Share

Bab 2

Author: kinan_arunika
last update Last Updated: 2022-11-30 08:03:10

"Mama kenapa menangis? Papa nakal ya Ma?" tanya Keynan ketika melihat Mayra menangis.

"Oh nggak sayang, Mama nggak nangis kok tadi mata mama kelilipan debu, jadinya matanya berair.," ujar Mayra kepada anak lelakinya tersebut.

"Mama nggak bohong kan? Mama biasanya suka menangis kalau abis dijahatin sama papa, kenapa sih papa selalu jahat sama mama?" sahut Keyra ikut-ikutan ngomong.

Mayra menatap kedua anak kembarnya dengan pandangan berkaca-kaca. Dia sedih karena anak kembarnya begitu peka terhadap keadaan mamanya, namun dia tidak bisa menunjukkan begitu saja kesedihan di depan anak-anaknya.

"Ah nggak kata siapa papa jahat sayang? Nggak boleh ngomong begitu ya Keyra janji sama mama?" ujar Mayra menasihati sang putri.

"Keya denger sendiri Ma, papa sering bentak-bentak Mama," ujar Keyra masih keukeuh dengan pendapatnya.

"Sudah tidak usah dilanjutkan, Keynan sama Keyra sekarang makan ya? Mama sudah bikinin telor mata sapi favorit kalian, dihabisin ya makannya jangan sampai ada yang tersisa?" ujar Mayra seraya mempersiapkan piring berisi nasi untuk kedua anaknya.

"Asiiikk, mama is the best," sahut Keynan dengan mimik lucu.

Mayra memandangi kedua anaknya dengan tatapan berkaca-kaca. Dia bersyukur sekali dianugerahi kedua anak yang lucu dan penurut seperti mereka.

"Oh iya Mama sudah bilang kan ke papa kalau kita ada field trip? Abang sama Dek Keya  mau ikut Ma," ujar Keynan di sela-sela makannya.

Mayra bingung bagimana menyampaikan kalau mereka tidak diijinkan ikut acara sekolah untuk yang kesekian kalinya oleh sang papa.

"Emm, Keynan sama Keyra kalau seandainya kalian tidak ikut field trip, kalian sedih nggak?" tanya Mayra pelan.

Keyra memandang wajah sang mama dengan sendu, matanya mulai berkaca-kaca. Sedangkan Keynan terlihat lebih tegar meskipun dia juga sangat ingin mengikuti kegiatan sekolah tersebut.

"Papa nggak ngasih uang ya Ma?" ujar Keynan sbari menatap sang mama.

"Huaaa mama, Keya ingin ikut," Keyra menangis terisak.

Mayra menatap kedua anaknya dengan mata berkaca-kaca, dia merasa gagal menjadi seorang ibu. Dia tidak tega melihat kedua anaknya yang diharuskan selalu mengalah dengan saudaranya, Nabila. Doni selalu menuruti keinginan dari Nabila, bahkan setiap bulan Doni selalu memberikan Nabila hadiah mainan. sedangkan untuk kedua anaknya, bisa dihitung jari Doni memberikan hadiah mainan kepada mereka.

"Sudah cup cup Keya jangan nangis donk, kasian mama nanti kepikiran kalau Keya nangis begini," ujar Keynan sembari menepuk-nepuk bahu sang adik agar berhenti menangis.

Hati Mayra semakin teriris melihat pemandangan Keynan yang berusaha menghibur sang adik agar berhenti menangis. Keyra memang memiliki hati yang lebih lembut daripada Keynan, oleh karena itu Keynan lebih sering menangis sedangkan Keynan bertindak sebagai penenang ketika Keyra sedang menangis.

'Ya Allah Mas, kenapa sih kamu tega sekali dengan darah daging kamu sendiri,' batin Mayra pilu.

"Abang sama Dek Keya nggak apa-apa kok kalau misal papa ngga ijinin kita ikut fieldtrip, Ma. Mama nggak usah sedih ya," ujar Keynan dengan bijaknya.

"Iyaa, maaf ya mama, Keya udah bikin mama sedih ya? Keya nggak mau mama sedih," ucap Keyra sambil memeluk erat sang mama.

Mayra memeluk erat kedua anak kembarnya, sumber kekuatannya. Anak yang sudah dipaksa menjadi dewasa oleh keadaan.

"Sudahan yuk pelukannya, nanti kalian terlambat sekolah, belajar yang rajin ya nggak boleh nakal sama teman-teman," ucap Mayra kepada si kembar.

*

Keyra keluar dari kelas dalam keadaan menangis kencang, abangnya pun terlihat sedang menunjukkan raut wajah kesal, mereka berdua tengah digandeng oleh wali kelasnya, Mayra yang melihat pemandangan ini tentu saja bingung tentang apa yang terjadi dengan kedua anaknya.

"Loh sayang kenapa menangis?" tanya Mayra kepada Keyra.

Keyra tidak menjawab melainkan langsung memeluk erat sang mama, sambil menangis sesenggukan. Sedangkan Keynan hanya diam sambil mengerucutkan bibir. Karena penasaran Mayra pun bertanya kepada sang wali kelasnya.

"Ada apa ya Bu?" tanya Mayra kepada Bu Ine, wali kelas si kembar.

"Tadi Keyra sedang asik makan bekal sama Keynan, terus digangguin sama Nabila, mereka diledek nggak punya papa karena papanya lebih sayang sama Nabila," ucap wali kelas si kembar dengan raut muka yang tidak enak.

"Astaghfirullah, kenapa bisa anak kecil sudah pintar berbicara seperti itu," ucap Mayra sambil mengelus dada.

Mayra pun berjongkok agar bisa melihat ke arah kedua mata si kembar.

"Kalian berdua kesal ya dengan perkataan Nabila?" ujar Mayra lembut.

Si kembar menganggukan kepalanya, tangisan Keyra sudah berhenti tinggal isakan tamgisnya saja yang masih terdengar. Sedangkan Keynan sudah tidak mengerucutkan bibir lagi.

"Keya kesel Ma, Nabila pamer foto kalau abis jalan-jalan sama Nenek, sama papa juga. Padahal papa nggak pernah ngajak kita jalan-jalan. Keya sedih Ma, Keya kan juga ingin jalan-jalan. Kenapa sih selalu aja Nabila yang papa ajak? Papa nggak sayang sama kita," ucap Keyra mengeluarkan seluruh emosi yang sedang bergejolak di dadanya.

Sedangkan Keynan hanya diam saja, biasanya dia akan ikut menyahuti ucapan dari Keyra.

"Nanti kita jalan-jalan ya, bertiga sama mama mau?" tanya Mayra pada si kembar.

"Horeee, mau Ma," ucap Keyra dengan girang.

"Papa nggak usah diajak ya Ma, salah sendiri papa nakal sama kita," ucap Keynan.

Mayra tersenyum karena sang buah hati sudah tidak menangis lagi dan sekarang mereka sudah terlihat bahagia kembali. Ingin rasanya dia mendatangi sang adik ipar dan memintanya agar lebih mendidik Nabila dengan benar. Tapi Mayra mengurungkan niatnya tersebut, karena dia tidak ingin Doni marah. Doni akan selalu membela keluarganya dan akan selalu menyalahkan si kembar. Mayra tidak ingin hal tersebut mengganggu mental si kembar.

"Anak-anak mama ajak makan ice cream mau?" tanya Mayra begitu mereka keluar dari sekolah.

Mayra mengajak kedua anaknya untuk menuju suatu tempat karena hari ini dia ada janji untuk bertemu dengan seseorang yang begitu penting dalam hidupnya. Semalam setelah pertengkaran kecil dengan Doni, entah kenapa akhirnya Mayra menurunkan egonya untuk menghubungi sosok ini. Sudah lima tahun lamanya mereka tidak berjumpa sejak Mayra memutuskan untuk menerima pinangan dari Doni dan menjadi istri Doni.

Sesampainya di restoran tempat mereka bertemu, Mayra mengedarkan matanya menjelajahi cafe dan akhirnya dia sudah menemukan orang yang akan dia temui sudah berada di sana. Gegas Mayra menggandeng kedua anak kembarnya dan bergegas menemui orang tesebut.

"Assalamualaikum Ma, apa kabar?" sapa Mayra begitu tiba di depan seorang wanita yang masih terlihat cantik di usianya yang sudah tidak muda lagi tersebut.

"Waalaikumsam, ya Allah Mayra," jawab wanita tersebut sembari langsung memeluk Mayra dengan erat.

*****

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aku Mundur, Mas! (Bukan Istri Idaman)   Bab 38

    'Si*l, Mayra keterlaluan, berani benar dia mengatakan hal seperti itu kepada hakim,' batin Doni kesal.Sementara itu dalam batin Monika merasa khawatir dengan kehadiran atasannya itu. Dia merasa penasaran ada hubungan apa antara pemilim butik tempat dia bekerja dengan Mayra, hingga dia meluangkan waktunya untuk datang menghadiri sidang.'Meskipun Mayra bekerja di butik tempatku tapi masak iya kalau Mayra anaknya Bu Mayang? Sepertinya baik Mas Doni dan mamanya tidak mengenali beliau. Lagipula mana mungkin seperti itu, haha, aku terlalu banyak nonton sinetron di ikan terbang sepertinya,' batin Monika bermonolog."Baik untuk saudara Tergugat silahkan jika ingin menyampaikan sanggahannya!" titah Hakim Ketua."Saya menyanggah Yang Mulia, istri saya ini adalah istri yang boros. Dia hobi belanja, lihat saja penampilannya begitu glamor dan mewah bukan. Karena itulah saya menghukum dia dengan membatasi jatah uang belanja, jadi harap Yang Mulia mempertimbangkan hal tersebut," jelas Doni panjang

  • Aku Mundur, Mas! (Bukan Istri Idaman)   Bab 37

    POV MayraHari ini adalah hari dimana aku akan menjalani sidang perdana perceraian terhadap suamiku, Mas Doni. Aku merasakan gugup yang luar biasa ketika akan menjalani sidang ini."Mama, hari ini sibuk ya? Ayo kita jalan-jalan. Keynan bosan sekolah terus," rengek Keynan pagi itu.Aku terhenyak, tidak biasanya Keynam merengek meminta jalan-jalan seperti itu. Biasanya dia adalah anak yang sangat tenang. Apakah dia ikut merasakan jika hari ini adalah hari sidang perpisahan kedua orang tuanya?Aku pun menunduk ke arah Keynan, mencoba mensejajarkan posisiku dengannya hingga manik mataku tepat menatap manik matanya."Sayang, hari ini mama ada urusan dulu. Bagaimana kalau besok kita jalan-jalan? Kan sekolah Keynan besok libur, gimana?" rayuku kepada nocah tampan yang saat ini berdiri di depanku ini."Tapi Keynan bosan sekolah Ma," ujar Keynan padaku."Memangnya kenapa Keynan kok bosan sekolah?" tanyaku mencoba mengorek informasi."Di sekolah ada yang suka nempel-nempel sama Keynan Ma, makan

  • Aku Mundur, Mas! (Bukan Istri Idaman)   Bab 36

    Bu Kartika begitu terkejut ketika mendapati surat dengan keterangan pengadilan agama yang tertera di depannya. Surat tersebut ditujukan kepada Doni, sang anak."Surat apa ini?" tanya Bu Kartika seraya membawanya masuk ke dalam rumah.Dia bergegas membuka surat tersebut ketika sudah mendudukkan dirinya di sofa ruang tamu. Dan mulutnya ternganga ketika mendapati surat tersebut adalah surat panggilan sidang untuk Doni."Hanuummm.. Numm, sini cepet," teriak Bu Kartika.Hanum yang sedang menggunakan alis seketika mengumpat karena alisnya jadi tercoret cukup panjang. Dengan menggerutu Hanum mendatangi sang mama, yang terlihat bersungut-sungut di ruang tamu."Ada apa sih Ma? Kenapa teriak-teriak, alis Hanum jadi tercoret ini?" gerutu Hanum begitu tiba di depan Bu Kartika."Ini lihat ini, surat dari pengadilan agama buat mas mu, lihat ini!" seru Bu Kartika tidak mempedulikan gerutuan Hanum.Hanum melihat amplop coklat yang dibawa oleh Bu Kartika lalu merebutnya. Dia pun segera membuka amplop

  • Aku Mundur, Mas! (Bukan Istri Idaman)   Bab 35

    Mayra memijit pelipisnya yang terasa berdenyut. Dia merasa jengah sekali dengan kelakuan Doni. Ingin rasanya dia bertanya lagi kepada Pak Adnan kapan surat sidang perceraian itu bisa dikirim, namun dirinya merasa sungkan. Takut dibilang tidak sabaran oleh Pak Adnan. Tiba-tiba ponselnya berdering kembali, tanpa melihat siapa yang menelepon langsung saja dia mengangkat dan berkata judes."Halo apa lagi sih kamu ganggu terus!" bentak Mayra."Bu Mayra?? Apa ada masalah?" suara Adnan terdengar di pendengaran telinga Mayra.Mayra mengerutkan kening dan bergegas melihat ponselnya yang ternyata adalah Adnan. Mayra merutuki tingkahnya yang kurang sopan kepada pengacara tersebut."Ma-maaf Pak Adnan saya kira mantan suami saya yang menghubungi kembali," ujar Mayra pelan.Jujur dia tidak tahu lagi dimana harus menyembunyikan rasa malunya sekarang, kalau boleh dirinya ingin bersembunyi di kutub utara agar tidak ada orang yang menemukannya."Apa Pak Hendra masih sering mengusik Bu Mayra?" tanya Adn

  • Aku Mundur, Mas! (Bukan Istri Idaman)   Bab 34

    "Selamat pagi Bu Mayra, untuk sidang pertama surat dari pengadilan akan dikirim besok ya ke alamat masing-masing?" ujar Pak Adnan dari seberang telepon."Alhamdulillah. Lalu untuk sidangnya kapan berlangsung Pak?" tanya Mayra.Dia begitu lega akhirnya panggilan untuk sidang pertamanya dengan Doni akan segera berjalan. Dia sudah tidak ingin mempertahankan lagi biduk rumah tangganya dengan lelaki tersebut. Biarlah jika Monika ingin memiliki Doni seutuhnya, Mayra dengan ikhlas hati akan menyerahkannya.Mayra yang sedang disibukkan dengan laporan keuangan dari butiknya, ketika pengacara tersebut menghubungi dirinya."Sidangnya kurang lebih dua hari kemudian Bu," jawab Adnan."Baiklah kalau begitu, terima kasih banyak Pak Adnan atas bantiannya. Untuk sidang perdana biasanya yang dibahas apa ya Pak?" tanya Mayra."Biasanya mediasi dahulu Bu, jika nanti gagal biasanya akan berlanjut ke sidang selanjutnya. Untuk semua materi nanti sudah tim saya siapkan Bu Mayra," jelas Adnan panjang lebar."

  • Aku Mundur, Mas! (Bukan Istri Idaman)   Bab 33

    "Hanum ini dari Monika buat kamu," ujar Bu Kartika to the point.Hanum tersenyum kegirangan melihat paper bag yang diberikan kepada dirinya. Dia bergegas mengambilnya dan melihat isinya. Hanum begitu takjub begitu melihat isi di dalamnya, baju yang begitu simpel namun terlihat cantik sekali. Hanum dan Bu Kartika tidak tahu jika baju-baju yang sekarang berada di tangan mereka adalah baju hasil design dari orang yang selama ini mereka anggap tidak berguna, Mayra.*"Ahhhh mama ini bajunya bavus sekali, aku bisa pakai besok ketika jemput sekolah Nabila, pasti aku akan terlihat cantik sekali," teriak Hanum dengan norak.Sekilas raut wajah sinis sempat terlihat di wajah Monika namun tidak ada yang melihat perubahan wajah Monika tersebut."Lihat sayang mama dan adik aku terlihat begitu bahagia sekali," bisik Doni.Monika hanya mampu tertawa garing mendengar kalimat yang disampaikan oleh sang suami tersebut. Dia merasa jika ibu dan adik iparnya saat ini terlihat sesikit norak, namun tentu sa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status