"Kamu malam ini akan tidur di rumah Alin lagi, Mas?"
Afi menatap sendu wajah suaminya yang sedang melahap sarapannya."Iya, kasihan kalau dia malam tidurnya tak ada yang menemani. Hamil muda itu sangat rentan kondisinya, tak boleh stress. Takut berakibat buruk pada kandungannya. Tolong kamu mengalah sedikit."Afi hanya mampu menangis dalam batinnya mendengar penuturan suaminya. Mengalah? Bahkan sudah sering ia mengalah untuk Alin dengan dalih demi calon buah hati suaminya.Afi menyayangkan sikap suaminya yang tak adil dalam mengatur jadwal kebersamaanya dengan Alin. Bagaimanapun, ia masih mempunyai hak untuk dinafkahi secara batin. Bukan hanya lahirnya saja yang ia beri. Suaminya hanya akan pulang jika waktunya sarapan dan makan siang. Itupun hanya beberapa saat saja karena ia harus segera bekerja kembali. Jarak rumah Alin dan Afi yang berdekatan memudahkan Aldo untuk berpindah tempat sesuai kemauan nya.Sebenarnya Afi menolak Aldo menikahi Alin. Tapi Afi tak dapat menolak karena Aldo mengancam akan menceraikannya jika tak menuruti keinginannya menikah lagi.Afi sadar jika sudah lima tahun lamanya, ia juga belum dikaruniai seorang anak. Mau bagaimana lagi, anak merupakan anugerah yang Allah kehendaki. Jika ia sampai detik ini belum diberi momongan, apakah dia harus memarahi Sang Maha Pencipta? Afi pasrahkan semua pada yang Kuasa sehingga ia dengan rasa beratnya menyetujui pernikahan ini.Alin adalah karyawan yang bekerja di kantor Aldo. Kecantikan wajahnya serta kepiawaiannya dalam bersikap saat bekerja membuat hati Aldo tertarik untuk menjadikannya madu istrinya.Aldo lelaki normal yang akan sangat mengidam-idamkan lahirnya sang buah hati. Namun, selama lima tahun pernikahannya Afi tak kunjung hamil. Hal itu membuat Aldo kecewa dan memilih menikahi Alin.Bukan Aldo tak menyayangi Afi, bahkan ia sangat mengagumi kepandaian istrinya dalam hal memasak. Kekurangannya hanya satu, yaitu dia belum bisa memberikan keturunan untuknya.Aldo sempat menerima kekurangan istrinya, tapi ibunya selalu menanyakan kapan ia memberinya cucu. Hal ini membuat Aldo frustasi dan memilih menikahi Alin.Aldo memilih Alin karena dia bisa diajak kerjasama baik di kantor maupun di rumah. Alin menyanggupi syarat dari Aldo jika ia akan memberikan anak yang ia kandung jika sampai ia melahirkan Afi belum juga hamil.Tentunya tak semudah itu juga ia menyanggupi permintaan Aldo yang tidak manusiawi itu, Alin meminta dibelikan rumah di samping rumah istri lamanya agar ia mudah jika suatu saat membutuhkannya. Bahkan semua fasilitas kantor ia harus penuhi, dari mulai mobil baru, atm, dan jabatannya di kantor. Bagi Aldo itu adalah hal yang sangat mudah, karena ia adalah pemilik perusahaan properti terkemuka di kota nya.Alin akan berusaha berperilaku sebaik mungkin agar orang tua Aldo menyukainya begitu pula suaminya. Ia sama sekali tak bercita-cita menjadi istri kedua, tapi jika jodohnya begitu apa mau dikata. Lagi pun, Alin merasa dia sangat diuntungkan dengan pernikahan ini. Ia dapat dengan mudah menguasai cinta harta dan kasih sayang yang selama ini sangat sulit didapatkan.Alin hidup dari keluarga broken home yang selalu tak pernah damai. Hingga ia dewasa, kedua orang tuanya tidak ada yang mau mengasuhnya sehingga ia hidup dari kecil sampai sekarang dengan neneknya.Alin menjadi sosok yang manis ketika bersama orang yang ia sayangi, tapi ia akan berubah menjadi wanita jahat ketika kebahagiaan nya terancam.Aldo tidak tahu, kepiawaiannya dalam memainkan sandiwaranya menjerat setiap lelaki yang ia inginkan untuk mau memberikan apa yang ia inginkan.Alin benci sebuah penghianatan, bahkan ia rela masuk kedalam keluarga bahagia Afi dan Aldo hanya ingin melihat seberapa besar kekuatan cinta mereka. Nyatanya, hanya dengan mendekati kedua orang tua Aldo dan memoengaruhinya perlahan membuat semua rencananya dapat segera terwujud." Assalamualaikum, Yank, masih kerja?" Alin terbiasa memanggil Aldo dengan sebutan 'Yank' agar tak menyamai panggilan istri pertama nya."Iya, ada apa? Kamu membutuhkan sesuatu?" tanya Aldo cemas."Aku mau kamu bawakan aku makanan dari rumah Mbak Afi, aku mau sekarang. Bisa?" "Aku lagi sibuk, Dek. Nanti ya kalau jam makan siang. Aku langsung membawakannya untukmu.""Tapi aku mau sekarang, bukan nanti. Kalau tak mau memberinya sekarang, aku marah sama kamu nih.""Iya, nanti Mas coba telpon Afi untuk mau mengantarnya ke rumahmu. Sudah dulu ya, Mas sibuk. Assalamualaikum."Aldo memutuskan sambungan telepon nya dan kembali bekerja karena memang hari ini ia sangat sibuk.Alin tersenyum senang akhirnya ia sudah sedikit mendapatkan cinta dari Aldo. Bagi Alin, kehamilannya bisa menjadi senjata bagi Aldo dan mertua nya agar lebih memilih memperhatikannya dari pada Afi istri pertama suaminya.Istri pertama? Kedua? Baginya pertama dan kedua itu tak ada beda nya, karena yang penting ia menjadi prioritas pertama yang selalu terpenuhi keinginannya. Cukup sedikit saja drama yang ia ciptakan maka bisa dipastikan Aldo maupun Afi harus menyanggupi semua ucapannya.*****Afi yang sedang menyapu halaman mendadak di kagetkan dengan ponsel yang bergetar di sakunya. Ia merogohnya dan melihat nama yang tertera disana. Ternyata suami yang baru saja berangkat bekerja sejam yang lalu menelponnya. Afi sempat tersenyum karena Aldo secepat itu menghubunginya. [Hallo, assalamualaikum Mas. Apa Mas secepat itu rindu padaku sehingga baru saja pergi satu jam yang lalu sudah menelponku.][W*'alaikum salam, Fi. Mas sekarang lagi sibuk banget, bisa Mas minta tolong padamu untuk berkenan mengantarkan sarapan untuk Alin? Kasihan dia belum makan, katanya lagi kepingin makanan buatanmu]Pertanyaan macam apa ini? Bahkan suaminya tak pernah semanis ini padannya. Apakah ia sengaja ingin membuat Afi dan Alin akur? Afi tetaplah Afi, yang belum bisa menerima pernikahan Aldo dan Alin sepenuhnya. [Mas, kenapa kau menyuruhku? Mas tidak memikirkan perasaanku? Bagaimana hati ini bisa setegar itu, sehingga dapat aku mengantarkan makanan kepada istri mudamu itu.][Tolonglah Afi, kamu tahu kan kalau orang ngidam harus dipenuhi. Nanti anaknya ileran kamu mau? Sudah cepat kamu antar makanan ke rumah Alin. Jangan biarkan dia menunggu lama, kasihan.]Drama Alin memang kadang membuat Afi muak. Ia harus disuruh selalu mengalah untuk dirinya. Afi harus berpikir bagaimana ia bisa keluar dari permasalahan yang sangat runyam ini. Jika ia bisa mencari kebahagiaan sendiri, kenapa tidak? Afi bertekad mencari kerja atau bahkan ia akan mengirimkan beberapa lamaran pekerjaan di berbagai perusahan agar ia dapat berdiri sendiri tanpa bantuan dari Aldo yang selalu menzoliminya.Afi menata makanan sarapan di rantang untuk dikirim ke Alin. Ia bahkan harus bermain cantik ketika istri kedua suaminya itu sudah kelewat batas. Tunggu saja, pembalasan itu nyata adanya.Rendra mencium perut besar Afi, sekarang usia kandungannya memasuki sembilan bulan."Kamu pasti lelah bnget ya, Fi! Ibu jadi ikut merasakan kehamilan kamu. Kamu harus berhati-hati, usia kehamilan sudah tinggal menunggu hari. Kalau ada sedikit rasa tak nyaman, bilang sama Rendra. Biar dia siap siaga membawa ke rumah sakit," ucap Bunda khawatir melihat perut Afi yang terlihat begah."Nggak usah Bunda bilang, Rendra selalu siap siaga 24 jam. Cuma Afi yang dibilangin suka ngeyel mau ngelakuin pekerjaan rumah, besok kita cek up ke dokter lagi. Biar tahu kondisimu setiap hari," ucap Rendra tegas."Nissa kan ada, ngapain ke dokter," sanggah Afi."Ya Mungkin Kak Rendra mau cari dokter ahli yang lain, dia nggak yakin kayaknya sama keahlian adiknya ini," sahut Nissa yang baru datang dari luar bersama Vino.Ditatapnya aneh lelaki yang bersama Nissa, membuat Vino merasa canggung."Nis, udah acara pestanya?" tanya Afi."Nggak jadi, udah nggak mood pergi ke sana. Vin, lo pulang aja gih! Kakak gue s
Sejak kehamilannya, Rendra menjadi sedikit cerewet. Afi yang hanya ingin sekedar membantu Bunda nilam memasak, ia pun melarangnya. "Bang, Afi bosan! Boleh ya, ikut Bunda bikin cake! Pengen buat yang spesial buat Abang!" ucap Afi merengek pada Rendra yang sedang sibuk memeriksa berkasnya di ruang keluarga. Biasanya ia akan bekerja di ruang kerja khusus miliknya. Namun sekarang ia menjadi overprotektif dengan Afi mengingat istrinya sedang mengandung dua buah hati sekaligus."Nggak usah bikin cake spesial. Kamu aja udah spesial untuk Abang, sini! Duduk dekat Abang," ucap Rendra sambil menepuk sofa di sebelahnya.Afi melengos dan memilih mengalah dan duduk di samping suaminya."Abang ini, nggak di mana-mana fokus kerja terus! Begitu dibilang sayang! Huft!" Afi kesal karena dari tadi suaminya tak melihatnya dan masih sibuk dengan laptop dan kertas yang ada di depannya. Rendra melirik Afi yang membuang mukanya jengkel, dan Rendra memilih menyingkirkan semua pekerjaannya dan mencium pipi is
Afi menatap Rendra dengan binar bahagia, begitu juga Rendra. Afi diperiksa dokter Elsa lewat monitoring USG di perutnya. Tampak jelas di sana gumpalan yang masih sangat kecil."Wah, janinnya ada dua. Kemungkinan kembar, Bu!" Rendra yang di samping Afi mendampingi dan melihat gambar anaknya tersenyum bahagia. Dia mencium kening Afi tanpa malu di depan dokter Elsa."Bang!" Afi melirik Dokter Elsa yang tampak senang dengan perlakuan Rendra padanya yang sangat manis.Setelah USG kelihatan, dokter menganalisis umur dan juga jadwal persalinan untuk Afi."Kandungan Bu Nafisah memasuki minggu ke enam. Dan kondisi kehamilan sangat rentan untuk banyak beraktivitas berat. Sebaiknya, Ibu istirahat dan mengurangi aktivitas agar tak terlalu lelah. Apa Ibu mengalami gejala ngidam?" tanya Dokter Elsa."Nggak Dok, sepertinya suami saya yang nyidam. Dia kalau pagi suka pusing, dan sekarang lebih menyukai di dekat saya. Seperti ini!" Afi menunjuk suaminya, dan Rendra mendelik kesal."Hahaha, kalian lu
"Fi, Abang lapar! Kita cari makanan yuk!" ucap Rendra saat sedang berbaring di kasur dengan Afi."Malam-malam pengen makan? Abang nggak salah? Apa Afi masak lagi aja di dapur?" Afi memandang jam di dinding, padahal sekarang pukul sepuluh malam. Tetapi suaminya ingin makan di luar. "Nggak usah masak, Abang pengennya makan di luar bareng kamu." Pernikahan Afi dan Rendra sudah berjalan hampir lima bulan, dan akhir-akhir ini Rendra memang kelihatan aneh. Dia yang biasanya dingin, berubah sangat manja dan suka sekali mencium rambut Afi yang baru saja keramas."Besok saja ya, Bang!" bujuk Afi.Dengan wajah kecewanya, Rendra menekuk wajahnya dan berbalik memunggungi Afi. Afi yang melihat tingkah lucu suaminya, mencubit pipinya pelan."Abang kayak wanita lagi datang bulan, suka ngambek. Dan keinginan Abang yang aneh seperti wanita ngidam. Apa mungkin Abang ngidam?" ucap Afi terkikik geli.Rendra kembali berbalik badan menghadap Afi. "Kamu terakhir datang bulan kapan?" tanya Rendra serius.
Pipi Afi merona karena malu, ia menghabiskan malam ini dengan pesta dansa yang amat membuat malam begitu indah."Dan kamu, harus membayar mahal nanti malam dengan ku, Sayang!" Rendra membisikan kalimat yang membuat Afi begitu merinding. Rendra, lelaki normal yang sedang di mabuk asmara. Gelora cintanya pada Afi, membuat ia semangat sekali untuk menggoda Afi dan membuatnya salah tingkah.Afi kaget ketika melihat Nissa dan juga Yuna dengan seorang lelaki dan mereka juga ikut berdansa. "Mereka memaksa minta ikut, katanya ingin menikmati suasana Bali yang indah. Namun, jangan khawatir. Mereka tak akan menginap di resort ini, mereka akan menginap di hotel keluarga Dirgantara. Jadi, kita nggak ada yang bisa ganggu!" goda Rendra membuat pipi Afi kembali bersemu merah. Ternyata ia tahu, jika dirinya kaget melihat kehadiran Nissa dan Yuna.*Malam ini, dansa dan pesta kembang api digelar. Di luar resort, semua tamu menikmati indahnya bintang dan juga kembang api yang meriah. Banyak kekaguman
Malam ini Rendra mengajak Afi berbulan madu ke Bali. Rendra menutup mata istrinya dengan kain penutup agar ia sukses dalam memberikan kejutan. Afi dan Rendra sampai di Bali, tepatnya resort Stary angel milik istrinya."Apa sih, Bang? Afi penasaran banget!"Rendra mengajak Afi berjalan dan berhenti tepat di depan Resort. Semua orang yang diperintahkan Rendra sudah siap dengan tugas masing-masing. Mereka sampai di resort malam hari, membuat suasana begitu sangat romantis.Rendra memberikan aba-aba pada semua orang dan ia membuka penutup mata Afi perlahan."Sudah boleh buka mata?" tanya Afi. "Sudah! Dan lihatlah, Sayang!" Afi membuka matanya dan terkejut dengan surprise yang di buat suaminya. Karpet permadani merah dan juga bunga mawar putih kesukaannya, berjejer rapi di setiap pinggir jalan menuju pintu masuk resort. Beberapa orang yang tampak berseragam melebarkan senyum dan menunduk hormat."Suka?" tanya Rendra."Suka banget! Makasih, Bang!" jawab Afi tersenyum riang."Ini belum seb