"Assalamualaikum Ma, apa kabar?" sapa Mayra begitu tiba di depan seorang wanita yang masih terlihat cantik di usianya yang sudah tidak muda lagi tersebut.
"Waalaikumsam, ya Allah Mayra," jawab wanita tersebut sembari langsung memeluk Mayra dengan erat.*FLASHBACK OFF"Papa nggak bisa merestui kamu dengan dia May, kamu tahu sendiri pekerjaannya hanya seorang cleaning service. Bagaimana hidup kamu ke depan nanti? Sedangkan kamu dari kecil sudah terbiasa hidup penuh kemewahan?" ujar Pak Hendrawan kepada anaknya."Lagipula papa melihat ada yang janggal dengan sikapnya, menurut papa sikapnya terlalu dibuat-buat, terlalu palsu May," lanjut Pak Hendrawan.Mayra sedang meminta restu dari sang ayah agar diijinkan menikah dengan lelaki pilihannya. Lelaki yang menolongnya dari pencopet di kala sedang menunggu jemputan sopir di halte bus. Mayra jatuh cinta pada kebaikan hatinya, karena bagi Mayra sudah jarang di jaman sekarang ada seseorang yang rela berkorban demi menyelamatkan orang lain."Pa, jangan menilai seseorang dari tampilan luarnya. Meskipun hanya sebagai cleaning service Mayra yakin kalau Mas Doni akan menjadi imam yang baik bagi Mayra," ucap Mayra berusaha meyakinkan sang ayah.Pak Hendrawan menatap gusar ke arah sang anak, dia tidak meyangka bahwa sang anak akan bertindak seperti ini demi lelaki yang baru dikenalnya. Sedangkan Bu Mayang, mama Mayra hanya terdiam sambil menangis sambil berusaha ditenangkan oleh Reza, kakak Mayra."Kamu yakin dengan pilihan kamu Mayra?" tanya Pak Hendrawan pada sang anak."Iya, Mayra yakin sekali Pa. Mayra mohon restui Mayra menikah dengan Mas Doni," Mayra duduk bersimpuh memohon restu dari sang ayah."Kalau itu sudah menjadi pilihan kamu, baik Papa akan merestuinya, tapi Papa ingin kamu jangan memberitahukan jati diri kamu kepada Doni. Kamu harus mulai hidup dari bawah bersama Doni," ucap Pak Hendrawan."Tapi Pa.." terdengar suara bantahan dari Bu Mayang."Biar saja Ma, biar Mayra tahu dan merasakan hidup berumah tangga yang sebenarnya. Ini sudah menjadi resikonya menjadi istri seorang Doni Alamsyah," ucap Pak Hendrawan yang tidak ingin dibantah lagi."Ketika kamu menikah nanti, Reza akan menjadi wali kamu, dan sekali lagi papa minta jangan beritahu jati diri kamu sebenarnya. Dan nanti kamu akan tahu bahwa cinta saja tidak cukup dalam menjalankan biduk rumah tangga," ujar Pak Hendrawan sedaya meninggalkan ruang keluarga tempat mereka berkumpul.FLASHBACK OFF*"Kamu apa kabar May? Kenapa kamu memutus kontak dengan kami? Bahkan dengan kakakmu Reza sekalipun? Kenapa May?" tanya Bu Mayang sambil masih menangis."Mama ini siapa Ma? Kenapa nenek ini menangis?" tanya Keynan penasaran."Kabar Mayra baik Ma, oh iya kenalkan ini Keynan dan Keyra, anak kembar Mayra, cucu Mama," jawab Mayra.Bu Mayang yang melihat kedua orang anak kembar di depannya ini semakin tidak bisa menahan air matanya untuk tidak turun."Ini mamanya mama, yang berarti Oma kamu sayang," ucap Mayra memperkenalkan sang oma kepada sang cucu untuk pertama kali.Bu Mayang langsung berdiri dan memeluk kedua anak kembar tersebut dengan erat."Ya Allah, kalian berdua lucu sekali. Kalian boleh panggil Oma Mayang, kalian cucu Oma," ucap Bu Mayang tidak berhenti menangis.Beruntung tempat bertemu mereka saat ini berada di sudut ruangan sehingga adegan tangis menangis ini tidak mengganggu pengunjung yang lainnya."Sini mau duduk dekat Oma, kalian mau pesan apa? Pesan sesuka hati kalian ya," ucap Bu Mayang pada sang cucu.Keyra menatap sang mama sebelum mengiyakan permintaan Bu Mayang."Iya boleh sayang pesan apapun yang kalian mau," jawab Mayra sambil tersenyum lembut."Asiiiikkk!!" teriak Keyra dan Keynan bersamaan.Mayra tertawa melihat kelakuan anak kembarnya yang menggemaskan itu. Mayra kembali menatap sang mama dengan lembut. Dia rindu sekali dengan perempuan yang sudah lima tahun tidak dijumpainya ini. "Kamu kemana saja May? Kamu terlihat kurus sekali May, kamu baik-baik saja dengan Doni? Kenapa kamu memutus kontak dengan kami semua?" tanya Bu Mayang pada sang anak."Mayra.." ucapan Mayra terpotong oleh teriakan si kembar yang sudah memilih menu mereka."Ma, Keya mau kentang goreng pake telur ini ya Ma, terus minumnya yang rasa strawberry ini," ucap Keyra sambil menunjuk menu yang dia pilih."Kalau abang mau burger sama minuman coklat ini Ma," ucap Keynan yang juga sudah menentukan pilihan.Setelah memesankan makanan untuk si kembar, Mayra kembali fokus untuk berbicara pada sang mama. Sedangkan si kembar sedang asik menekuni buku mewarnai yang mereka bawa dari rumah."Kamu bahagia dengan pernikahanmu May?" tanya Bu Mayang penuh selidik.Mayra tidak kuasa untuk berbohong pada sang mama, akhirnya mengalirlah cerita bagaimana kelakuan Doni, nafkah yang dia berikan hingga perlakuan keluarganya terhadap Mayra dan juga si kembar. Semua dia ceritakan kepada sang mama, karena memang dia membutuhkan tempat untuk dia bisa meluapkan segala emosi yang dia rasakan selama lima tahun ini.Bu Mayang tercengang mendengar cerita Mayra, dia tidak hentinya meneteskan air mata."Mayra malu Ma, Mayra malu sama papa, mama, dan juga sama Bang Reza. Karena itu Mayra lebih memilih untuk memendam semuanya sendiri," ucap Mayra di akhir ceritanya."Ya Allah May, kamu itu anak mama, anak bungsu kesayangan Mama. Kenapa bisa kamu menyembunyikan semua ini dari kami. Papa setiap hari memikirkan kamu, papa sampai menyuruh orang untuk mengawasi kamu dari jauh. Kami tahu Nak, kami tahu semuanya tentang kamu dan juga perlakuan mereka. Tapi kami bisa apa kalau kamu tidak meminta bantuan dari kami? Karena yang lebih berhak atas kamu tentu suami kamu," jelas Bu Mayang."Maaf Ma, maaf," hanya kalimat itu yang bisa dia ucapkan berulang-ulang.Mayra menatap si kembar yang sedang asik makan makanan yang bisa dibilang tidak pernah mereka makan. Karena papa mereka memang tidak pernah mengajak mereka makan di restoran."Lalu rencana kamu selanjutnya bagaimana? Kamu harus bangkit May, kamu tidak boleh hanya berdiam diri sehingga keluarga mereka seenaknya saja menginjak-nginjak kamu," ucap Bu Mayang."Mayra mau kerja Ma, kalau mengharap Bang Doni memberikan nafkah yang sesuai kok ya rasanya tidak mungkin Ma. Sudah lima tahun Mayra berharap Bang Doni berubah tapi sampai sekarang belum ada titik terangnya," jawab Mayra."Tapi yang bikin Mayra bingung kalau Mayra kerja, bagaimana sama si kembar? Tidak mungkin Mayra menitipkannya pada ibu mertua," keluh Mayra."Astagaaa Mayra, kamu itu S2 fashion designer di usia 22 tahun, kenapa sekarang jadi lemot begini. Kamu pegang butik Mama aja. Kebetulan Mama udah capek mau istirahat, anak-anak kamu bisa kamu bawa ke butik," ucal Bu Mayang memberikan solusi.Mendengar tawaran dari sang mama, Mayra tersenyum bahagia. Bayangan masa depannya dan juga anak-anak menjadi lebih baik sudah terbayang di otaknnya.'Baiklah Mas, kamu tidak pernah tahu kan siapa aku karena kamu memang tidak mau tahu. Aku akan buktikan kalau Mayra yang kamu kenal tidaklah seburuk itu,' batin Mayra.*****'Si*l, Mayra keterlaluan, berani benar dia mengatakan hal seperti itu kepada hakim,' batin Doni kesal.Sementara itu dalam batin Monika merasa khawatir dengan kehadiran atasannya itu. Dia merasa penasaran ada hubungan apa antara pemilim butik tempat dia bekerja dengan Mayra, hingga dia meluangkan waktunya untuk datang menghadiri sidang.'Meskipun Mayra bekerja di butik tempatku tapi masak iya kalau Mayra anaknya Bu Mayang? Sepertinya baik Mas Doni dan mamanya tidak mengenali beliau. Lagipula mana mungkin seperti itu, haha, aku terlalu banyak nonton sinetron di ikan terbang sepertinya,' batin Monika bermonolog."Baik untuk saudara Tergugat silahkan jika ingin menyampaikan sanggahannya!" titah Hakim Ketua."Saya menyanggah Yang Mulia, istri saya ini adalah istri yang boros. Dia hobi belanja, lihat saja penampilannya begitu glamor dan mewah bukan. Karena itulah saya menghukum dia dengan membatasi jatah uang belanja, jadi harap Yang Mulia mempertimbangkan hal tersebut," jelas Doni panjang
POV MayraHari ini adalah hari dimana aku akan menjalani sidang perdana perceraian terhadap suamiku, Mas Doni. Aku merasakan gugup yang luar biasa ketika akan menjalani sidang ini."Mama, hari ini sibuk ya? Ayo kita jalan-jalan. Keynan bosan sekolah terus," rengek Keynan pagi itu.Aku terhenyak, tidak biasanya Keynam merengek meminta jalan-jalan seperti itu. Biasanya dia adalah anak yang sangat tenang. Apakah dia ikut merasakan jika hari ini adalah hari sidang perpisahan kedua orang tuanya?Aku pun menunduk ke arah Keynan, mencoba mensejajarkan posisiku dengannya hingga manik mataku tepat menatap manik matanya."Sayang, hari ini mama ada urusan dulu. Bagaimana kalau besok kita jalan-jalan? Kan sekolah Keynan besok libur, gimana?" rayuku kepada nocah tampan yang saat ini berdiri di depanku ini."Tapi Keynan bosan sekolah Ma," ujar Keynan padaku."Memangnya kenapa Keynan kok bosan sekolah?" tanyaku mencoba mengorek informasi."Di sekolah ada yang suka nempel-nempel sama Keynan Ma, makan
Bu Kartika begitu terkejut ketika mendapati surat dengan keterangan pengadilan agama yang tertera di depannya. Surat tersebut ditujukan kepada Doni, sang anak."Surat apa ini?" tanya Bu Kartika seraya membawanya masuk ke dalam rumah.Dia bergegas membuka surat tersebut ketika sudah mendudukkan dirinya di sofa ruang tamu. Dan mulutnya ternganga ketika mendapati surat tersebut adalah surat panggilan sidang untuk Doni."Hanuummm.. Numm, sini cepet," teriak Bu Kartika.Hanum yang sedang menggunakan alis seketika mengumpat karena alisnya jadi tercoret cukup panjang. Dengan menggerutu Hanum mendatangi sang mama, yang terlihat bersungut-sungut di ruang tamu."Ada apa sih Ma? Kenapa teriak-teriak, alis Hanum jadi tercoret ini?" gerutu Hanum begitu tiba di depan Bu Kartika."Ini lihat ini, surat dari pengadilan agama buat mas mu, lihat ini!" seru Bu Kartika tidak mempedulikan gerutuan Hanum.Hanum melihat amplop coklat yang dibawa oleh Bu Kartika lalu merebutnya. Dia pun segera membuka amplop
Mayra memijit pelipisnya yang terasa berdenyut. Dia merasa jengah sekali dengan kelakuan Doni. Ingin rasanya dia bertanya lagi kepada Pak Adnan kapan surat sidang perceraian itu bisa dikirim, namun dirinya merasa sungkan. Takut dibilang tidak sabaran oleh Pak Adnan. Tiba-tiba ponselnya berdering kembali, tanpa melihat siapa yang menelepon langsung saja dia mengangkat dan berkata judes."Halo apa lagi sih kamu ganggu terus!" bentak Mayra."Bu Mayra?? Apa ada masalah?" suara Adnan terdengar di pendengaran telinga Mayra.Mayra mengerutkan kening dan bergegas melihat ponselnya yang ternyata adalah Adnan. Mayra merutuki tingkahnya yang kurang sopan kepada pengacara tersebut."Ma-maaf Pak Adnan saya kira mantan suami saya yang menghubungi kembali," ujar Mayra pelan.Jujur dia tidak tahu lagi dimana harus menyembunyikan rasa malunya sekarang, kalau boleh dirinya ingin bersembunyi di kutub utara agar tidak ada orang yang menemukannya."Apa Pak Hendra masih sering mengusik Bu Mayra?" tanya Adn
"Selamat pagi Bu Mayra, untuk sidang pertama surat dari pengadilan akan dikirim besok ya ke alamat masing-masing?" ujar Pak Adnan dari seberang telepon."Alhamdulillah. Lalu untuk sidangnya kapan berlangsung Pak?" tanya Mayra.Dia begitu lega akhirnya panggilan untuk sidang pertamanya dengan Doni akan segera berjalan. Dia sudah tidak ingin mempertahankan lagi biduk rumah tangganya dengan lelaki tersebut. Biarlah jika Monika ingin memiliki Doni seutuhnya, Mayra dengan ikhlas hati akan menyerahkannya.Mayra yang sedang disibukkan dengan laporan keuangan dari butiknya, ketika pengacara tersebut menghubungi dirinya."Sidangnya kurang lebih dua hari kemudian Bu," jawab Adnan."Baiklah kalau begitu, terima kasih banyak Pak Adnan atas bantiannya. Untuk sidang perdana biasanya yang dibahas apa ya Pak?" tanya Mayra."Biasanya mediasi dahulu Bu, jika nanti gagal biasanya akan berlanjut ke sidang selanjutnya. Untuk semua materi nanti sudah tim saya siapkan Bu Mayra," jelas Adnan panjang lebar."
"Hanum ini dari Monika buat kamu," ujar Bu Kartika to the point.Hanum tersenyum kegirangan melihat paper bag yang diberikan kepada dirinya. Dia bergegas mengambilnya dan melihat isinya. Hanum begitu takjub begitu melihat isi di dalamnya, baju yang begitu simpel namun terlihat cantik sekali. Hanum dan Bu Kartika tidak tahu jika baju-baju yang sekarang berada di tangan mereka adalah baju hasil design dari orang yang selama ini mereka anggap tidak berguna, Mayra.*"Ahhhh mama ini bajunya bavus sekali, aku bisa pakai besok ketika jemput sekolah Nabila, pasti aku akan terlihat cantik sekali," teriak Hanum dengan norak.Sekilas raut wajah sinis sempat terlihat di wajah Monika namun tidak ada yang melihat perubahan wajah Monika tersebut."Lihat sayang mama dan adik aku terlihat begitu bahagia sekali," bisik Doni.Monika hanya mampu tertawa garing mendengar kalimat yang disampaikan oleh sang suami tersebut. Dia merasa jika ibu dan adik iparnya saat ini terlihat sesikit norak, namun tentu sa