Home / Romansa / Aku Mau Cerai, Mas! / Bab 9 Mas Bram ... Ayo!

Share

Bab 9 Mas Bram ... Ayo!

Author: Tricya
last update Last Updated: 2024-07-25 12:55:33

"Minyak essential?"

Pak Rusdi mengangguk sopan, "Benar, Nyonya."

Aliyah tak bisa berkata-kata. Apa maksudnya semua ini, ia merasa tak pernah meminta barang-barang itu kepada pak Rusdi.

Aliyah melirik ke belakang, dan mendapati Bram kini telah berpakaian lengkap. Melihat wajah dingin yang seakan tak peduli pada dunia, sebenarnya terkandung serigala ganas yang membuatnya ingin sekali mencekik wajah itu. Lihatlah, bahkan pria itu sendiri yang menyiapkan segala kebutuhan untuk pijatnya.

"Dasar bejat! Bajingan! Bram SIALAN!" teriaknya di dalam hati.

Nyatanya Ia hanya bisa menerima barang-barang yang dibawa Pak Rusdi, dan berkata dengan lembut, "Terimaksih Pak," sambil tersenyum dengan manis.

Kepala pelayan itu pergi, sementara Aliyah kini menarik napas dan menghembuskannya perlahan-lahan. Mencoba menahan untuk tidak melemparkan peralatan pijat di tangannya.

Setelah tenang ia berbalik dengan anggun, lalu berjalan dengan ceria menuju Bram.

"Mas Bram, sesuai janji aku siang ini, aku bakalan beri Mas pelayanan yang memuaskan malam ini."

Jakun Bram bergerak naik turun tanpa sadar saat mendengar kata-kata genit itu. Melihat gerak gerik Aliyah yang terlihat bersemangat membuatnya kini cukup menantikan pijatan yang dijanjikan wanita itu. Tapi sebelum itu, ia harus memastikan hubungan mereka terlebih dahulu.

"Ada yang mau saya bicarakan dengan kamu sekarang," ucap Bram menenangkan suasana.

Aliyah yang tengah membentangkan handuk coklat di atas ranjang menghentikan gerakannya segera. Mata besarnya berkedip pelan beberapa kali, dan segera berkata, "Kita bisa bicarakan nanti sekalian Mas."

Suara wanita itu terdengar lembut dan merdu, tiba-tiba membangkitkan kembali keinginan Bram yang sebelumnya telah ia tekan.

Bram yang selalu tegas dalam mengambil keputusan entah mengapa merasakan apa itu bimbang untuk pertama kalinya. Ia ragu-ragu! Disatu sisi ia mengharapkan, tapi disisi lainnya ia merasa hubungan meraka harus diperjelas terlebih dahulu.

"Mas Bram ... Ayo!" Aliyah kembali mendesak dengan centil.

Wajah cantik itu mengernyit, bibirnya mengerucut kesal saat melihat pria itu masih berdiri dengan tatapan tanpa ekspresi melihat kepadanya.

Hei! Aliyah ingin sekali berteriak ke wajah tampan itu. Apa pria itu pikir dia adalah monyet bodoh yang sedang menghiburnya?

Dari sudut yang tak terlihat oleh Bram, gadis itu menggertakkan giginya.

"Saya ..."

"Mas Bram gak perlu malu ... Liyah kan istrinya Mas ..." seru Aliyah cepat dengan ekspresi manjanya kembali.

Bram yang telah setuju pada akhirnya semakin tak bisa menolak saat mendengar seruan Aliyah. Dengan tegas Bram melepaskan kaus yang baru saja dikenakan. Saat pandangannya kembali terbuka, ia dibuat kaku dengan pemandangan yang ada dihadapannya.

Aliyah mengejutkan Bram dengan tindakannya. Berpikir bahwa pria itu tak kunjung jatuh pada jebakannya, wanita itu memulai aksi selanjutnya. Walau malu ia menahan sekuat tenaga, perlahan membuka outer yang membungkus tubuhnya.

Bahu putih bulat terlihat memancarkan aura merah muda, tulang selangka gadis itu benar-benar mematikan. Postur tubuhnya tegak dan sempurna, gelar kecantikan pertama saja tidak cukup mendeskripsikan keindahannya.

Bahkan sebelum tangan lembut itu menyentuh kulitnya, Bram sudah merasakan sesuatu ditubuhnya yang memberontak.

"Saya lupa ada pertemuan malam ini," ucap pria itu serak, berbalik sambil mengenakan pakaiannya kembali, lalu terburu-buru keluar menuju ruang kerja pribadinya.

Saat pintu itu tertutup dengan keras, Aliyah bersorak gembira.

Saking senangnya ia bahkan menari beberapa saat. Dugaannya selama ini benar!

Pria itu gay!

"Tampaknya aku selangkah lagi menuju kebebasan," bisiknya senang.

Setelah merapikan kembali peralatan pijat yang telah diatur sebelumnya, dengan langkah ringan ia kembali ke kamarnya.

Sementara itu, seorang pria tengah mendinginkan panas ditubuhnya.

---

Keesokan harinya tepat pukul 05.30 pagi, ponsel Aliyah berdering keras. Sebenarnya ia tak membutuhkam alarm untuk bangun, tapi dikarenakan hatinya terlalu senang tadi malam, ia berjaga-jaga pagi ini. Jangan sampai tidurnya terlalu lelap.

Setelah sedikit berdandan ia turun dengan wajah yang masih mengantuk, ia melangkahkan kaki dengan malas, sesekali menguap dan terhuyung menuju ke ruang makan untuk sarapan. Namun, begitu ia tiba di ruang makan, Aliyah terkejut melihat suaminya yang sedang duduk di meja makan.

Bram, yang biasanya percaya diri dan tenang, kali ini tampak sedikit gugup. Rambutnya yang biasanya rapi kini sedikit berantakan, dan wajah dingin terlihat sedikit kaku. Aliyah melihat ekspresi canggung di wajah pria itu dan merasa sedikit lucu melihat perubahan sikapnya yang tidak biasa.

"Hoamm ... selamat pagi Suamiku ..." Aliyah menyapa dengan ceria.

"Tapi bentar lagi jadi mantan suami!" kekeh Aliyah di dalam hati, membuatnya tersenyum semakin keras.

Wajah Bram semakin menggelap saat melihat raut ceria itu, tampaknya wanita itu sudah mempermainkannya malam tadi.

Tepat saat ia keluar dari ruang kerjanya ia tak melihat wanita itu di kamarnya. Seperti kelinci yang melarikan diri setelah menggoda seekor serigala.

"Mas Bram! Selamat pagi Aliyah bilang!" ucap Aliyah dengan keras setelah duduk di meja makan.

"Hmm ..." Bram mengalihkan pandangannya, dan mulai makan dengan tenang.

Aliyah menghela napas dan mengikuti untuk makan.

"Mas coba ini! Udang nya enak."

"Ini Mas, salad buah hari ini segar banget."

"Mas Bram harus coba makanan penutup ini."

Aliyah berkicau tanpa henti, gerakannya yang membungkuk memperlihatkan sepotong kulit di dadanya.

Bram yang telah begadang melawan keinginannya tadi malam, kini tersulut kembali.

"Saya kenyang! Kamu makan perlahan."

Aliyah bersorak dalam hati saat melihat pria itu pergi dari meja makan. Dengan semangat menyantap habis sarapannya.

Tak lama kemudian, Bram yang telah mengenakan kemeja hitamnya turun kembali. Membawa setumpuk dokumen, lalu duduk di sofa ruang tamu.

Aliyah yang baru saja selesai bersiap-siap syuting terkesiap melihat pemandangan itu.

Apakah ini saatnya mereka akan membicarakan perceraian?

Tak tak tak ...

Tanpa sadar langkah kakinya semakin cepat menuruni tangga.

"Aliyah," panggil Bram dengan suara bass bariton khas miliknya.

"Ada yang mau saya bicarakan dengan kamu."

Aliyah berlari kecil dan segera duduk di sofa tak jauh dari pria itu. Melihat pada jam di ponselnya, saat ini masih ada setengah jam sebelum syuting dimulai, ia segera menghubungi Dewi untuk meminta izin datang terlambat.

Meskipun hatinya melonjak kegembiraan, Aliyah berusaha menampilkan ekspresi tenang di wajahnya. Ia menundukkan kepala seolah-olah sedang berduka atas keputusan yang akan diambil. Namun, dalam benaknya, ia sudah merencanakan langkah-langkah yang akan diambil ke depan setelah perceraian ini.

Bram berkata perlahan, "Pernikahan kita ..."

Aliyah mulai memainkan aktingnya, dengan terkejut ia bertanya dengan mata yang berkaca-kaca, "Mas Bram mau akhiri pernikahan kita?"

Ia tak sabar untuk langsung ke inti pembicaraan.

Aliyah duduk di kursi dengan postur tubuh yang anggun, wajahnya yang cantik dipenuhi dengan ekspresi sedih yang mempesona. Matanya yang indah terlihat berkaca-kaca, mencerminkan kegalauan yang mendalam di dalam hatinya. Dengan suara lembut namun penuh getaran emosi, ia bertanya, "Apakah kita akan bercerai, Mas?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aku Mau Cerai, Mas!   Bab 39 Pengalaman Pertama

    Sore itu berlalu dengan kemanisan yang memenuhi kamar Aliyah. Bram mengusap rambut Aliyah yang basah karena perbuatannya. Menatap pada wajah Aliyah yang terlihat lelah, Bram merasa menyesal karena tidak bisa mengendalikan diri dengan baik. “Gak papa, Mas. Ini udah kewajiban aku sebagai istri.”Aliyah senang dan kesakitan, pengalaman pertama yang diberikan Bram tak akan pernah bisa ia lupakan. Tersenyum manis di sudut bibirnya, Aliyah merasakan untuk pertama kalinya bahwa ia bisa sangat mencintai pria di hadapannya.Bram menatap Aliyah dalam diam, masih merasa terhimpit oleh rasa bersalah. Ia tahu bahwa Aliyah mungkin belum siap, dan ia seharusnya lebih peka. "Aku terlalu terbawa suasana, Aliyah... Maafkan aku," ucapnya pelan, penuh penyesalan.“Tapi ini sepenuhnya bukan salah aku …” bisik Bram di telinga Aliyah.Aliyah sontak mengerutkan keningnya, “Trus?”Bram mengeratkan pelukannya, dan dengan menggoga membisikan sesuatu ke telinga Aliyah, “Salahkan istriku ini yang terlalu menggo

  • Aku Mau Cerai, Mas!   Bab 38 Kerinduan

    Bram berdiri di tengah ruangan yang gelap, hanya terdengar suara langkah kakinya yang menggema di lantai marmer. Tanpa banyak berpikir, ia melangkah menuju jendela pertama, menarik gorden tebal yang menghalangi cahaya dari luar. Begitu jendela terbuka, angin sore yang dingin segera masuk, membawa bau khas hujan yang baru saja reda. Satu per satu jendela dibuka, membiarkan udara mengalir lebih banyak. Namun, meski kini ruangan sedikit lebih terang karena sinar matahari yang menyelinap melalui jendela, suasana tidak menjadi lebih ringan. Aliyah duduk di sudut tempat tidur, kedua tangannya menggenggam erat selimut, matanya kosong, namun di balik kekosongan itu ada sorot ketakutan. Bram berbalik, menatap Aliyah yang masih terdiam. Langkahnya perlahan mendekati wanita itu, kemudian ia berjongkok di hadapannya, menyamakan tingginya dengan Aliyah. “Aku tahu ini berat bagimu,” suaranya terdengar lembut, namun penuh keprihatinan. “Tapi aku harus memastikan kamu baik-baik saja.”

  • Aku Mau Cerai, Mas!   Bab 37 Berita Pengunduran

    Keesokan harinya, berita tentang keluarnya Aliyah dari dunia hiburan telah menyebar dengan cepat, layaknya api yang menyambar rerumputan kering. Sinta mematuhi perintah Bram dan mengeluarkan pernyataan resmi kepada media tentang keputusan tersebut. Namun, tidak ada yang siap dengan respons yang akan datang.Berita itu langsung menduduki puncak trending topic di media sosial. Seluruh Indonesia seakan gempar. Aliyah adalah salah satu ikon paling terkenal, model dengan jutaan penggemar yang telah mengikuti perjalanan kariernya selama bertahun-tahun. Keluarnya dia dari dunia hiburan tanpa alasan yang jelas membuat semua orang bertanya-tanya. Netizen, penggemar, dan bahkan beberapa kolega selebriti lainnya bereaksi dengan berbagai spekulasi.Di Twitter, Instagram, dan TikTok, ribuan komentar membanjiri timeline. Hastag seperti AliyahRetires, SaveAliyah, dan WhyAliyah? mulai muncul di mana-mana. Penggemar setia Aliyah merasa terpukul, bingung, dan marah karena keputusan mendadak i

  • Aku Mau Cerai, Mas!   Bab 36 Kosong

    Saat malam tiba, keheningan yang menyelimuti rumah besar itu terasa begitu tegang. Bram duduk di ruang kerjanya, menatap jendela yang menghadap ke kebun, pikirannya dipenuhi oleh kecemasan. Di luar, bulan bersinar redup di balik awan, memberikan suasana yang suram dan penuh ketidakpastian. Tiba-tiba, suara langkah cepat terdengar mendekat."Pak Bram!" Seorang pelayan tergesa-gesa memasuki ruangan dengan wajah penuh kekhawatiran. "Nyonya Aliyah sudah bangun."Bram bergegas berdiri, hatinya berdebar kencang. "Apa dia baik-baik saja? Apakah dia sadar sepenuhnya?" tanyanya dengan nada yang hampir penuh kepanikan. Sudah berhari-hari Aliyah tidak sadarkan diri, dan kini dia akhirnya terbangun. Namun, Bram tak tahu apa yang akan ia temukan saat bertemu dengan wanita itu."Saya tidak tahu pasti, Pak," jawab pelayan itu, mencoba tetap tenang. "Tapi Nyonya kelihatan gelisah dan sepertinya bingung."Tanpa menunggu lebih lama, Bram segera keluar dari ruang kerjanya dan bergegas

  • Aku Mau Cerai, Mas!   Bab 35 Penghilangan Ingatan

    Dr. Claire tersenyum tipis, “Kami akan melakukan yang terbaik untuk membantunya.” Mereka berjalan melewati lorong-lorong megah menuju kamar Aliyah. Di depan pintu, Bram sudah berdiri, wajahnya keras tapi sarat kecemasan. Tanpa basa-basi, ia menyambut mereka dengan anggukan singkat dan mempersilakan masuk ke dalam kamar, di mana Aliyah sedang terbaring lemah, wajahnya masih memerah karena demam. Dr. John dan Dr. Claire saling bertukar pandang sebelum mendekat ke tempat tidur. Dr. Claire memulai pemeriksaan psikologisnya terlebih dahulu, memperhatikan ekspresi Aliyah yang tampak tenang namun jelas terguncang dari dalam. “Kondisinya kompleks,” gumam Dr. Claire setelah beberapa saat. “Trauma masa kecil yang dia alami telah menciptakan luka mental yang dalam. Saya menduga, alam bawah sadarnya terus-menerus disiksa oleh ingatan buruk itu.” Dr. John mengangguk, menatap monitor medis yang menunjukkan detail vital Aliyah. “Secara neurologis, ada tanda-tanda stres ekstrem yang memengaruhi k

  • Aku Mau Cerai, Mas!   Bab 34 Keluar dari Lingkaran Hiburan

    Dibalik kekacauan keadaan di Singapura, Indonesia bahkan lebih tidak baik lagi. Tidak adanya kabar dari sang model fenomenal membuat para fans dan netizen menjadi bertanya-tanya. Beberapa tagar penting yang bersangkutan dengan Aliyah bahkan muncul satu persatu. Berbagai spekulasi dan dugaan dari kalangan muncul, dipicu dengan berita terakhir yang viral saat Aliyah diduga melakukan percobaan bunuh diri, tak sedikit yang mengira wanita cantik itu sudah tiada. Beberapa orang ada yang beranggapan model itu sedang melangsungkan pernikahan privat di sebuah pulau. Dewi sang asisten dan Sinta sebagai manajer Aliyah dibuat tak bisa berkutik. "Gimana kak, bahkan udah dua minggu sekarang, tapi ... berita tentang mbak Aliyah masih jadi trending topik." Sinta mengalihkan pandangan dari ipad nya dan dengan kesal memarahi gadis itu, "Dewi kamu bisa diam dulu gak! Saya pusing liat kamu mondar-mandir dari tadi." Dewi tetunduk lesu, melangkah dengan pelan menuju sofa dan duduk disana. Sin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status