Share

Bab 9 Masalah Menjelang Pernikahan

Pov Cherryl

Aku adalah seorang gadis berusia 28 tahun, aku bekerja di salah satu perusahaan besar di bidang investasi. Aku seorang yang berambisi dalam mengejar karir, karena kehidupan masa kecilku hingga aku lulus kuliah bukan berasal dari kalangan orang kaya. Aku ingin merasakan kehidupan yang lebih ketika aku masih kecil.

Orang tuaku hanya karyawan biasa, memberikan pendidikan hingga perguruan tinggi pun, rasanya orang tuaku agak kewalahan mengingat aku mengenyam pendidikan di salah satu universitas swasta kenamaan. Orang tua ku berharap kehidupanku lebih baik kedepannya karena menjadi sarjana, tidak seperti mereka yang hanya lulusan sma.

Ketika lulus kuliah aku melamar di beberapa perusahaan, salah satu nya perusahaan tempat aku bekerja. Kerja kerasku membuahkan hasil, kurang dari 2 tahun aku sudah menjabat sebagai Eksekutif Manager, dengan penghasilan yang lumayan cukup besar. Mengejar karir semakin membuatku di usia yang hampir kepala tiga ini, semakin melupakan keinginan ibuku untuk segera menikah. Aku merasa pernikahan hanya membelenggu kebebasanku. Belum lagi ketakutanku tentang sosok ibu mertua jahat seperti yang ku lihat di sinetron-sinetron.

Hampir setiap hari ibuku selalu bertanya kapan aku segera menikah, terkadang hal tersebut membuat aku jengah. Aku berpikir mungkin suatu saat Tuhan akan memberikan jodoh, tetapi seandainya tidak pun aku tidak masalah karena aku menikmati hidupku yang sekarang.

Suatu ketika aku bertemu kembali dengan Chandra di sebuah mall ketika aku sedang berbelanja baju. Kembali terkenang kisah masa remaja, saat itu kami harus berpisah karena Chandra harus melanjutkan studinya ke Singapura. Semenjak itu kami pun putus komunikasi.

Pertemuanku kembali dengan Chandra membuatku merasa senang dan tidak dapat di pungkiri hatiku masih bergetar kala melihatnya kembali. Sejak saat itu kami menjadi sering berkomunikasi.

Sampai pada akhirnya Chandra melamarku di sebuah cafe yang sudah dia persiapkan dengan indah. Rasa terharu kala itu melihat perlakuan Chandra terhadapku. Dalam hatiku berkata mungkin ini jodoh yang Tuhan kasih untukku, karena baru kali ini ada lelaki yang serius mendekatiku sampai berani melamarku, sedangkan beberapa lelaki yang mendekatiku tampaknya hanya sebatas berteman denganku.

Entah karena mereka segan mendekatiku atau memang mereka yang tidak serius terhadapku ..., aku pun tidak mengerti. Tapi kali ini berbeda dengan Chandra, hanya hitungan bulan kedekatan kami, dia sudah berani melamarku. Aku pikir itu bentuk keseriusan dan tanggung jawabnya terhadapku.

Pernikahanku hanya tinggal hitungan minggu, tapi entah mengapa semakin mendekati hari H, aku semakin merasa ragu untuk melanjutkan pernikahan ini. Tidak hanya sikap kelurga calon suamiku, tetapi sikap calon suamiku seperti ada yang aneh, terasa seperti ada sesuatu yang dia sembunyikan tetapi aku tidak tahu apa itu.

Segala urusan yang berhubungan dengan keuangan selalu saja aku yang keluar uang, entah memang dia benar-benar tidak ada uang, atau memang pelit ..., entah akupun merasa bingung. Rasanya ingin bertanya lebih jauh, tapi aku takut dia tersinggung dan aku tidak ingin ribut, apalagi tidak lama aku segera menikah.

Tapi perasaan ini terus mengganjal, mulai dari biaya pernikahan sampai masalah beli rumah dan bahkan saat kami membeli furniture semua aku yang mengeluarkan uang. Memang dia berjanji akan segera mengembalikan uangku saat dia sudah mendapatkan komisi dari mobil yang dia perbaiki, walaupun entah kapan Chandra tidak pernah jujur dan terbuka masalah keuangan denganku.

Kalau memang dia sedang kesulitan keuangan kenapa harus membuat pesta yang megah, walaupun memang impianku saat aku menikah ingin menggelar pesta pernikahan yang mewah. Tetapi aku tidak akan memaksakan kehendak seandainya memang pasanganku belum mampu. Pernikahan sederhana yang penting sakral dan sah di mata Tuhan sudah cukup untukku. Tidak seperti ini yang cukup membuatku sedikit sakit kepala.

Seminggu sebelum pernikahanku kala itu aku sedang berada di rumah keluarga Chandra karena undangan kami sudah selasai di cetak dan di kirimkan ke rumah Chandra. Tetapi saat itu aku melihat gelagat aneh dari calon suami.

tring ... tring ... tring ..., ponsel calon suamiku berbunyi, aku melihat Chandra mengangkat telepon sedikit menjauh dariku. Aku hanya samar-samar mendengar.

"Halo, Gan ... Ehm ..., iya ..., iya ... Nanti gue bayar, kasih gue waktu, gue pasti kabarin," ucap Chandra.

Sontak aku kaget dengan apa yang baru saja kudengar.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status