Masuk"Semua sudah sampai pada tahap ini, kenapa Pak Ardi masih harus menyembunyikannya? Apa gunanya begitu banyak kebohongan palsu di antara kita? Kamu jujur saja, jadi aku masih bisa menghormatimu sebagai pria sejati yang berani bertanggung jawab atas perbuatannya," kataku dengan tegas.Aku bahkan sedikit meremehkannya. Semuanya sudah sampai di tahap ini, kenapa dia masih ingin menyembunyikan dariku?"Apa yang aku sembunyikan? Raisa, apakah kamu salah paham? Seumur hidupku, sejak awal sampai sekarang, hanya ada kamu satu-satunya. Hatiku, termasuk tubuhku, semuanya adalah milikmu. Bagaimana bisa ada posisi untuk orang lain?" Ardi menunjukkan senyuman yang sedikit manja juga sedikit tak berdaya.Aktingnya begitu meyakinkan.Sebelumnya, aku sudah dibohongi oleh akting hebatnya ini.Namun, sekarang aku tidak akan bisa dibodohi lagi.Tiba-tiba, aku menarik kerah Ardi dengan keras.Aku membuka jaket besarnya, menarik kerah kemeja hitam di dalam jas abu-abunya, lalu membuka kancing kemejanya deng
Alasan yang sangat buruk.Kemarin sore dia menerima telepon dari ayah mertuaku di hadapanku, lalu pergi dengan tergesa-gesa, tidak pernah muncul lagi.Telepon ayah mertuaku ini malah menjadi alasannya.Hatiku menjadi makin marah. Kata-kata yang keluar dari mulutku dipenuhi tawa dingin, "Sebenarnya kamu sama sekali tidak perlu mencari alasan. Aku juga sama sekali tidak peduli kamu pergi ke mana atau bersama siapa.""Raisa, ini bukan alasan. Ini benar ...." Ardi menjadi makin cemas. Dia ingin menahanku, sementara nadanya makin mendesak untuk menjelaskan."Ardi, lebih baik kita bercerai saja. Permohonan cerai terakhir sudah dibatalkan, jadi besok aku akan mengajukan yang baru. Sebulan lagi, tidak peduli apa pun yang terjadi, kamu harus pergi denganku untuk mengurus surat cerai." Aku tidak ingin mendengar omong kosongnya lagi.Aku memotongnya sekali lagi, langsung mengeluarkan semua kata-kata yang ingin aku katakan sekaligus.Pada saat ini, suasana di tempat parkir bawah tanah tiba-tiba be
Ardi menarik tanganku dengan gerakan yang sangat alami. Dia duduk di tepi meja, menggunakan sendok untuk mengambil sepotong daging ikan, lalu menyuapkannya ke mulutku. "Cobalah, ini tidak ada durinya.""Aku tidak ...." Aku ingin mengatakan kalau aku tidak akan memakannya.Namun, sepotong daging ikan itu langsung masuk begitu mulutku terbuka.Haruskah aku memuntahkannya? Itu akan sangat disayangkan.Semua ini dibeli dengan uang. Selain itu ... sejujurnya rasa ikan Ardi ini memang enak.Daging ikan yang lembut langsung turun ke tenggorokanku.Lupakan saja, aku akan memakannya, Namun, aku tidak berencana untuk makan lagi.Aku membuka mulut lagi, "Aku tidak lapar. Aku tidak mau …."Sebelum aku mengucapkan kata "makan", Ardi sudah menyelanya.Pria itu memasukkan satu sendok bola udang ke dalam mulutku. Dia menatapku dengan mata yang penuh senyum dan menggoda. "Raisa, enak tidak?"Tidak enak!Aku sangat curiga dia melakukan ini dengan sengaja!Dia sengaja menutup mulutku, tidak membiarkanku
Saat mendengar suaraku sendiri, aku tidak bisa menahan diri untuk mengernyitkan kening.Aku seharusnya lebih dingin dan tegas.Kenapa nadaku terdengar manja dan terluka?Sebenarnya aku sama sekali tidak merasa terluka dua hari ini. Aku hanya terus berpikir dan memastikan dugaan itu, bahkan sudah membuat keputusan akhir.Aku akan bercerai dengan Ardi.Hubungan kami harus berakhir."Yang dibicarakan muncul juga. Pak Ardi, kedatanganmu sangat tepat waktu. Kak Raisa tadi baru saja membicarakanmu denganku." Devi terkikik sambil mendorongku pelan. "Pak Ardi sekarang menjelma menjadi suami baik yang sangat setia. Bahkan saat dirawat pun dia tidak lupa datang mengantarkan makanan untuk Kak Raisa. Aku penasaran makanan apa yang dia bawakan. Astaga, aku iri sekali."Aku akhirnya berhasil menenangkan diriku, tetapi ocehan Devi ini malah menghancurkan suasana hatiku lagi.Aku menyikutnya. "Apa yang membuatmu iri? Di seluruh departemen anestesi, bahkan di seluruh Mogowa, pacarmu adalah orang yang p
Kebahagiaan antara aku dan Ardi seperti kembang api di langit ini. Hanya bersinar sebentar, lalu akan segera lenyap.Malam itu, kembang api dilepaskan berkali-kali, tetap menyala hingga waktu yang lama.Malam itu, Ardi tidak datang ke ruang perawatanku.Dia juga tidak menelepon.Ardi dipanggil pergi oleh telepon ayah mertuaku, tetapi aku tidak bisa menahan diri untuk bertanya-tanya apakah saat ini dia benar-benar bersama ayah mertuaku, atau bersama gadis yang tidak aku kenal?Aku tidak bisa menebak, juga tidak ingin menebak lagi.Aku berusaha keras untuk tertidur, tetapi aku tidak bisa tertidur. Aku berguling-guling sampai langit mulai terang. Baru pada saat itu aku tertidur dengan linglung.Keesokan paginya, aku dibangunkan oleh perawat muda yang melakukan pemeriksaan ruangan. Aku tidak melanjutkan tidurku, malah mengajukan permintaan untuk keluar dari rumah sakit.Perawat muda itu masih menunjukkan sikap yang sama seperti kemarin. "Dokter Raisa, kamu tidak bisa melakukannya. Pak Ardi
Pikiranku kacau balau, sampai-sampai aku tidak mampu menghibur Rian. Aku hanya bisa menuangkan segelas air lagi untuknya. "Minumlah."Untungnya kemampuan Rian mengendalikan emosi cukup baik. Dia kembali tenang dengan cepat, menerima gelas air untuk meminumnya sedikit, lalu berkata dengan nada lembut, "Terima kasih, Dokter Raisa. Setelah menceritakan semua ini padamu, aku merasa jauh lebih baik."Setelah beberapa saat, dia tersenyum sambil berujar, "Aku sudah mendengar tentang kamu dan Ardi. Ternyata kalian sudah menikah sejak dulu. Belakangan ini hubungan kalian juga sudah membaik. Aku benar-benar merasa bahagia untuk kalian."Rian tiba-tiba menyinggung tentang aku dan Ardi. Aku tertegun, tidak tahu harus menjawab apa untuk sejenak.Rian pasti sudah melihat unggahan di status WhatsApp Ardi, jadi dia mengetahui tentang pernikahan kami. Dia juga menebak hubungan kami sudah membaik melalui unggahan itu.Pada saat itu, hubunganku dan Ardi memang sudah jauh membaik.Namun, sekarang aku tida







