Share

Aku Minta Diceraikan, Dia Malah Mewek-mewek
Aku Minta Diceraikan, Dia Malah Mewek-mewek
Author: Celine

Bab 1

Author: Celine
Saat memotong kue tar, Zelda Hilmawan, adik kelasku yang satu jurusan denganku memberikan potongan kue pertama pada Ardi Wijaya yang datang tergesa-gesa.

Bagaikan orang asing yang sama sekali tidak saling kenal, Ardi sama sekali tidak memperhatikan kehadiranku. Padahal aku ini Raisa Larasati, istrinya yang setiap malam tidur seranjang dengannya.

Tiba-tiba suasana menjadi sedikit riuh, kemudian ada orang yang berseru dengan nada setengah bercanda, "Wah, Zelda, apa ini tandanya kamu mau umumin hubunganmu?"

Gadis dengan rambut tersanggul itu tampak tersipu malu memandang pria di sampingnya. Dengan terbata-bata, dia berkata, "Kak Ardi jauh-jauh datang kemari, pasti capek 'kan?"

Suara gadis itu terdengar begitu lembut, ditambah lesung pipi yang menghias di pipinya, tak heran kalau orang-orang menyayanginya.

Ucapan gadis itu memang tidak salah, jarak waktu perjalanan dari Mogowa ke Fakultas Kedokteran hampir satu setengah jam. Kali ini pun, penampilan Ardi tampak begitu formal. Dia mengenakan setelan jas kemeja dipadu dengan dasi panjang. Bahkan dasi itu pun dia posisikan dengan begitu rapi. Tampaknya Ardi sudah menghabiskan banyak waktu untuk penampilannya ini.

Padahal dua jam yang lalu, Ardi masih berada di ruang bedah.

Berlagak seperti kesatria sejati, Ardi menerima potongan kue itu. Dari gerakan tangan sampai caranya berdiri pun tampak begitu agung. Cahaya lampu di atas kepalanya semakin memancarkan pesona di wajahnya. Matanya yang biasanya tampak tegas dan tajam, kini diwarnai dengan sedikit kelembutan.

"Omong-omong, aku memang sudah lapar."

Suara Ardi terdengar sangat rendah. Saat dia berbicara, pandangan matanya tertuju pada Zelda. Nada suara Ardi terdengar begitu hangat.

Ardi yang sekarang, berbeda sekali dengan Ardi yang biasanya selalu serius dan tidak pernah bercanda.

Telinga gadis itu pun terlihat memerah, dia berbisik, "Kak Ardi, semuanya sedang melihat kita, nih."

Ardi sedikit mendongak, pandangannya menyapu wajah semua orang yang menonton di sana, kemudian berhenti di wajahku. Kemudian, dia berkata dengan tenang, "Dia tampak asing."

Jemariku sedikit mengepal. Aku berpikir, padahal kami sudah menikah tiga tahun, tapi akting Ardi masih saja sebagus dulu.

Benar juga sih, sejak awal kami berdua hanya kawin kontrak. Bahkan buku nikah kami pun diurus oleh sopir Keluarga Wijaya. Ini adalah sebuah pernikahan kontrak yang nyata tapi semu. Terhadap orang luar, dia tidak ingin mengakui statusku. Sudi tak sudi, aku tetap harus menerimanya.

Aku pun meladeni aktingnya dan menjawab perkataannya tadi, "Bulan lalu, kita bertemu di perayaan hari jadi kampus."

Waktu itu Zelda juga di sana. Kepala jurusan menugaskan Zelda dan beberapa adik kelas yang lain sebagai penyambut tamu. Mereka bertugas menyambut para senior berprestasi seperti Ardi.

Setelah dipikir-pikir, kurasa Zelda dan Ardi berkenalan pada saat itu.

Kalau dihitung-hitung, mereka baru kenal selama sebulan.

Ardi tidak tertarik dengan jawabanku sama sekali, dia tidak melanjutkan ucapannya, bagaikan orang yang sudah tidak mengingatku saja.

Melihat situasi ini, Zelda buru-buru mencairkan suasana. "Kak Ardi belum tahu, 'kan? Kak Raisa itu primadona kampus yang terkenal. Dia diterima masuk ke kampus kami lewat jalur khusus karena prestasinya yang gemilang. Dia sangat hebat."

Begitu mendengar "diterima lewat jalur khusus", hatiku terasa kecut.

Delapan tahun yang lalu, hanya karena ucapan Ardi, aku tanpa berpikir panjang langsung memilih jurusan kedokteran yang sama dengan Ardi.

Delapan tahun berlalu, kami malah menjadi orang asing yang paling familier satu sama lain.

Terdengar suara batuk ringan, Ardi dengan santai bertanya, "Apa dia sehebat Kak Ardi-mu?"

Dia memberi penekanan pada "Kak Ardi-mu".

Walaupun kata-kata itu tidak kasar, tetapi kesombongannya itu terasa begitu menusuk telinga.

Dia memang pantas berkata seperti itu. Persaingan di Mogowa begitu ketat, dengan bakat belajarnya yang luar biasa, dia sudah berhasil menjadi orang nomor dua di Departemen Bedah Saraf di usia yang begitu muda. Dia adalah panutan para adik kelas di Fakultas Kedokteran.

Mahasiswa biasa sepertiku yang belajar mengandalkan ketekunan ini memang tidak sebanding dengannya.

Zelda juga memahami hal ini dengan jelas. Matanya yang selincah kancil itu melirik ke arahku lalu melirik ke arah Ardi lagi. Dia lalu berkata dengan hati-hati, "Kak Ardi, apa aku ada salah omong ...."

Sebelum selesai bicara, pria itu sudah mengangkat jari telunjuknya dan mencolek topi ulang tahun gadis itu dengan pelan.

Terlihat jelas betapa pria itu menyayangi Zelda.

Sorak-sorai kembali bergema, suasana di ruangan itu pun menjadi riuh. Namun, hatiku malah seolah tenggelam perlahan ke dasar lautan.

Aku baru sadar, pria yang sudah kukejar selama delapan tahun ini, suamiku ini ... ternyata memiliki sisi humoris seperti ini.

Dia ingat bahwa ini adalah hari ulang tahun Zelda. Pria itu bahkan sampai rela menerjang hujan demi hadir di sini. Namun, dia sama sekali tidak ingat, ini juga hari ulang tahun istrinya, hari ulang tahunku.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Robiatul Jamilah
cerita yang menarik
goodnovel comment avatar
nengvii31
mampir ka thor, mangat...
goodnovel comment avatar
Esni Ndai
berprestasi tp bodoh Raisa ini
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Aku Minta Diceraikan, Dia Malah Mewek-mewek   Bab 862

    Apa sesuatu terjadi pada Hasan?Jantungku berdetak kencang. Aku tidak memedulikan yang lain, langsung buru-buru mengejar langkah Rena, lalu bertanya dengan cemas, "Ada apa dengan Ayah? Apa yang terjadi padanya?""Dia didorong jatuh dari tangga hingga terluka!" Rena menggenggam erat ponselnya. Jari-jarinya yang terawat dengan indah menekan tombol lift dengan panik, sementara wajahnya terlihat sedikit gelisah. Dia menoleh untuk memarahiku, "Ini semua salahmu, Raisa. Kamu mencelakai ayahku lagi! Dia sudah tertidur selama dua tahun penuh, hingga akhirnya bisa tersadar. Dia bahkan belum lama pulih, tapi sudah celaka karenamu lagi!"Mata Rena memerah, lalu dia melontarkan kalimat ancaman, "Kalau sesuatu terjadi pada Ayah kali ini, aku tidak akan pernah memaafkanmu seumur hidupku!"Aku tidak punya waktu untuk memikirkan bagaimana Rena memarahi atau mengancamku. Jariku segera menekan tombol lift.Ketika pintu lift terbuka, aku bergegas masuk terlebih dulu, bahkan lebih cemas dari Rena.Ardi me

  • Aku Minta Diceraikan, Dia Malah Mewek-mewek   Bab 861

    "Dia juga bertindak impulsif karena mengkhawatirkan Ibu. Lagi pula, dia masih muda dan tidak mengerti banyak hal, itulah sebabnya dia menyerangku. Kamu sudah menendangnya sekali, dia sudah tahu kalau dia salah. Jangan menyerangnya lagi," ujarku.Sebenarnya, aku tidak hanya mempertimbangkan kebaikan Rena, tetapi juga mempertimbangkan kebaikan Ardi.Jika sampai terjadi sesuatu pada Rena karena Ardi memukulinya, gadis itu pasti tidak akan diam saja.Ardi mengikutiku berjalan menuju pintu. Rena tampak sudah bangkit dari lantai. Satu tangannya menyangga kusen pintu, sementara tangan lainnya memegangi perutnya. Wajahnya tampak pucat pasi, tetapi amarahnya masih sama seperti tadi. "Raisa, kenapa kamu harus mengusik Keluarga Tanadi?""Karena Tommy sudah membunuh orang tua kandungku. Aku menyaksikan seluruh prosesnya secara langsung. Aku harus membalaskan dendam orang tuaku." Aku menghadapinya dengan nada tenang.Namun, Rena menatapku dengan tajam sambil menggertakkan gigi. "Kamu ingin membalas

  • Aku Minta Diceraikan, Dia Malah Mewek-mewek   Bab 860

    Tamparan ini datang tiba-tiba, juga sangat keras hingga membuatku langsung tertegun. Aku berdiri terpaku di tempat untuk beberapa saat, baru akhirnya menyadari bahwa yang berdiri di depanku sama sekali bukan Bibi Siti.Sebaliknya, itu adalah Rena yang baru-baru ini sudah meninggalkan Nowa menuju Ossrila.Dia menatapku dengan penuh amarah. Sepasang matanya memerah dan bengkak, jelas bahwa dia baru menangis.Setelah menamparku, Rena sepertinya masih belum puas. Dia kembali mengulurkan tangan untuk menarik kerahku, bertanya padaku dengan penuh amarah, "Semuanya baik-baik saja, tapi kenapa kamu malah mengusik Keluarga Tanadi? Keluarga kita sudah dalam keadaan seperti ini, bertahan hidup saja sudah cukup sulit. Kenapa kamu malah mengusik Keluarga Tanadi? Apa kamu tidak tahu Tommy itu berbahaya? Dia bisa membunuh kita semudah dia bernapas!"Rena sangat emosional hingga dia menggunakan kekuatan yang luar biasa besar. Aku ingin melepaskan tangannya, tetapi sama sekali tidak berhasil. Sebalikny

  • Aku Minta Diceraikan, Dia Malah Mewek-mewek   Bab 859

    Pembunuh itu memang memanfaatkan celah ini untuk menyerang Nyonya Lina.Telapak tanganku menempel di pipi Ardi untuk menangkup wajahnya. Aku mendekat, lalu berinisiatif mencium bibirnya. "Sayang, terima kasih."Ardi sudah melakukan semuanya dengan sangat baik. Aku tidak ingin mengkritiknya, hanya bisa berterima kasih padanya.Ciuman ini adalah rasa terima kasihku untuknya.Namun, aku segera menyesalinya.Karena ciuman ini awalnya adalah ciuman ringan yang singkat. Namun, begitu bibirku menempel pada bibir Ardi, pria itu langsung mengambil kendali.Pelukannya juga menjadi makin erat. Dia menciumku hingga aku hampir tidak bisa bernapas. Aku hanya bisa memukul bahunya dengan kepalan tanganku, baru akhirnya dia berhenti.Di bawah lampu mobil, wajah Ardi menampilkan semburat merah yang tidak wajar. Napasnya masih agak cepat, tetapi sepasang matanya sangat tegas. "Sayang, kamu tenang saja. Kesalahan seperti ini tidak akan aku ulangi lagi. Aku pasti akan melindungimu, juga melindungi orang-or

  • Aku Minta Diceraikan, Dia Malah Mewek-mewek   Bab 858

    Aku benar-benar tercengang.Ketika aku membuka pintu ruang jaga, Ardi terus memelukku dengan erat. Hari itu dia bahkan ingin tinggal di ruang jaga untuk menemaniku, bersikeras tidak ingin pergi.Aku yang mempertimbangkan dampak buruknya berulang kali mendesaknya, baru akhirnya dia bersedia pergi.Aku masih mengira Ardi hanya sedang merindukanku, ingin bersama denganku. Aku tidak menyangka ternyata dia sudah mengetahui semua kejadiannya. Dia ingin tinggal di sisiku untuk melindungiku.Pantas saja dia selalu sangat lengket padaku setelah itu. Dia juga selalu sangat memperhatikan keberadaanku. Bahkan ketika aku hanya pergi ke ruang perawatan Talia sebentar saja, dia sudah sangat tegang dan khawatir.Ternyata sejak awal Ardi sudah menduga bahwa aku akan menjadi target pembunuhan oleh Tommy. Tingkah Ardi yang tampak seperti sangat lengket padaku ini sebenarnya adalah upayanya untuk melindungiku.Dia melindungiku, tetapi tidak memberitahuku. Kenapa?Setelah keluar dari kantor polisi, aku mel

  • Aku Minta Diceraikan, Dia Malah Mewek-mewek   Bab 857

    Aku hanya bisa meminta bantuan Ardi, berharap dia bisa membantuku melindungi keluarga dan temanku. Keluarga Wijaya memiliki kemampuan ini.Ardi langsung mengangguk menyetujui. "Raisa, kamu tenang saja. Aku sudah mengaturnya. Aku berjanji padamu kalau hal seperti ini tidak akan terjadi lagi."Aku juga tidak sanggup lagi menanggung hasil seperti ini.Nyonya Lina hingga saat ini masih tidak sadarkan diri di tempat tidur rumah sakit.Ardi menemaniku memberikan keterangan. Yang menangani kasus ini adalah Pak Sandy. Setelah selesai memberikan keterangan, dia menanyakan satu pertanyaan, "Nona Raisa, apakah kamu masih ingat bakpao daging dalam kasus sebelumnya? Di dalamnya mengandung racun kalium sianida yang mematikan.""Aku ingat!" Aku langsung bersemangat, segera mengangguk.Sepasang mataku menatap tajam Pak Sandy, sementara aku mendesak dengan penuh semangat, "Pak Sandy, apakah sudah ada kesimpulan mengenai kasus ini?"Tentu saja aku mengingat bakpao daging waktu itu. Jika aku tidak marah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status