Beranda / Rumah Tangga / Aku Mundur Kau Hancur, Bang! / Bab 7. Usul Riris Melenyapkan Elma

Share

Bab 7. Usul Riris Melenyapkan Elma

last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-06 08:06:56

“Bik Dar! Tolong bantu saya siap-siap, Bik! Saya gak usah mandi, elap dengan air hangat saja!” titah Elma pada Asistennya.

“Baik, Buk!”

“Tolong tunggu di luar, Bang! Siapkan mobil!”  pinta Elma melirik Binsar.

Binsar tak bisa menolak lagi. Dengan enggan dia keluar dari kamar itu.  Namun langkahnya bukan menuju garasi, melainkan ke toko. Riris menyambutnya dengan senyum lebar.

“Gimana istri Abang, drop lagi, kan? Gak jadi operasi, kan? Abang, sih! Bukannya dihalang-halangi istrinya minta operasi, malah didukung, sekarang liat, Abang gak bisa bebas lagi gunakan kartu ATM Abang, kan?” semprotnya begitu Binsar sudah dekat.

“Kamu benar, Ris. Aku salah sangka. Kukira Elma itu perempuan bodoh. Kasihan dia penyakitan, begitu pikirku. Rupanya sakit saja dia berbahaya, bagaimana pula kalau sehat.”

“Makanya aku dan Mama Abang ngarang  cerita kalau Tampan demam. Biar dia gak jadi operasinya.”

“Jadi, Tampan gak benar-benar sakit?”

“Tidak. Mama Abang sengaja menunda  tiba lebih cepat. Supaya Kak Elma panik, drop dan gak jadi operasi.”

“Hem, masalahnya Elma hanya kaget sebentar. Dia bahkan terlihat makin kuat dan makin nekat untuk melakukan operasi itu.”

“Apa?”

“Iya, Ris. Ini benar-benar gawat. Bagaimana kalau Elma sembuh beneran.”

“Kira-kira kenapa, ya, Kak Elma bertingkah aneh, sampai blokir kartu ATM Abang segala? Apakah dia curiga sama kita?”

“Sepertinya begitu. Aku menangkap sorot marah di mata Elma. Dan semua ini gara-gara kamu, kamu nekat benar masuk ke kamarku.”

“Maaf, Abang! Salah Abang juga, sih, kenapa gak kunci pintu kamarnya. Aku cinta banget sama Abang, rasanya setiap detik ingin bermesraan aja. Entah dengan Abang. Sepertinya aku ini cuma pemuas saat dibutuhin aja!”

“Gak begitu, Ris. Tapi kamu harus tahu situasinya! Sekarang benar-benar buntu, kan! Aku sudah hancur! Elma sudah bertindak. Mungkin itu juga yang membuat dia begitu berkeras untuk segera lakukan operasi tumor di rahimnya. Dia mau mendepak  aku, sepertinya.”

“Abang jangan putus asa, dong!”

“Bagaimana tidak putus asa, aku sudah miskin sekarang! Apa kamu masih mau pacaran sama aku jika aku benar-benar  didepak oleh Elma begitu dia sembuh nanti, hah?”

“Hem, kenapa kita tidak duluan  singkirin dia saja?” Riris mengusulkan begitu sebuah ide cemerlang melintas di otak liciknya.

“Maksud kamu?” tanya  Binsar menautkan kedua alisnya.  Sebenarnya dia paham apa maksud kalimat Riris, tetapi belum paham caranya.

“Sini aku bisikin!” Riris meraih bahu sang kekasih, lalu menariknya agar condong ke arahnya. “Kita akhiri saja penderitaan istri Abang itu! Ngapain nunggu Tuhan mencabut nyawanya? Kelamaan! Kita bantu dia, Bang!” bisiknya di telinga Binsar.

“Maksud kamu, kita  …?”

“Iya, Abang takut?”

“Gila, kamu memang benar-benar, Ris! Tak kusangka kamu punya niat sejahat itu!” Binsar melepaskan peganagn Riris di bahunya. “Sampai-sampai kamu punya niat melenyapkan nyawa Elma!” tuduhnya geleng-geleng kepala.

“Lalu gimana, Abang? Abang mau nunggu Tuhan yang mengakhiri hidupnya dengan tumor rahim itu? Iya kalau mati, kalau dia sembuh, gimana? Kemungkinan besar operasinya berjalan lancar, kan? Kalau kak Elma sembuh, Abang siap-siap aja jatuh miskin!”

“Tapi, apa tidak ada cara lain selain  itu? Aku masih cinta sama Elma, Ris. Biar bagaimanapun dia itu ibu dari kedua anak-anakku! Aku gak bisa lenyapkan dia.”

“Kalau gak bisa ya, udah! Siap-siaplah Abang hancur!  Toh, Abang juga sudah pecat aku. Aku pergi, ya! Daah …!”  ketus Riris pergi  meninggalkan toko menuju rumah utama.

“Ris Ris! Tunggu! Kau mau ke mana?” Binsar berusaha menahan gadis itu.

“Pulang kampung!” seru Riris semakin ketus.

“Jangan kau tinggalakn aku dalam keadaan bingung begini! Semua masalah ini kau akar musababnya! Coba saja kau bisa menahan diri, pasti Elma tidak akan mencium hubungan kita! Setelah kacau begini kau mau pergi begitu saja, iya?” Binsar mencekal lengan gadis itu.

“Lepas, Bang! Sakit!”

“Jangan pergi! Berjanjilah kau tak akan pergi!”

“Lepas, Bang!”

“Berjanjilah, Riris! Kau tak akan meninggalkanku! Aku akan ikuti saranmu!”

“Saran?” sela Elma mengagetkan keduanya. Wanita itu terpaku dipapah Bik Darmi di ujung teras.

“Sayang, kamu sudah siap? Kita berangkat sekarang? Sebentar, aku keluarkan mobil, ya!” Binsar berlari kecil menuju garasi, sengaja menghindari tatapan curiga istrinya.

“Saran apa, Ris? Kamu menyarankan apa pada Bang Binsar?”  tuntut Elma dengan suara bergetar.

“Oh, itu, Kak. Aku sarankan agar, eh, itu. Anak Kakak si Tampan, agar dirawat  di rumah sakit di Medan ini saja! kasihan,  baru saja mertua Kakak nelpon lagi, Tampan makin tinggi demamnya.” Riris mengarang cerita untuk menutupi gugupnya.

“Kenapa mertuaku haya nelpon kau terus? Kenapa tidak nelpon aku?”

“Oh, mungkin dia sengaja, agar Kakak tidak kepikiran. Padahal Tampan makin lemah katanya. Takutnya Tampan kenapa-napa, lho, Kak!” Riris kembali menakut-nakuti Elma.

“Aku mau bicara dengan mama sekarang! Tolong kamu hubungi! Kalau aku yang nelpon pasti gak diangkat!”

“Baik, Kak. Bentar, ya!” Riris langsung menyalakan ponselnya, pura-pura menelepon. “Duh, enggak diangkat, Kak! Sepertinya anak Kakak makin parah, deh!” ucapnya dengan wajah panik.

Elma terlihat makin pucat. Degup jantungnya tak karuan. Kadang cepat sesaat kemudian melemah. Itu membuat Elma terlihat makin lemas.

“Hape saya, Bik! Tolong keluarin dari tas!” pintanya kepada Bik Darmi yang ikut panik melihat kondisinya.

“Kakak mau ngapain? Mau nelpon Tante? Sia-sia! Gak akan diangkat! Yang ada malah nambah panik Mereka semua yang di kampung!” cegah Riris.

“Sayang, mobilnya sudah siap, ayo, naik!” panggil Binsar yang sudah menyalakan mesin mobil.

“Gak jadi, Bang! Kak Elma batalin ke rumah sakit! Tampan sepertinya makin parah!” Riris berteriak. Elma tak menyahut. Jemarinya sibuk menscrol daftar kontak, mencari nama Buyung.

Dia sempat menyimpan nomor kontak pria itu saat mengantar ibu mertuanya tiga bulan yang lalu.  Buyung adalah  tetangga mertuanya di kampung. Pernah bekerja di kota sebagai supir pribadi. Setiap mertuanya hendak ke Medan, dia akan merental mobil dan Buyung dia sewa sebagai supir.

“Hallo, Bang Buyung, kan?” sapa Elma begitu panggilannya tersambung.

“Iya, benar. Ini  Elma, kan, istri si Binsar?”

“Benar, saya boleh minta tolong, Bang?”

“Ada apa, El? Kami masih istirahat ini di Sibolangit, setengah jam lagi sampai, kok! Pasti kamu kangen anak-anak kamu, kan? Sabar, ya! Mereka juga sepertinya juga sudah tidak sabar mau cepat cepat jalan lagi. Tapi, Bik Risda katanya masih capek. Kami istrirahat dulu sesaat lagi, ya!”

“Ka-kalian udah di Sibolangit?  Artinya, kalian udah di perjalanan? Anak-anak? Em, Tampan, gimana?  Dia … maksud saya dia …?”

“Tampan sedang bermain itu!  Dia enggak lupa tadi bawa bola,  bosan nunggu neneknya, dia main sama kakaknya.”

“Tampan main bola?”

****

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nur meini
Riris sundal bolong alias licik alias pelakor......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Aku Mundur Kau Hancur, Bang!   Bab 200. Tamat (Binsar Meninggal)

    “Vita, sambil tengokin adek, ya! Tante mau buatkan jus buah!” titah Nirmala seraya bangkit. Ini hari keempat dia menemani anak-anak Elma. “Ya, Tante. Buatin buat Vita sekalian, ya, Tan! Gerah banget, nih!” sahut Vita tetap fokus dengan buku pelajaran di tangannya. Gadis kecil berusia delapan tahun itu akan menghadapi ujian kenaikan kelas besok. Itu sebab dia harus belajar keras hari ini. “Tampan mau jus enggak, biar Tante bawa sekalian?” teriak Nirmala lagi. “Mau, Tan! Pakai es yang banyak, ya!” sahut bocah laki-laki berusia lima tahun dari halaman. Dia tengah asik bermain bola sendirian. Keringat mengucur deras di dahi dan punggungnya. Nirmala bergerak ke dalam rumah. Vita tenggelam dengan bukunya ketika Tampan bergerak mendekati pintu pagar. Bola yang sedang dia mainkan terlempar ke luar. Berusaha menjangkau bola melalui celah besi pagar, bocah itu mulai putus asa. “Kakak, bolanya keluar!” teriaknya sedih. “Biar aja, ambil bola yang lain aja! Jangan keluar!” sang kakak b

  • Aku Mundur Kau Hancur, Bang!   Bab 199. Karma Karena Sikap Tak Adil Keluarga Kepada Andre

    “Andre, kalian datang?” Serempak Sinulingga, Riani dan Anyelir menoleh. “Bagaimana keadaan Kak Elma, Kak Anyelir?” tanya Nara setelah menghirup napas beberapa kali. terlihat dia begitu kelelahan dengan perut yang kian membesar. Di usia kandungan yang ke tujuh bulan, wanita itu memang mulai mudah lelah. “Elma masih ditangani Dokter. Kamu baik baik saja? Ngapain ikut ke rumah sakit ini kalau kamu sendiri dalam keadaan hamil besar begini?” tanya Anyelir membantu Nara untuk duduk. “Aku khawatir, takut Kak Elma kenapa napa. Secara dia pernah hampir meninggal dulu karena serangan kanker rahim, kan?” dalih Nara sedih. “Kok bisa Elma drop, apa yang terjadi?” tanya Andre cemas. “Ini semua salah mama,” lirih Riani bersuara. Semua terpana. “Mama melakukan apa lagi” Andre menatapnya gusar. “Mama gak bisa terima kalau ternyata Alva enggak bakal pernah bisa punya anak. Mama sedih. Mama tak bisa menerima kenyataan. Nyatanya, Mama tk bisa berbuat apa-apa. Alva sudah menjatuhkan pilihan.

  • Aku Mundur Kau Hancur, Bang!   Bab 198. Elma Drop

    “Maksud kamu? Mama … harus pergi dari sini?” tanya Alva menyipitkan kedua netranya. terkejut mendengar permintaan Elma. “Ya, maaf! Aku tidak mau Mama ada di sini! Di rumah ini. Setidaknya sampai hatiku kembali tenang,” lirih Elma lalu berjalan pergi meninggalkan kegaduhan. “Elma kau mengusir mama? Berani kau mengusir ibu mertuamu, hah?” Riani hendak mengejar Elma, tetapi segera ditahan oleh Anyelir. “Kau tidak bisa mengusirku, Elma! Mana janjimu untuk minta talak pada anakku? Mana janjimu akan menikahkan Alva dengan Nirmala! Kau penipu, Elma!” teriaknya memaki-maki Elma. Sontak Elma menghentikan langkah. Berbalik, lalu menatap ibu mertuanya penuh kecewa. Jemarinya memijit kening, pandangannya tiba-tiba gelap. Elma ambruk ke lantai. “Sayang!” Alva menangkap tubuhnya. “Elma, Sayang …! Kamu kenapa? El?” panggilnya seraya menepuk lembut pipi Elma. Namun, tak ada respon. “Denyut nadinya lemah banget!” seru Anyelir panik saat meraba pergelangan tangan Elma. “Kenapa? Kak Elma ken

  • Aku Mundur Kau Hancur, Bang!   Bab 197. Elma Mengusir Ibu Mertua

    “Alva …?” Riani tersentak kaget. “Apa maksud kamu, Nak? Rencana apa? Mama enggak paham?” lanjutnya memasang wajah paling sedih. Dramanya masih berlanjut. “Enggak usah pura-pura lagi, deh, Ma! Dion, segera nyalakan proyektornya!” perintah Alva kepada anak buahnya. Dion dan Yopi segera melaksanakan perintah. Infokus mereka sorotkan ke dinding kamar. Menit berikutnya sebuah video rekaman sudah diputar. Rekaman dari CCTV di hotel tempat Alva dan Nirmala sempat berada di sebuah kamar tanpa busana. Terlihat jelas saat dua orang pria menurunkan tubuh Alva dan Nirmala dari dalam sebuah mobil. Keduanya lalu membawa Alva dan Nirmala masuk ke dalam kamar hotel. “Apa ini?” teriak Riani tiba tiba. “Hentikan itu! Mama enggak sanggup melihat hal yang menakutkan seperti itu!” pintanya pura-pura memelas. Alva melambaikan tangan, sebagai isyarat agar Dion menghentikan dulu memutar videonya. “Kenapa Mama enggak nanya, kenapa aku dan Nirmala bisa dalam keadaan tak sadarkan diri seperti itu? H

  • Aku Mundur Kau Hancur, Bang!   Bab 196. Penyelidikan Alva Membongkar Rahasia Sang Bunda

    “Kau bilang apa barusan? Alva akan menikahi Nirmala, setelah menalak kamu?” Riany tersentak kaget. kedua bola matanya membulat sempurna. Sedikitpun dia tak menyangka, semua harapannya begitu mudahnya terlaksana. Awalnya, tak muluk cita-citanya. Cukuplah Elma setuju Alva menikahi Nirmala. Dia sudah sangat bahagia. Karena dengan begitu, dia akan mendpat cucu dari Nirmala. Anak kandung Alva, darah dagingnya, penerus marga dan keturunannya. Tak apa meski Nirmala hanya istri kedua. Sebab kalau mengharap cuuc dari Elma, itu sangat tidak mungkin. Elma pernah diponis menderita kangker rahim. Sudah dilakukan operasi besar juga. Besar kemungkinan rahim Elma sudah diangkat juga. Harapannya ternyata dikabulkan Tuhan berlipat ganda. Bukan hanya Alva yang akan menikahi Nirmala, tetapi juga Elma akan mengundurkan diri sebagai menantunya. Artinya, Nirmala akan menjadi satu satunya istri buat Alva. Ratu di keluarga Sinulingga, hanya Nirmala saja. Keturunan langsung keluarga besar itu. Bukan Elma,

  • Aku Mundur Kau Hancur, Bang!   Bab 195. Nirmala Bukan Madu

    “Kenapa kau bisa tidur dengan Alva! Dasar kau memang manusia tak tau terima kasih! Kurang baik apa Elma sama kamu selama ini! Kenapa kau malah mencuri suaminya! Dasar kau memang keturunan Bina tang! Kau mau menyakiti hati Elma, iya? Kurang baik apa dia sama kamu, Nirmala …! Kenapa begini balasanmu!” lanjut Riani lagi memaki dan mengumpat dengan kata kata kasar.“Ma! Ada apa ini?” Elma mendorong pintu kamar langsung menerobos masuk ke dalam. “Nirmala, kau sudah pulang?” tanyanya menoleh kepada Nirmala.“Lihat perempuan sundal ini, Elma! Dia sudah berjinah dengan suamimu! Dia tega berselingkuh di belakangmu, Elma," teriak Riani pura-pura histeris.“Aku tidak selingkuh, Tante! Bang Alva yang sudah menjebak aku, entah apa yang terjadi aku enggak sadar. Saat aku bangun, aku sudah berad di dalam sebuah kamar hotel bersama Bang Alva. Bang Alva yang sudah perkosa aku, Tante!” jerit Nirmala tak terima tuduhan sang Tante.“Jangan ngarang kamu! Jangan pura-pura jadi korban! Akui saja, kalau ka

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status