Share

08 | Kok Sakit Ya Ini Hati?

Syailendra

“Apa yang harus aku syukuri karena punya kamu, Ndra?” Anjrit. Apa yang harus dia syukuri karena punya aku katanya? Yah, maksudku. Meskipun aku ini tidak ada harga dirinya sama sekali di mata Ghea tapi apa sih salahnya ketika dia punya aku sebagai pasangannya dia mensyukuri itu? Memang ada pepatah yang mengatakan bahwa rumput tetangga itu memang jauh lebih indah, tapi mensyukuri apa yang kita punya itu bukannya jauh lebih indah? Buat apa iri dengan kepunyaan orang lain kalau yang kita punya saja itu jauh lebih indah dari milik orang lain, seharusnya Ghea berpikiran seperti itu entah kemarin atau saat ini.

“Wah, aku nggak nyangka banget kamu bisa jawab begitu sadis, Ghe.” aku hanya tertawa bodoh, ketika mengatakan kalimat barusan.

“Yah makanya, udah lupain aja aku. Kamu move on, cari yang baru. Yang bisa lebih ngehargain kamu, yang bisa baik-baik ngomongnya ke kamu, yang nggak bikin kamu sakit hati mybe.Move on lagi aja yang dia katakan, haduh. Jadinya saat ini aku hanya bisa tertawa bodoh lagi saja, tapi sambil menahan diri untuk nggak mengata-ngatainya balik.

Tapi mana mungkin aku bisa mengata-ngatainya balik, ya? Aku 'kan, sayang sekali sama si kunyuk satu ini.

Demi bisa bersama Ghea saat ini, aku harus mencari alasan yang bagus agar dia mau makan dan pulang bersamaku. Kalau saat menjemputnya tadi sore aku mengatakan jika aku rindu kepadanya, mungkin aku tidak akan bisa bersamanya saat ini. Menghabiskan makanan bersama, sambil ditemani iringan lagu Raisa-Mantan Terindah. Yah, memang aku agak norak. Tapi mau bagaimana, seperti yang kukatakan tadi bahwa sekali pun aku melakukan hal keren, Ghea ini memang tidak akan mau kembali kepadaku. Karena dia sudah tergila-gila dengan Lhambang, si laki-laki yang katanya paling baik dan peka sedunia itu. Padahal ya, hanya karena dia berprilaku baik, belum tentu dia tidak punya pikiran jahat sama sekali.

Hanya karena Lhambang, aku kehilangan Ghea. Padahal aku, sudah mati-matian menunjukan diri bahwa hanya aku yang bisa sabar menghadapi sikapnya. Cowok lain, mana mungkin bisa menghadapi Ghea seperti aku menghadapinya saat ini. Apa sih salahku kalau dipikir-pikir, iya. Memang, kalau orang tidak mau lebih baik nggak usah dipaksa sama sekali. Karena kita saja kalau dipaksa belum tentu akan langsung mau 'kan? Cuman masalahnya ini ada di diri Ghea. Okelah, kalau cowok lain mungkin aku akan terima Ghea mutusin aku. Tapi ini Lhambang, cowok yang bahkan Ghea tidak tahu cowok ini benar-benar baik atau tidak.

“Udah yuk ah, pulang. Obrolan kita ini nggak akan ada ujungnya, Ndra. Kamu percaya deh sama aku.” Ghea mengatakannya sambil mengalungkan tas pada tangannya, agar aku cepat-cepat berdiri dan mengantarkannya pulang mungkin.

“Bentar, adzan ini. Tunggu lah lima menit lagi, nanti baru aku antar pulang.”

“Ya udah, kita cari tempat ibadah aja dulu deh.” Aku mengeryitkan dahi ketika mendengar perkataan Ghea. Tumben dia minta pergi ke tempat ibadah dulu saat adzan, setidak nyaman itukah dia saat ini denganku atau mungkin memang dia sedang benar-benar ingin beribadah?

“Kamu mau sholat?” aku tahu, pertanyaanku ini mungkin terdengar bodoh. Tapi mau bagaimana lagi, aku sudah bingung mencari topik obrolan dan menahan Ghea untuk tinggal lebih lama lagi denganku.

“Ya menurut kamu aku ngapain ngajak ke tempat ibadah tapi nggak sholat?” kan bener, aku pasti sudah terlihat bodoh saat ini.

“Tumben kamu sholat?”

“Iya, lagi pengen minta sesuatu sama Tuhan.” Semoga saja dia minta agar diberikan jodoh yang baik, jodoh yang bertanggung jawab dan sayang kepada keluarganya. Dan taraaa Tuhan mengirimkan aku sebagai jawaban atas doa-doanya, wah. Keren sekali.

Mungkin, sekarang kalian lagi mikir kalau aku ini bodog sekali. Nagapin ngejar cewek yang jelas sudah nggak mau sama kita? Seperti yang Ghea katakan tadi, aku kaya dan ganteng. Masa iya aku nggak bisa cari penggantinya Ghea? Yang lebih baik, yang lebih cantik dan yang lebih segala-galanya dari Ghea mungkin banyak. Tapi kalau orang itu bukan Ghea ya aku nggak mau, orang aku maunya Ghea. Dia aja udah cukup, dia udah mencakupi semua yang aku perlukan. Singkatnya, Ghea itu istimewa makanya aku bersusah-susah payah mau memilikinya kembali, karena memang yah cuma dia yang aku butuhkan. Jadi, paham dong kenapa aku ngotot minta Ghea balik ke aku?

Ini bukan masalah harga diri, kalau itu masih Lhambang alasan Ghea ingin meminta putus denganku, aku masih nggak akan menerima itu dengan lapang dada. Maksudnya begini, aku tahu Lhambang itu orang macam apa. Tapi kalau aku beritahu Ghea tentang orang macam apa itu Lhambang, apakah Ghea akan terima? Tahu sendirilah kalian kalau Ghea lagi tergila-gila sekali dengan Lhambang, salahnya Lhambang saja mungkin akan menjadi benar bagi Ghea. Dan kalau aku mengatakan orang seperti apa Lhambang ini bisa jadi setelahnya malah aku yang kena batunya, aku yang akan dijauhi Ghea nantinya padahal sebenernya kata-kataku itu benar adanya.

“Aku lagi pengen minta Tuhan supaya bisa kasih jalan aku buat deket sama Lhambang, makanya ayok deh cepat berdiri, bayar terus kita cari tempat ibadah dulu.” Yaelah, cuy! Lambang lagi Lhambang lagi, pusing abdi.

*****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status