Home / Rumah Tangga / Aku Mundur Kau Hancur, Bang! / Bab 8.  Elma Teronggok Di Mobil Van

Share

Bab 8.  Elma Teronggok Di Mobil Van

last update Last Updated: 2022-10-06 08:07:09

“Iya, kenapa? Kamu sepertinya panik sekali?” tanya sang supir  kebingungan.

“Tidak, bukan. Eh, maksud saya, hati-hati nanti nyetirnya! Sudah, ya! Terima kasih!” Elma  mengakhiri panggilannya, lalu menatap Riris dengan tajam. Wanita itu menunduk, menyembunyikan wajahnya.

“Apa maksud kamu sebenarnya?” Elma berjalan pelan mendekati wanita itu. Bik Darmi membantu memapahnya.

Binsar yang melihat gelagat perang segera turun dari mobil dan memburu istrinya. “Sayang, kita berangkat sekarang, ya! Dokter David sudah terlalu lama menunggu. Ayo!” ucapnya langsung menggendong tubuh ringkih Elma.

“Aku mau bicara dulu dengan Riris, tunggu sebentar!”

“Jangan pedulikan Riris, Sayang! Biar nanti abang yang urus, ya!”

“Aku mau pecat dia, Abang! Aku pecat dia sekarang!”

“Iya, iya!” Binsar meletakkan tubuh Elma di jok depan, langsung menutup rapat pintu mobil. Elma berusaha meronta, namun tak dihiraukan. Mobil itu langsung melaju dengan kecepatan tinggi.

Sebuah notifikasi pesan masuk terdengar dari ponsel Binsar. Pria itu langsung membaca sambil menyetir. Pesan dari Riris.

[Abang bawa mobilnya lewat jalan Gatot subroto, orang-orang suruhanku sudah menunggu di lampu merah pertama. Abang ikuti saja apa kata mereka nanti!]

Itu pesan dari Riris. Binsar sempat bingung. Namun, panik  yang makin melanda  membuat pria itu tak lagi berpikir panjang. Mobil dia arahkan menuju jalan yang disuruh Riris.   Pria itu tampak gelisah saat mobil sudah berada di simpang empat, tepat di lampu merah pertama.

Sebuah mobil van langsung mengambil posisi tepat di samping mobil Binsar. Hanya dalam hitungan detik, tubuh Elma sudah berpindah ke dalam mobil itu. Binsar bahkan tak sempat berpikir, apalagi mempertahankan istrinya. Pria itu hanya melogo kebingungan.

“Siapa kalian? Apa ini? Lepaskan! Tol ….”  Elma yang kaget meronta dan berusaha berteriak. Namun, jeritannya tertahan karena sebuah tangan kekar membekap kasar mulutnya. Wanita lemah itu lunglai teronggok di jok tengan mobil van.

Saat lampu lalu lintas berubah warna,  mobil itupun berlalu dengan kecepatan sedang, seolah tak pernah terjadi apa-apa. 

*

“Hallo, anak buahku sudah berhasil membawa perempuan itu ke markasku! Kamu di mana?”

“Serlok, dong, Bang, aku mau ketemu Abang, sekarang!”

“Ok, kau bawa maharnya, kan?”

“Siap, Bang!”

Riris memesan sebuah taksi, lalu  memberi komando  kepada karyawan toko yang lain. Dengan alasan menyusul sang majikan ke rumah sakit, dia meninggalkan toko pagi itu.

Taksi yang dia pesan menuju sebuah café, sesuai dengan lokasi yang di share melalui aplikasi hijau di ponselnya. Seseorang  telah menunggunya di meja nomor delapan.

“Bang Alva!” sapa Riris mengulas senyum.

“Kamu yang bernama Mbak Riris?”

Seorang pria tampan menajamkan pandangan. Perawakan tinggi, kumis dan jambang tebal melengkapi penampilan. Tatapan mata menukik tajam setajam mata elang memberi kesan  seram.  Baju kaus buntung yang menempel ketat di tubuh atletis itu, memperlihatkan setangkai mawar merah yang terukir  di lengan kekarnya.

Dia adalah Alva. Seorang pimpinan preman kambuhan. Salah seorang anggotanya adalah kenalan Riris. Wanita itu  sengaja menghubunginya tadi pagi. Dengan janji memberi imbalan sejumlah uang, wanita itu meminta kepada sang preman untuk menculik Elma.

“Ok, silahkan duduk! Tapi, maaf! Aku tidak punya waktu banyak. Langsung saja Mbak serahkan maharnya sesuai kesepakatan!”  ujar pria itu to the point.

“Jangan tergesa-gesa, dong, Bang! Aku pasti bayar! Tapi, tugas Abang belum selesai! Aku akan  bayar dua kali lipat!”

“Maksud Mbak, apa?”

“Ini!”

Riris menyerahkan sebuah amplop berwarna coklat.

“Apa ini?”

“Surat pernyataan sekaligus surat kuasa. Tolong paksa wanita itu menanda tangani surat ini! Jika Abang berhasil, aku akan bayar dobel!”

“Apa isinya?”

“Jadi begini, Bang! Perempuan itu telah berhasil menipu tunangan saya! Semua asset toko dan juga tabungan tunangan saya, berhasil dia pindahkan ke rekening pribadinya. Kami udah tempuh jalan damai. Tapi dia berkeras  enggak mau kembaliin. Makanya saya butuh bantuan Abang!”

“Jadi perempuan itu telah menipu tunangan Mbak? Dasar perempuan matre!” umpat Alva tersenyum kecut.

“Itulah, Bang! Tolong bantu saya, ya, Bang!”

“Ok, tapi aku harus terima maharnya sekarang! Begitu aku dapat tanda tangannnya, anak buahku akan segera mengantar surat itu ke alamat Anda!”

“Harus saya bayar tunai sekarang, ya, Bang?”

“Ya, Anda harus percaya kalau  kami tak pernah gagal.  Saya tidak punya waktu untuk bertemu Mbak lagi untuk urusan bayaran!”

“Tapi ini, separuh adanya, Bang! Nanti kalau sudah ….”

“Maaf, saya tidak punya waktu untuk bernego!”

“Oh, iya. Baik! Ini kalung dan cincin saya, ini senilai …”

“Baik, tunggu saja hasilnya!”

Pria itu menyambar amplop berisi uang beserta seperangkat perhiasan milik Riris.

***

“Di mana wanita itu?”  tanya Alva begitu memasuki gedung berlantai dua.

“Di lantai atas, Bang!” Empat orang pria yang sedang asik bermain catur serempak menoleh dan menjawab pertanyaan sang bos.

“Kalian tempatkan dia di lantai atas, sementara kalian semua di sini? Siapa yang mengawasinya di atas, hah?”

“Target kita itu perempuan penyakitan, Bang! Jangankan untuk lari, turun dari kasur itu saja dia tak sanggup.”

“Apa?”

Pria  itu segera menuju ke arah tangga. Dengan gerakan cepat dia menapaki anak tangga menuju ke lantai dua. Dua orang anak buah mengikutinya.

Dengan kasar pria itu membuka pintu kamar yang terkunci dari luar. Netranya segera menyapu pemandangan di atas kasur. Seorang wanita tergolek lemah di sana. Tubuh ringkih itu tidur dengan posisi miring menghadap dinding. Terlihat jelas tulang pinggul wanita itu yang menonjol  seolah tanpa daging.

Alva mendekat, lalu dengan ujung jari dia meneleng kepala Elma.

“Hey, kamu masih hidup, kan?”

Tak ada sahutan. Hanya desah napas tersengal yang terdengar. Alva menjadi ragu. Bahkan rasa khawatir mulai menyergap benak. Bagaimana kalau targetnya mati sebelum dia berhasil menjalankan aksi.

“Hey! Bangun! Anak buahku tidak berbuat macam-macam sama kamu, kan?”

“Eeeegh, dingiiin, eeeugh …. selimut, tolong! Aku kedinginan!” 

Gumaman itu membuat Alva tergidik. “Sial! Kenapa perempuan itu menyuruh aku menculik wanita sial ini! Bagaimana kalau dia mati di sini,  haduh!” sesalnya menggaruk kepala yang tak gatal.

“Eh, jangan mati, ya! Tolong! Aku memang preman, tapi belum pernah terlibat dengan urusan nyawa, paham!”

“Kenapa kalian culik saya? Tolong pinjam selimut! Saya menggigil!”

“Tidak ada selimut! Kamu kira ini hotel, apa? Bangun! lalu tanda tangan surat ini!” perintah Alva tak menghiraukan rintihan Elma.

“Saya kedinginan, tolong! Saya sudah enggak kuat!”

“Kamu bangun dulu, dong! Tanda tangan surat pernyataan ini dulu! Baru kamu kami lepas, enggak usah drama! Ayo, bangun!”

“Dingiiiiin …!”

“Sial! Nih!”

Alva melemparkan sehelai selimut tipis kepada Elma. Namun, teronggok begitu saja di atas punggung wanita itu. Elma tak punya kekuatan untuk meraih apalagi memakaikan ke badannya.

 *****

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aku Mundur Kau Hancur, Bang!   Bab 200. Tamat (Binsar Meninggal)

    “Vita, sambil tengokin adek, ya! Tante mau buatkan jus buah!” titah Nirmala seraya bangkit. Ini hari keempat dia menemani anak-anak Elma. “Ya, Tante. Buatin buat Vita sekalian, ya, Tan! Gerah banget, nih!” sahut Vita tetap fokus dengan buku pelajaran di tangannya. Gadis kecil berusia delapan tahun itu akan menghadapi ujian kenaikan kelas besok. Itu sebab dia harus belajar keras hari ini. “Tampan mau jus enggak, biar Tante bawa sekalian?” teriak Nirmala lagi. “Mau, Tan! Pakai es yang banyak, ya!” sahut bocah laki-laki berusia lima tahun dari halaman. Dia tengah asik bermain bola sendirian. Keringat mengucur deras di dahi dan punggungnya. Nirmala bergerak ke dalam rumah. Vita tenggelam dengan bukunya ketika Tampan bergerak mendekati pintu pagar. Bola yang sedang dia mainkan terlempar ke luar. Berusaha menjangkau bola melalui celah besi pagar, bocah itu mulai putus asa. “Kakak, bolanya keluar!” teriaknya sedih. “Biar aja, ambil bola yang lain aja! Jangan keluar!” sang kakak b

  • Aku Mundur Kau Hancur, Bang!   Bab 199. Karma Karena Sikap Tak Adil Keluarga Kepada Andre

    “Andre, kalian datang?” Serempak Sinulingga, Riani dan Anyelir menoleh. “Bagaimana keadaan Kak Elma, Kak Anyelir?” tanya Nara setelah menghirup napas beberapa kali. terlihat dia begitu kelelahan dengan perut yang kian membesar. Di usia kandungan yang ke tujuh bulan, wanita itu memang mulai mudah lelah. “Elma masih ditangani Dokter. Kamu baik baik saja? Ngapain ikut ke rumah sakit ini kalau kamu sendiri dalam keadaan hamil besar begini?” tanya Anyelir membantu Nara untuk duduk. “Aku khawatir, takut Kak Elma kenapa napa. Secara dia pernah hampir meninggal dulu karena serangan kanker rahim, kan?” dalih Nara sedih. “Kok bisa Elma drop, apa yang terjadi?” tanya Andre cemas. “Ini semua salah mama,” lirih Riani bersuara. Semua terpana. “Mama melakukan apa lagi” Andre menatapnya gusar. “Mama gak bisa terima kalau ternyata Alva enggak bakal pernah bisa punya anak. Mama sedih. Mama tak bisa menerima kenyataan. Nyatanya, Mama tk bisa berbuat apa-apa. Alva sudah menjatuhkan pilihan.

  • Aku Mundur Kau Hancur, Bang!   Bab 198. Elma Drop

    “Maksud kamu? Mama … harus pergi dari sini?” tanya Alva menyipitkan kedua netranya. terkejut mendengar permintaan Elma. “Ya, maaf! Aku tidak mau Mama ada di sini! Di rumah ini. Setidaknya sampai hatiku kembali tenang,” lirih Elma lalu berjalan pergi meninggalkan kegaduhan. “Elma kau mengusir mama? Berani kau mengusir ibu mertuamu, hah?” Riani hendak mengejar Elma, tetapi segera ditahan oleh Anyelir. “Kau tidak bisa mengusirku, Elma! Mana janjimu untuk minta talak pada anakku? Mana janjimu akan menikahkan Alva dengan Nirmala! Kau penipu, Elma!” teriaknya memaki-maki Elma. Sontak Elma menghentikan langkah. Berbalik, lalu menatap ibu mertuanya penuh kecewa. Jemarinya memijit kening, pandangannya tiba-tiba gelap. Elma ambruk ke lantai. “Sayang!” Alva menangkap tubuhnya. “Elma, Sayang …! Kamu kenapa? El?” panggilnya seraya menepuk lembut pipi Elma. Namun, tak ada respon. “Denyut nadinya lemah banget!” seru Anyelir panik saat meraba pergelangan tangan Elma. “Kenapa? Kak Elma ken

  • Aku Mundur Kau Hancur, Bang!   Bab 197. Elma Mengusir Ibu Mertua

    “Alva …?” Riani tersentak kaget. “Apa maksud kamu, Nak? Rencana apa? Mama enggak paham?” lanjutnya memasang wajah paling sedih. Dramanya masih berlanjut. “Enggak usah pura-pura lagi, deh, Ma! Dion, segera nyalakan proyektornya!” perintah Alva kepada anak buahnya. Dion dan Yopi segera melaksanakan perintah. Infokus mereka sorotkan ke dinding kamar. Menit berikutnya sebuah video rekaman sudah diputar. Rekaman dari CCTV di hotel tempat Alva dan Nirmala sempat berada di sebuah kamar tanpa busana. Terlihat jelas saat dua orang pria menurunkan tubuh Alva dan Nirmala dari dalam sebuah mobil. Keduanya lalu membawa Alva dan Nirmala masuk ke dalam kamar hotel. “Apa ini?” teriak Riani tiba tiba. “Hentikan itu! Mama enggak sanggup melihat hal yang menakutkan seperti itu!” pintanya pura-pura memelas. Alva melambaikan tangan, sebagai isyarat agar Dion menghentikan dulu memutar videonya. “Kenapa Mama enggak nanya, kenapa aku dan Nirmala bisa dalam keadaan tak sadarkan diri seperti itu? H

  • Aku Mundur Kau Hancur, Bang!   Bab 196. Penyelidikan Alva Membongkar Rahasia Sang Bunda

    “Kau bilang apa barusan? Alva akan menikahi Nirmala, setelah menalak kamu?” Riany tersentak kaget. kedua bola matanya membulat sempurna. Sedikitpun dia tak menyangka, semua harapannya begitu mudahnya terlaksana. Awalnya, tak muluk cita-citanya. Cukuplah Elma setuju Alva menikahi Nirmala. Dia sudah sangat bahagia. Karena dengan begitu, dia akan mendpat cucu dari Nirmala. Anak kandung Alva, darah dagingnya, penerus marga dan keturunannya. Tak apa meski Nirmala hanya istri kedua. Sebab kalau mengharap cuuc dari Elma, itu sangat tidak mungkin. Elma pernah diponis menderita kangker rahim. Sudah dilakukan operasi besar juga. Besar kemungkinan rahim Elma sudah diangkat juga. Harapannya ternyata dikabulkan Tuhan berlipat ganda. Bukan hanya Alva yang akan menikahi Nirmala, tetapi juga Elma akan mengundurkan diri sebagai menantunya. Artinya, Nirmala akan menjadi satu satunya istri buat Alva. Ratu di keluarga Sinulingga, hanya Nirmala saja. Keturunan langsung keluarga besar itu. Bukan Elma,

  • Aku Mundur Kau Hancur, Bang!   Bab 195. Nirmala Bukan Madu

    “Kenapa kau bisa tidur dengan Alva! Dasar kau memang manusia tak tau terima kasih! Kurang baik apa Elma sama kamu selama ini! Kenapa kau malah mencuri suaminya! Dasar kau memang keturunan Bina tang! Kau mau menyakiti hati Elma, iya? Kurang baik apa dia sama kamu, Nirmala …! Kenapa begini balasanmu!” lanjut Riani lagi memaki dan mengumpat dengan kata kata kasar.“Ma! Ada apa ini?” Elma mendorong pintu kamar langsung menerobos masuk ke dalam. “Nirmala, kau sudah pulang?” tanyanya menoleh kepada Nirmala.“Lihat perempuan sundal ini, Elma! Dia sudah berjinah dengan suamimu! Dia tega berselingkuh di belakangmu, Elma," teriak Riani pura-pura histeris.“Aku tidak selingkuh, Tante! Bang Alva yang sudah menjebak aku, entah apa yang terjadi aku enggak sadar. Saat aku bangun, aku sudah berad di dalam sebuah kamar hotel bersama Bang Alva. Bang Alva yang sudah perkosa aku, Tante!” jerit Nirmala tak terima tuduhan sang Tante.“Jangan ngarang kamu! Jangan pura-pura jadi korban! Akui saja, kalau ka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status