Share

Merpati Putih

Memasang sabuk pengaman, berusaha senyaman mungkin berada diantara dua lelaki berbeda generasi yang begitu perhatian itu. Aku tidak mau terbawa perasaan, apalagi sampai berpikir yang macam-macam tentang Dokter Ibrahim.

“Mau sarapan apa, Nay?”

“Bubur ayam aja, Dil.”

“Siap, bos.”

“Ngomong-ngomong, Dokter Ibrahim nggak kerja? Kok ikut pulang?” tanyaku merasa sedikit aneh karena sudah jam tujuh pagi tadi dokter bertubuh tegap itu malah ikut kami pulang.

“Ini kan hari Sabtu, Kanaya. Saya dapat jatah libur walaupun tetap harus standby jika suatu waktu ada telepon darurat.” Dia menoleh menatapku sekilas.

Aku hanya ber oh ria menanggapinya, sebab jujur merasa sedikit terganggu ada Dokter Ibrahim diantara kita.

Dilan menepikan mobil di dekat penjual bubur ayam yang ada di taman kota, membukakan pintu untukku seperti biasa lalu kami berjalan bersisian menuju penjual makanan tersebut.

“Tiga, Pakde! Nggak pake kacang semua.” Dokter Ibrahim memesan tiga mangkuk bubur lalu menarik kursi dan memper
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status