"Peran yang kau mainkan kali ini mempunyai adegan dewasa yang cukup panas? Benar?" Sebuah Pertanyaan mengejutkan dari Pembawa Acara tersebut yang sangat keluar jauh dari perkiraan Daniel.
Daniel tidak tahu harus menjawab dengan kalimat apa pertanyaan tersebut, jadi ia hanya mengangguk sambil melebarkan senyum 'ramah' miliknya. "Dan lawan mainmu adalah Ariana Smith yang seperti kita tahu memang seorang model Victoria Secret dan pernah terlibat sebuah skandal di masa lalunya. Bagaimana tanggapanmu mengenai hal ini? Karena kami dengar ini juga jadi isu yang hangat diperbincangkan di antara para fans." Daniel mengumpulkan sedikit senyumnya dan berusaha agar tampak serius ketika menjawab pertanyaan ini. Daniel sepertinya cukup paham, kemana alur pertanyaan ini. "Sama sekali tidak ada yang mengganggu soal fakta itu. Menurut saya, Ariana Smith adalah aktris yang baik. Seperti jawaban sebelumnya, menjadi aktris berarti mengeksplorasi berbagai sisi manusia. Tidak peduli kau merasa nyaman atau tidak dengan peranmu, tapi hal tersebut sudah menjadi kewajibanmu untuk dilakukan. Lagipula, adegan yang kami lakukan tidak sampai diharuskan untuk melepaskan pakaian kami. Jadi, tenang saja." Penonton di studio yang cukup besar itu bertepuk tangan pada kalimat Daniel. Wanita muda Sang Pembawa acara itu berdiri. Mengucapkan terima kasih dan mengajak Daniel yang juga ikut berdiri untuk bersalaman. Kemudian mempromosikan single Daniel sekali lagi dan sebagai tambahan yang tidak Daniel kira, ia juga meminta pemirsanya untuk mengajak menonton Film Unconditional Love. Dan setelah mengingatkan untuk tetap menyaksikan episode selanjutnya, wanita itu meminta audiensnya berdiri dan berkata, "Daniel Collins, Saudara saudara!" Daniel berdiri untuk menghormati standing ovation yang diberikan penonton di studio padanya. Untuk sementara, Daniel bisa melupakan soal peringkat sepuluh tangga lagu atau produksi album ketiganya yang tersendat. Setelah acara selesai, Daniel kembali ke ruang artis untuk membersihkan make up nya yang menurutnya terlalu tebal. Ketika Daniel menyapukan kapas yang telah dibasahi oleh miccelar water, Zidane datang dengan segelas espresso di tangannya. “Wawancara yang cukup sukses.” Puji Zidane pada Daniel. “Tapi aku melihat, tadi kau sempat kehillangan fokusmu. Atau bisa dikatakan, kau sedang melamun.” “Apa itu mempengaruhi penampilanku?” Tanya Daniel yang sangat mengkhawatirkan soal citra dirinya. “Sedikit. Tapi… apa yang sedang kau lamunkan. Apakah tentang album ketigamu?” Daniel terdiam cukup lama atas pertanyaan Zidane. Menandakan, jika pertanyaan yang diberikan Zidane adalah kebenaran yang sedang dipikirkan Daniel. “Menurutmu…” Daniel menggantung kalimatnya. “Menurutmu, jika aku membuat sebuah skandal, apakah akan menaikan popularitasku dalam bermusik?” Zidane cukup terkejut dengan ide gila dari Daniel. “Wow! Apa kau sedang ketakutan jika album ketigamu benar benar tersendat? Apa kau benar benar menyetujui perkataan Produser Konyol itu untuk menaikan album ketigamu?” “Aku tidak menyetujuinya. Hanya saja, sedikit memikirkannya.” Daniel mencoba mengelak dari kebenaran Zidane. “Kau tahu, bukan? Justru banyak hal konyol di dunia ini, yang lebih dinikmati oleh orang orang.” “Lalu apakah kau akan bertingkah konyol juga seperti mereka?” Zidane mencoba menyakinkan Daniel. “Jika iya, skandal seperti apa yang akan kau buat. Apakah kau siap, terjerumus pada hal yang murahan?” Daniel tertawa mendengar pertanyaan Zidane. “Aku hanya becanda Zidane. Ayolah! Jangan terlalu difikirkan.” Ekspresi Zidane menyiratkan kelegaan atas kalimat terakhir yang diucapkan Daniel. “Berberapa selebritis memang mendapatkan ketenarannya dengan sangat cepat. Tetapi, begitu pula dengan kejatuhannya. Mereka naik dengan cepat dan jatuh dalam waktu yang tidak lama. Menurutku, semua hal itu dikarenakan perbuatan mereka sendiri. Kekonyolan mereka lah yang menyebabkan mereka bernasib seperti. Jadi sangat disayangkan, jika kau akan mengambil hal yang sama.” “Wow! Ternyata kau pandai berceramah juga ya…” Ucap Daniel sambil merapikan rambut depannya. “Tetapi semua itu tergantung, jika skandal yang mereka buat benar benar berkelas, justru ketenaran dan kepopuleranlah yang akan mereka dapatkan. Sayangnya, rata rata mereka tidak demikian.” Terkadang Zidane tidak tahu, kemana arah pemikiran Daniel. “Sebenarnya aku masih ingin melanjutkan perdebatkan kita. Tetapi, Rafael Smith mengundang kita untuk perayaan selesainya film Unconditional Love. Jika kau tidak ingin jadi pusat perhatian Para Wartawan, sebaiknya kita berangkat sekarang.” “Baiklah. Aku juga tidak sabar ingin bertemu dengan Ariana Smith.” Balas Daniel atas ajakan Zidane. “Apa yang akan kau lakukan pada Nona Smith?” Tanya Zidane dengan nada khawatir. “Aku ingin membuat skandal dengannya.”Daniel menarik nafas panjang. Melihat ke arah Ariana yang sedang tertidur cukup pulas, membuatnya ingin ikut menyandarkan tubuhnya ke kursi mobil pula seperti yang Ariana lakukan. Daniel pun menempelkan punggungnya ke sandaran kursi mobil yang sedang dikendarai oleh Zidane.Daniel tidak menyangka jika posisi yang dia ambil saat ini benar benar membuatnya sangat nyaman. Daniel mencoba menutup matanya. Berharap hal itu dapat memberikannya ketenangan dalam amukan emosi yang menyala di dalam hatinya.Namun tiba tiba, Daniel merasakan ada sebuah benda yang cukup berat, menempel di pundaknya. Daniel segera membuka kedua matannya dan melihat bahwa itu adalah kepala Ariana. Yah, tanpa sadar Ariana menyandarkan kepalanya di pundak Daniel.Daniel ingin memindahkan kepala Ariana. Namun sedetik kemudian, Daniel mengurungkan niat itu. Dia malah mengamati Ariana dan membelai surai hitam dari gadis yang sedang tertidur tersebut.Daniel memanfaatkan kaca spion untuk melihat posisi mereka kali ini. Da
Ariana terkejut atas perlakuan Daniel yang menurutnya, ini terlalu manis. Hingga, sedikit menimbulkan kecurigaan pada pikiran Ariana sendiri. Apakah di dalam mobil ini ada kamera?Jika ada, dimana letak kameranya? Jika tidak, untuk apa Daniel memeluknya dan mencoba menenangkannya? Sedangkan tidak ada satu orang pun yang melihat sikap mereka kecuali Zidane.Jujur. Otak Ariana ingin terlepas dari pelukan Daniel. Tetapi jiwa dan tubuhnya enggan melakukannya. Pelukan Daniel terasa hangat dan menenangkan. Hal itu membuat Ariana ingin semakin mengeratkan pelukannya pada Pria itu.Tapi untungnya, logikanya masih berkerja! Ariana tidak mungkin melakukan hal konyol seperti itu meskipun dari dalam hatinya sangat ingin melakukannya.“Kenapa kau tidak cerita?” Daniel bertanya dengan nada yang lirih tapi cukup di dengar oleh Ariana.Ariana mendongak menatap wajah Daniel dengan ekspresi tidak mengerti. “Cerita tentang apa?”“Tentang Si Brengsek Addison.” Jawab Daniel seolah menahan amarahnya.Aria
Belum ada sepuluh langkah Ariana dan Helena menapakan kakinya di halaman luar studio, Para Wartawan langsung menyerbu mereka layaknya barang yang perlu diperebutkkan. Helena berteriak mengancam Para Wartawan yang mencoba mendekat ke Ariana, namun sayangnya, hal itu sama sekali tidak memberikan perubahan apapun.“Bagaimana perasaan Anda saat berada satu panggung dengan Tuan Addison?”“Apakah Tuan Collins tidak keberatan jika Anda berkerja dengan seseorang yang memiliki masa lalu dengan Anda?“Apakah Anda sengaja mengikuti acara ini untuk menemui Tuan Addison?”“Jika hubungan Anda dan Tuan Collins serius, seharusnya Anda menolak dipasangkan dengan Tuan Addison. Lalu mengapa Anda melakukan ini?”Pandangan Ariana mulai berkunang kunang karena mendengar berbagai pertanyaan yang cukup menyanyat hatinya. Di tambah lagi, jepretan flash kamera benar benar mengganggu indra penglihatannya. Beruntung, Helena memeluknya erat untuk menguatkannya.Sialnya! Ponsel Helena berdering! Mau tidak mau, Hel
Akhirnya, Daniel mengerti sekarang dari mana senyum sendu milik Ariana datang."Mungkin sedikit terlambat menanyakan ini.” Zidane memecah kebisuan mereka berdua. Sebab, Daniel langsung diam seribu bahasa setelah melihat video di situs porno itu. “Mungkin kau bertanya tanya mengapa aku terlihat sangat panik sejak pertama kali kau mencium Nona Smith. Apakah sekarang kau sudah mengerti alasannya?"Daniel menghela nafasnya. Lalu memasukan oksigen sebanyak banyaknya ke dalam diafragmanya sebelum memberikan jawaban pada Zidane. "Karena Aku mengundang masalah yang lebih besar dari yang apa yang aku bayangkan."Zidane menyunggingkan senyum serba tahunya yang biasanya akan membuat Daniel mengancam memotong gajinya. Meskipun Zidane tidak pernah merasa terancam karena ia tahu Daniel tidak akan cukup berani memtong gajinya. Tapi kali ini Zidane benar.“Baiklah!” Daniel mencoba untuk tersenyum. “Mungkin lain kali Aku akan meng-google soal seseorang yang akan kucium terlebih dahulu."Zidane tertaw
“Ketika Pelakor tidak tahu diri?" Daniel membaca salah satu judul artikel dengan nada yang cukup kaget.Di dalam artikel digital yang dibaca Daniel, terdapat gambar dimana seorang gadis yang sepertinya Ariana sedang terjebak dalam ciuman dengan seorang pria yang terlihat lebih dewasa dan besar, yang sangat mirip dengan Andrian Addison. Berlokasi di dinding salah satu bar murah di kawasan Canal Street. Sepertinya, Daniel pernah syuting di sekitar lokasi itu. Kelihatannya foto artikel ini diambil sekitar tiga belas tahun yang lalu, tapi tidak banyak yang berubah. Dalam foto tersebut, Keduanya terlihat tenggelam dalam ciuman yang sangat panas. Daniel mengabaikan rasa gerah yang tiba tiba menjalari tubuhnya. Ia berusaha fokus dan mencoba untuk tidak membayangkan dirinya melakukan hal yang sama pada Ariana.Dan Daniel tidak cemburu, tentu saja. Untuk apa ia cemburu pada kekasih lama Ariana? dia juga bukan kekasih Ariana? Kenapa harus cemburu? Daniel tidak cemburu. Dia hanya tidak suka j
Daniel tidak mengerti kenapa ekspresi Zidane langsung berubah seketika, saat dia mengucapkan kalimat yang terakhir. Apakah Zidane berpikir jika dia cemburu pada Andrian Addison? “Kenapa wajahmu langsung berubah seperti itu? Ayolah! Aku dan Ariana tidak benar benar serius dalam menjalin hubungan. Apa kau takut jika aku cemburu ketika mengetahui Addison adalah matan pacar Ariana?” Tanya Daniel dengan sangat percaya dirinya.Ya, meskipun Daniel cukup terkejut jika Ariana memiliki masa lalu dengan seseorang, apalagi seorang Andrian Addison. Tapi percayalah! Jika Daniel bukanlah tipe Pria yang pencemburu. Lagi pula, setiap manusia pasti memiliki masa lalu."Astaga!” Desah Zidane yang menanggapi perkataan Daniel yang menurutnya terlalu over percaya diri. “Apakah kau benar benar tidak pernah mendengar skandal ini?""Tidak." Jawab Daniel enteng. "Skandal apa?"Zidane mendesah pasrah begitu dramatis, lagi. Melihatnya seperti itu, Daniel ingin sekali melempar sepatu ke wajah Zidane. Menurutnya