Maksud Ardi adalah dua pertanyaan yang kuajukan kepadanya pagi ini.Aku langsung berbalik dan menatapnya dengan tajam. "Kamu bersedia memberitahuku?"Sebenarnya aku menanyakan dua pertanyaan itu tadi malam. Ardi tidak menjawabnya, pagi ini malah menipuku untuk masuk ke mobilnya dan memaksaku makan masakannya atau dia tidak akan menjawab pertanyaanku.Aku tidak makan, juga tidak mendapatkan jawaban yang kuinginkan dan bahkan melarikan diri dari mobilnya ....Sekarang aku takut Ardi akan mengulangi tipu dayanya untuk menipuku."Sepuluh hari sebelum perceraian, aku sudah tahu identitasmu." Tidak disangka kali ini Ardi tidak berbasa-basi dan langsung menjawab, "Kamu bukan putri Keluarga Larasati dan Lina bukan ibumu ....""Berhenti." Tanganku lebih cepat dari otakku dan membekap mulut Ardi erat-erat.Kali ini giliranku mendesaknya untuk masuk ke mobil.Tanpa ajakan Ardi, aku duduk di kursi penumpang. "Masuk.""Oke." Sudut bibir Ardi melengkung dan matanya terlihat berbinar.Seolah menertaw
Ardi dan mobilnya bagaikan hantu hitam. Kemunculan mendadak ini benar-benar mengejutkanku.Yang lebih mengejutkanku adalah ucapan Ardi tentang mengantarku.Aku tampan sadar mundur selangkah dan menatapnya dengan waspada. "Kamu tahu aku mau ke mana?""Tahu, Ibu sudah membuat janji denganmu untuk makan di rumah." Ardi membuka sabuk pengaman dan mendorong pintu untuk keluar dari mobil, "Paman juga meneleponku.""Kok Paman meneleponmu?" Aku menjadi semakin terkejut.Setelah terkejut sesaat, aku langsung sadar.Aku tahu alasannya tanpa Ardi menjawab.Terakhir kali itu hanya makan malam ucapan terima kasih, tetapi pandangan paman terhadap Ardi berubah dari dokter kasar menjadi sahabatnya.Tidak hanya itu, paman bahkan berinisiatif mengusulkan agar Ardi menjadi menantu keponakannya.Setelah Ardi menunjukkan minat padaku, paman tanpa ragu bertanya apakah aku bersedia memberi Ardi kesempatan.Bahkan setelah aku menolak, paman tetap tidak menyerah. Dia sibuk membujukku dalam perjalanan pulang, b
"Raisa, nyanyianmu sangat unik!" Steven menghela napas setelah selesai.Aku merasa agak bersalah. "Maaf, apa aku membuat telingamu sakit?""Nggak, menurutku kamu unik dan imut." Steven menatapku sambil tersenyum. Cahaya di dalam ruangan redup, membuat wajah menawan pria itu semakin kabur.Di tengah gemerlap lampu, mata sipit Steven terlihat lembut dan agak licik, membuatnya terlihat seperti seekor rubah yang indah.Tatapan pria itu perlahan menjadi lebih fokus dan cerah. Musik masih mengalun di dalam ruangan, tetapi kami terdiam.Aku merasakan ada yang aneh dari tatapan Steven dan mengerti dari mana keanehan ini berasal. Pipiku pun mulai memanas lagi.Steven menatapku dengan tenang, bahunya perlahan dicondongkan ke arahku dan dia memanggil dengan suara lembut, "Raisa ....""Dokter Steven, mau menyanyikan lagu nada tinggi nggak? Kurasa aku bisa menyanyikan nada tinggi dengan cukup baik." Aku menyela Steven, senyumanku agak kaku dan canggung.Aku tidak pandai menyanyikan nada tinggi, tet
Ucapan Bu Neila cukup jelas. Aku tahu betul apa yang disebut hal lain di balik ini merujuk pada Keluarga Tanadi.Tampaknya kali ini Keluarga Wijaya dan Keluarga Tanadi bertarung dengan sangat sengit.Meskipun hal-hal ini tidak berdampak denganku, ini sangat menguntungkanku dan aku tentu saja sangat senang melihat hasilnya.Aku menjabat tangan Bu Neila dan berkata, "Terima kasih, Bu Neila. aku juga akan bekerja sama penuh dengan polisi dalam penyelidikan dan berusaha mengungkap pelaku sebenarnya di balik semua ini."Ruangan itu terang benderang, mata Bu Neila yang berdiri di hadapanku juga berbinar. Wanita ini sangat cakap dan cantik. Meskipun seorang wanita, dia membuatku merasa aman serta kuat, merasa harapan ada di depanku.Saat itu sebuah ide melintas di benakku, bisakah aku menyerahkan kasus tahun itu kepadanya?"Aku juga akan bekerja sama penuh, Bu Neila. Kalau butuh sesuatu, silakan langsung hubungi aku." Steven mendekat dan menambahkan.Bu Neila tersenyum dan berkata, "Oke, teri
"Ya, tapi sebenarnya penangkapan Wanda juga berkat petunjuk yang diberikan oleh Pak Ardi. Sejak awal dia sangat memperhatikan kasus ini, juga memainkan peran yang sangat penting dalam perkembangannya. Tanpa bantuan Pak Ardi, kami nggak akan bisa menyelesaikan kasus ini secepat ini. Dia juga mendesak kami untuk mempercepat persidangan, membawa para pelaku ke pengadilan," jawab Bu Neila dengan serius.Aku menjadi lebih terkejut dan tidak tahan untuk bertanya, "Bukankah dia datang untuk membebaskan Zelda?""Membebaskan Zelda? Dokter Raisa, apa kamu bercanda? Bukti atas tindakan Zelda nggak terbantahkan, mustahil bisa lolos begitu saja. Hukum itu adil untuk semua orang." Bu Neila menatapku dengan geli, tetapi langsung tenang kembali, "Dokter Ardi nggak akan melakukan hal seperti itu. Dia sendiri yang menyerahkan Zelda ke polisi.""Apa?"Aku mengerti setiap kata dari kalimat terakhir Bu Neila, tetapi semuanya terasa tidak masuk akal.Sebenarnya bukannya tidak mengerti, melainkan aku tidak b
Saat itu Ardi sedang berdiri di pintu masuk kantor polisi dan Bu Neila berbicara dengannya.Ardi agak menarik perhatian. Meskipun hanya berdiri diam mendengarkan Bu Neila, aura yang tenang dan wajah yang tajam itu saja sudah cukup untuk menarik perhatian dari kejauhan.Tatapanku terpaku pada sosok gelap itu sejenak, lalu buru-buru menjauh dengan kepala tertunduk dan terus maju.Tidak mengejutkan kalau Ardi ada di sini, dia juga salah satu pihak yang terlibat dalam kasus ini. Aku diculik karena dia.Terlebih lagi, Zelda yang Ardi cintai ditahan di kantor polisi dan dia pasti sibuk berusaha membebaskannya.Dia benar-benar bekerja keras demi Zelda.Melihatku datang, Bu Neila menoleh ke arahku dan langsung melambaikan tangan. "Dokter Raisa, sini."Ardi menoleh.Tatapan pria itu jatuh ke wajahku, sudut bibir tipisnya agak melengkung dan sudut mata penuh harap di balik kacamata berbingkai perak itu terangkat, berangsur-angsur menjadi cerah."Raisa," panggilnya dengan gembira.Ardi melangkah