Share

6. Makan di kantin

Dengan mempercepat langkah kakinya Clarissa berjalanm ke kamar mandi. Berada di dalam ruangan ini membuat dadanya terasa begitu sangat sesak dan sakit. Clarissa masuk ke dalam kamar mandi dan duduk di closet. Saat ini ia menangis sejadi-jadinya. "Mengapa hidup ku harus seperti ini. ibu, Risa rindu Ibu. Apakah ibu benar-benar lupa sama Risa Bu," ucap Clarissa sambil mengusap air mata yang mengalir dengan derasnya.

Clarissa berusaha meredam suara tangisnya. Ia tidak tahu harus mengadu dengan siapa. Cukup lama Clarissa nenagis di dalam kamar mandi. Clarissa membasuh wajahnya dengan air keran di wastafel.

Clarissa keluar dari dalam kamar mandi setelah menenangkan dirinya sendiri . Clarissa sangat bersyukur saat melihat Sinta sudah selesai membersihkan ruangan direktur.

"Lama banget sih,” ucap Sinta yang mengomel saat melihat Clarissa yang keluar dari dalam kamar mandi.

"Perut ku meles banget," ucap Carissa mencoba untuk tersenyum mengambil kain pel yang di tangan Sinta.

Clarissa berjalan bersama dengan Sinta kedua gadis itu masuk ke ruangan yang lain dan membersihkan ruangan-ruangan seperti biasa.

****

"Hari ini kamu nggak seperti biasa," ucap Sinta yang memandang Clarissa.

"Aku lagi ingat sama ibu," ucap Clarissa yang berbohong. Clarissa menangis di depan temannya ketika dirinya sudah tidak mampu menahan rasa sakit didadanya.

"Aku do’ain kamu secepatnya bisa berjumpa dengan ibu kamu," ucap Sinta yang berusaha menghibur Clarissa. "Sudah jangan nagis," ucap Sinta yang memeluk Clarissa.

"Sudah satu bulan aku di sini, namun aku tidak tahu bagaimana caranya menemukan Ibu," ucap Clarissa yang  memandang Sinta.

"Mencari orang itu memang sulit, apalagi kita sudah tidak pernah melakukan hubungan kontak dengannya. Harus memiliki kesabaran yang tinggi dan perbanyak berdo’a,"  ucap Shinta yang mengusap bahu Clarissa.

Carissa hanya menangis saat mendengar ucap temannya. "Di dunia ini mungkin tidak ada yang sayang sama aku, terkecuali ibu panti. Ibu pantai begitu begitu sangat tulus  menyayangi aku. Walaupun aku makan di panti serba kekurangan namun aku sangat bahagia di sana," ucap Clarissa yang mengusap air matanya.

Sinta hanya diam memandang Clarissa. Sinta memandang Clarissa dengan tatapan penuh rasa kasihan.

"Bila kita libur aku akan membantu kamu mencari ibu kamu. Anggap aja kita jalan-jalan.  Walaupun aku baru mengenal kamu, namun aku sudah menganggap kamu sahabat aku. Aku sangat menyayangi kamu," ucap Sinta dengan tulus dan  memeluk Clarissa. 

Tangis Clarissa semakin pecah saat mendengar ucapan sahabatnya. Clarissa tau bahwa sinta sangat  tulus mengucapkan hal tersebut.

"Kenapa nagisnya makin kencang sih," ucap Sinta yang ikut menagis

"Terima kasih Sinta, tapi rasanya tidak perlu. Aku sudah memikirkan hal ini.  Aku sudah lupa wajah Ibu aku. Aku bahkan sudah tidak ingat seperti apa suaranya. Aku tidak mungkin bisa menemukannya," ucap Clarissa yang terlihat frustasi .

"Kamu punya foto ibu kamu?" ucap Sinta yang memandang Clarissa.

"Bila aku punya fotonya, aku tidak mungkin lupa dengan wajahnya," ucap Clarissa yang berusaha meredam suara tangisnya.

Sinta hanya diam sambil terus mengusap punggung temannya.

"Kita kerja lagi, nanti kita di marahin senior," ucap Sinta yang memberikan Clarissa air putih.

"Iya," Clarissa menganggukkan kepalanya dan meminum air hangat di dalam gelas bening tersebut.

***

"Ayo cepat, aku sudah gak sabar mau makan enak," Ucap Sinta yang menarik tangan Carissa. Makan siang hari ini adalah makan siang yang sudah sangat di tunggu-tunggu oleh kedua gadis tersebut.

"Iya, tapi sabar dikit," ucap Clarissa yang mempercepat langkah kakinya.

"Kita wajib cepat. Nanti kantin penuh," ucap Sinta  saat mereka  berjalan menuju lantai 3 di mana kantin kantor berada.

Kedua gadis itu masuk ke dalam kantin. Berhubung kondisi kantin masih sepi sehingga mereka bisa memilih posisi tempat duduk yang nyaman. Tempat

duduk paling belakang dan juga pojok.

Clarissa memandang daftar menu yang ada di atas meja. "Kamu mau apa?" ucap Clarissa yang memandang Sinta.

"Kamu makan apa?" tanya Sinta yang kembali bertanya.

"Aku mau makan bakso aja," ucap Clarissa yang memandang daftar menu yang memiliki gambar bakso yang mengunggah selera.

"Aku makan ayam penyet," ucap Sinta.

"Aku juga makan ayam penyet ajalah. Makan baksonya besok-besok aja," ucap Clarissa yang memandang daftar menu tersebut. Makan nasi dengan ayam penyet di tambah sambal terasa pasti lebih enak daripada harus memakan semangkok bakso untuk siang hari pikir nya.

"Ayam penyet 2 bagian sayap. Teh es manis 2. Nasinya di banyakan. Pakai tahu dan juga tempe ya bang," ucap Sinta memesan menu kepada pelayan kantin. Sinta sudah tidak sabar untuk makan yang banyak.

"Iya dek,  CS baru ya Dek," ucap pelayan kantin tersebut memandangi Clarissa dan juga Sinta.

"Iya bang," jawab Sinta.

"Pantas baru kelihatan, tunggu sebentar ya"ucap pelayan kantin yang kemudian meninggalkan meja tersebut.

"Libur Minggu depan apa kita jadi ya jalan-jalan beli sepatu?"  ucap Sinta memandang Clarissa.

Clarissa tersenyum, dengan cepat menganggukkan kepalanya.

Kedua gadis itu menghentikan obrolan ketika pelayan meletakkan menu yang tadi di pesannya.

"Besok-besok kalau ada uang kita makan di sini lagi ya," ucap Sinta yang berbicara dengan mulut yang penuh terisi nasi. 

Clarissa hanya menganggukkan kepalanya. Saat ini ia tidak bisa berbicara, karena mulut  penuh dengan nasi. Bila ada yang memperhatikan mereka, sudah  pasti mereka tahu bahwa kedua gadis itu baru mencoba makan enak seperti ini. 

Clarissa dan juga cinta hanya fokus dengan menu yang saat disantap mereka sambil sekali-sekali kedua gadis itu bercerita. Mereka tidak menghiraukan karyawan-karyawan yang lain yang memenuhi kantin tersebut.

"Clarissa makan di kantin ya," ucap seorang pria yang duduk di depan Clarissa.

Clarissa tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Saat ini   mulutnya  penuh dengan nasi sehingga tidak bisa menjawab pertanyaan pria tersebut.

"Kenapa selama ini tidak pernah makan ke kantin?" ucap pria itu.

Clarissa meminum teh dingin yang di gelas besar agar nasi di mulutnya  cepat bisa ditelannya. "Nunggu gajian Bang Edo,” ucap Clarissa yang tersenyum.

Pria itu tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Jadi ini karena bulan baru ya?" ucapnya.

"Iya Bang Edo," jawab Clarissa dengan sangat polosnya.

Pria itu tersenyum saat memandang Clarissa.

"Bang Edo apa nggak makan?" tanya Clarissa.

"Iya saya baru akan makan. Maaf ya abang ke meja sana soalnya teman memanggil," ucap  Edo yang  permisi dan meninggalkan meja tempat dimana Clarissa dan Sinta makan. Pria itu pergi bergabung dengan teman-temannya

"Iya bang," jawab Clarissa menganggukan kepala.

****

“Alhamdulillah selesai," ucap Sinta yang mengangkat tangannya ke atas.

"Akhirnya kita pulang juga," ucap Clarissa dengan wajah yang teramat lelah.

"Aku beneran capek. Besok libur, aku bangun siang," ucap Sinta yang memutar kepalanya ke samping memandang Clarissa.

"Iya, aku juga mau bangun lambat. Hanya saja, cucian sudah menumpuk," ucap Clarissa yang berjalan dengan kaki yang terasa begitu amat berat.

"Kapan nasib kita berubah," ucap Sinta yang mengangkat tangan ke atas dan mencium aroma bau ketiaknya.

Clarissa tersenyum geli melihat tingkah temannya. "Angkat tangan jangan tinggi-tinggi dong, geli aku. Mana kamu bau lagi," ucap Clarissa yang memandang Sinta dan menutup hidungnya.

Sinta tertawa saat mendengar apa yang dikatakan Clarrissa. "Aku pulang naik busway. Mana tahu aja nanti saat aku berdiri, yang di samping aku tuh cowok ganteng. Aku jadi gagal untuk melakukan tahap perkenalan, bila si cowok itu sudah tutup hidung lebih dulu," ucap Sinta yang menjelaskan  secara mendetail.

Clarissa hanya tersenyum saat mendengar ucapan temannya.

"Kalau sudah jam seperti ini, busway selalu penuh, sehingga aku selalu berdiri,"  ucap Shinta yang sudah langganan berdiri.

Clarissa menghempaskan napasnya dengan sangat kasar. Pekerjaan yang dikerjakan bersama dengan Sinta baru selesai di jam 7 malam. Kedua gadis itu selalu datang paling cepat dan pulang paling lambat.

"Aku pengen sekali seperti Cs yang lain. Datang di saat jam kerja, dan pulang di jam kerja selesai," ucap Sinta.

"Aku juga," ucap Clarissa.

"Clarissa dan Sinta, apa baru keluar?" ucap security yang menyapa kedua gadis itu, saat Clarissa baru saja keluar dari dalam gedung kantor bersama dengan suaminya Sinta.

"Iya bang Udin," ucap Sinta.

"Kalian, datang paling cepat dan pulang paling lambat," ucap Bambang.

"Iya bang Beng, kami baru bisa pulang, bila kerjaan kami selesai," ucap Clarissa yang tersenyum lebar.

"Bang, kami pulang ya, nanti ketinggalan busway," ucap Shinta.

"Oh iya hati-hati,” ucap kedua scurity tersebut.

“Iya bang," ucap Clarissa yang berlalu di depan scurity tersebut.

"Aku tuh, kalau sempat terlambat, bisa-bisa naik gojek. Ongkosnya mehong," ucap Sinta yang tersenyum nyengir.

"Aku pulang pergi pakai Glx," ucap Clarissa yang sedikit tersenyum.

"Apa itu Glx?" ucap Sinta yang tidak mengerti.

"Goyang lutut Xali," ucap Clarissa yang membuat Sinta tertawa ngakak.

"Istilahnya keren, gitu dengar artinya langsung merana. Risa jangan lupa besok kita jalan-jalan," ucap Sinta saat kami berjalan berdua dan berhenti di pinggir jalan raya yang padat dengan kendaraan.

Clarissa tersenyuman saat Sinta yang mengingatkannya rencana jalan-jalan yang sudah di aturannya beberapa hari yang lalu.

"Kamu yang datang ke rumah ku ya. Soalnya aku belum terlalu mengerti di sini. Aku baru tahu jalan ke kantor dan ke rumah saja," jawab Clarissa yang tersenyum lebar.

"Oke siiipp,” ucap Sinta sedikit berlari ke halte bus dan  naik ke atas busway yang terakhir.

Clarissa berjalan kaki pulang ke rumah kontrakannya. Sendiri seperti ini membuatnya kembali merasa sedih.  "Bila ada Sinta, setidaknya aku masih punya teman. Sinta selalu berbicara seakan tidak ada capeknya sehingga aku bisa melupakan apa yang telah terjadi." Ucap Clarissa yang tersenyum mengingat tingkah lucu temannya. Clarissa mengusap airmata yang menetes dengan sendirinya.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status