Tanganku yang memegang pada gagang pintu pun terhenti.Aku terkejut dengan pemandangan di depanku dan keluhan Ardi dengan suara pelan itu. Aku tertegun dan tak bisa tersadar untuk waktu yang lama.Aku terlalu tergesa-gesa tadi, sampai menduga Ardi sedang berbuat jahat pada ayahku. Akan tetapi, ketika aku membuka pintu, aku melihat Ardi sedang menyeka bibir ayahku dengan kapas basah.Gerakannya sangat halus dan lembut, tanpa niat jahat yang kubayangkan tadi.Pada saat ini, gerakannya terhenti oleh suara pintu yang kubuka. Ardi menoleh ke arahku, kami berdua pun saling bertatapan saat aku membuka pintu bangsal sepenuhnya.Ada sedikit rasa terkejut di wajah tampannya, tetapi kelembutan di tatapan matanya belum hilang.Aku akhirnya menyadari kalau aku telah salah paham terhadap Ardi. Dia bukan datang mencari ayahku untuk membuat masalah.Dia benar-benar datang kemari hanya untuk melampiaskan kekesalannya.Dia datang mengadu pada ayahku, menuduhku sudah tidak patuh dan selalu membuatnya mar
"Terima kasih." Aku menatap wajah Rian yang lembut dan hanya bisa mengatakan terima kasih dengan pelan.Baik keluhan maupun kesedihan, aku menelan semuanya.Aku memilih untuk menyetujui perjanjian pranikah dengan Ardi, jadi apa pun hasilnya nanti, itulah hasil yang harus kutanggung.Untungnya, semuanya sudah berakhir.Senang rasanya sudah berakhir.Setelah meninggalkan restoran pribadi bersama Rian, dia menyarankan padaku, "Apakah kamu ingin pergi ke bioskop?"Aku menggelengkan kepala.Aku mengerti kalau dia ingin aku bersantai dan mengalihkan perhatianku, tetapi aku benar-benar tidak tertarik untuk pergi ke bioskop sekarang. "Aku agak mengantuk."Aku kurang istirahat selama beberapa waktu ini, sekarang aku sudah kenyang dan sangat ingin tidur.Rian mengangguk. "Baiklah, kalau begitu aku akan mengantarmu pulang."Namun, ketika aku benar-benar memasuki Armand, langkahku terhenti lagi.Aku tidak tahu apakah ibu mertuaku sudah pergi atau belum, aku juga tidak tahu apakah Ardi sudah dipang
Rian berdiri di sampingku. Tadi, dia masih bersikap tegas di depan Ardi, tetapi sekarang dia tampak bingung. "Maaf, Dokter Raisa, seharusnya aku tidak menyarankan itu tadi …. Aduh, seharusnya aku mengunci pintu kamar VIP terlebih dahulu, agar Ardi dan yang lainnya tidak masuk dan membuatmu tidak senang.""Kamu tidak salah, jangan bilang begitu." Aku nyaris tak mampu menahan gejolak emosi yang menekan dadaku. Aku menatapnya dan memaksakan senyumanku untuk menghiburnya.Kalau aku ingin menyalahkan seseorang, aku hanya bisa menyalahkan diriku sendiri karena tidak berguna. Aku jelas terbiasa dengan hubungan Ardi dan Zelda yang mesra di depanku, aku juga sudah terbiasa dengan tuntutan Ardi yang tidak masuk akal padaku. Akan tetapi, ketika menghadapi kedua orang ini, aku masih belum bisa mengendalikan emosiku."Apakah tindakanku barusan sudah membuatmu tidak nyaman? Maaf, aku juga merasa sikapku tadi terlalu tiba-tiba. Tapi, saat aku melihat Ardi memperlakukanmu seperti itu, aku merasa sanga
Zelda tiba-tiba bereaksi saat ini, dia buru-buru melepaskan tangannya yang sedang memeluk lengan Ardi. Wajah mungilnya memerah dan dia melambaikan tangannya dengan malu-malu untuk menyangkal. "Tidak, tidak, aku tidak berpacaran dengan Kak Ardi. Kami, kami kemari hanya untuk mencari sarung tanganku yang tertinggal di sini malam itu. Kami tidak, tidak …."Terlalu banyak hal lucu hari ini.Jelas kami hanya makan bersama sebagai sepasang teman, tetapi Ardi menuduh kalau kami berpacaran dan sedang berkencan.Rian yang sebenarnya teman baikku, memegang tanganku dan berpura-pura menjadi pasanganku. Akan tetapi, kekasih sejati yang sudah tidur dengan Ardi berkali-kali, malah dengan putus asa menyangkal hubungan mereka.Aku tidak mengerti. Hubungan Zelda dan Ardi sudah sampai pada titik ini, kenapa mereka masih tidak mau mengakui hubungan mereka yang sudah mendalam?"Zelda." Ardi berbicara saat ini. Dia menyela kata-kata Zelda dengan suaranya yang berat, tatapan matanya melirik pada tanganku da
Reaksi Rian di luar dugaanku.Pertanyaan Ardi tadi sangat agresif. Awalnya aku mengira Rian akan sama bingungnya denganku, kukira dia akan menjelaskan pada Ardi kalau kami hanya teman makan bersama, bukan sedang berkencan.Namun, aku tidak menyangka kalau Rian tidak menjelaskan apa-apa. Dia tidak hanya menerima kecurigaan Ardi, tetapi juga bertanya balik pada Ardi, "Apakah Ardi keberatan dengan hal ini?"Meskipun cuaca di luar sangat cerah, angin masih berembus kencang. Angin dingin masuk ke dalam ruang VIP melalui pintu yang masih terbuka. Aku masih merasa kedinginan, meskipun sudah mengenakan jaket Rian.Di tengah udara yang dingin ini, aku dapat merasakan suasana tegang dengan jelas.Rian berada di depanku untuk melindungiku, dia menatap Ardi tanpa bersuara. Sosoknya berubah dari pria yang lembut dan hangat, menjadi tegas dan siap menyerang balik.Wajah Ardi berubah muram. Sekarang dia makin dekat, aku sampai bisa melihat tatapan matanya di balik kacamata berbingkai peraknya. Tatapa
Namun saat ini, aku melihat sosok yang tidak asing melalui jendela.Lebih tepatnya, ada dua sosok.Ada seorang pria yang bertubuh tinggi dan tegap. Dia mengenakan jaket hitam tebal, yang membuat tubuhnya terlihat makin tegak. Wajahnya tampak dingin dan acuh tak acuh, dia tampak sangat mencolok di tengah halaman restoran pribadi ini. Yang lebih mencolok lagi, ada sosok gadis kecil berpakaian merah muda di sebelahnya. Gadis kecil itu mengenakan pakaian bermerek dan membawa tas berbulu yang imut. Sang gadis memeluk pada lengan si pria, separuh tubuh gadis itu bersandar pada pria tersebut. Sang gadis menatap pada pria sambil mengatakan sesuatu.Wajah gadis itu sangat indah dan dia tersenyum sangat manis.Mereka adalah Ardi dan Zelda.Sinar matahari sekarang terlihat sangat pas. Matahari memancarkan cahaya yang lembut ke arah mereka, persis seperti protagonis pria dan wanita dalam serial TV. Mereka terlihat sangat romantis dan serasi.Aku hanya menatap mereka, merasa seperti sedang menonton