Kamu lagi ada masalah?" tanyaku.

"Eh ..., e-egga kok," jawab Chandra gugup.

"Jangan bohong deh, sebentar lagi kita menikah, gak perlu ada yang di tutup-tutupin," balasku.

"Ehm ..., tapi kamu janji jangan marah sama aku yah ... Janji dulu," ujar Chandra.

"Iya," jawabku.

"Begini ceritanya, setahun yang lalu aku sama Morgan kita buka usaha bengkel repair mobil. Pertengahan jalan ada masalah diantara kami, karena bengkel itu tidah berjalan sesuai harapan dan akhirnya kami harus tutup daripada biaya operasionalnya terus membengkak. Sekarang Morgan menagih modal yang dia dulu dia investasikan," jelas Chandra.

"Loh kok harus ditagih modalnya? Usaha itu tidak jalan kan? Artinya modal kalian berdua yang dipakai untuk menutupi kerugian akibat usaha itu dong," tanyaku.

"Iya sih ..., tapi dulu aku berjanji sama Morgan kalau sampai usaha ini tidak berkembang aku akan mengembalikan modalnya. Kalau tidak seperti itu Morgan tidak akan tertarik berbisnis denganku," sanggahnya kembali.

"Aduh Chandra ya ampunnnn ..., mana ada bicara seperti itu. Investasi itu mutlak antara untung dan rugi. Berani investasi harus siap dengan resiko terburuknya rugi," ujarku kesal.

"Iya maaf, katanya kamu janji gak marah," ujar Chandra.

"Terus sekarang gimana?" tanyaku.

"Terpaksa aku kembalikan uangnya pakai uang komisiku," sesal Chandra.

"A-apa?? Terus gimana sama pernikahan kita??" tanyaku dengan kesal.

"Tenang aku nanti cari cara buat nutup biaya pernikahan kita, lagian nanti kan ada uang amplop dari tamu" ujar Chandra.

"Tapi kan gak ada jaminan kalau uang amplop dari tamu bisa nutup biaya pernikahan kita? Itu kan cuman bonus. Yah sudah lebih baik kita tunda pernikahan ini saja, atau lebih baik kita hanya akad nikah sederhana saja yang penting kita menikah," ujarku

"Eh jangan, kasihan kamu Cher, kamu kepengen pernikahan yang indahkan? Pernikahan yang di kenang sekali salam seumur hidup kita. Kasihan keluarga kita juga bisa malu kalau sampai harus di batalin. Sudah kamu tenang saja yah aku pasti pikirkan jalan keluarnya." ucap Chandra.

"Ya sudah gimana kamu saja."

Permasalahan ini menambah keraguanku untuk melangkah menuju pernikahan, rasanya ingin membatalkan acara pernikahan ini, tetapi kasihan ibuku yang akan malu menanggung semua ini. Lebih baik aku menahan egoku daripada ibuku malu dengan pembatalan pernikahan ini. Sesak dadaku memikirkan hal ini, ingin rasanya bercerita kepada ibuku, tetapi kuurungkan niatku karena aku takut menjadi beban pikiran ibuku.

Ya Tuhan rasanya berat sekali mendengar permasalahan ini, rasanya ini hanya baru permulaan ujian dalam rumah tanggaku. Semoga tidak ada masalah lain, hanya itu yang aku pinta dalam hati.

Tak terasa mengalir air mata ini dari kedua pelupuk mataku.Tak bisa aku pungkiri beban ini terasa semakin berat menuju pernikahanku, masalah demi masalah datang menghampiriku. Mungkin ini yang di sebut dengan ujian pernikahan, karena setan tidak menyukai sebuah pernikahan. Apakah aku sanggup melewati ini semua? Hatiku semakin bimbang lebih baik pernikahan ini diteruskan atau lebih baik berhenti sampai disini.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status