Tiga bulan telah berlalu, kedekatan Keanu dan Kinan sudah tak menjadi rahasia umum lagi. Laki-laki berusia dua puluh tujuh tahun itu sering datang ke toko kue hanya untuk mengobrol santai bersama Kinan. Bahkan Bu Melinda seperti tak melarang anak laki-lakinya itu berhubungan dengan karyawatinya dan mengetahui jika Keanu menaruh rasa pada Kinan. Namun, Keanu sepertinya masih malu-malu mengungkapkan perasaan saat dekat dengan gadis itu.
Hari ini, sebelum ke rumah sakit, Keanu lagi-lagi mampir di toko kue. Seperti biasa, ia menggoda Kinan yang sibuk menata kue di etalase. “Nanti malam ada acara, nggak?” tanya Keanu.
Kinan yang menunduk menata kue kemudian berdiri dan melipat kedua tangannya di atas etalase menanggapi Keanu. “Mau ngajak nonton lagi?”
“Bosen, yang lain! Kamu tau ada bakmi enak di ujung jalan sini?”
Kinan mengerutkan kening, tak biasanya Keanu mengajaknya makan di pinggir jalan. Bahkan bisa dibilang, laki-lak
Kevin terus mengerutkan wajahnya menatap Kinan. Ia menyipitkan mata ke arah perut langsing gadis itu. Kinan yang sadar akan tatapan tak wajar itu gugup dan langsung menutupi perutnya dengan tangan. “Lo, nggak hamil?” Kinan mengernyit mendengar pertanyaan Kevin. “Atau lo, jangan-jangan gugurin anak itu?” Gadis itu ternganga. “Apaan sih?” “Ngaku aja! Siapa laki-laki tadi? Dua kali gue lihat mobil itu nganter elo terus!” gertaknya yang membuat Kinan menjauhkan kepala. “Itu bukan urusanmu! Dan urusan kita udah selesai!” tegas Kinan dengan wajah geram. “Siapa bilang?” Kevin berjalan mendekatinya dengan mengangkat dagu. Kinan menggeser kakinya pelan ke belakang menghindari laki-laki itu. “Lo belum bayar utang lo yang empat jam itu!” Gadis itu melebarkan matanya. Ia menggelengkan kepala. “A-ku akan ngembaliin uang Mas Aldo!” ucapnya gugup. Ia mengigiti bibir bawahnya. Kartu ATM yang berisi uang transferan dari Aldo hilang entah ke mana. Yang
“Ya, kamu buat apa?” tanya Keanu dengan wajah geram. Kinan hanya meremas-remas tangannya, ia bahkan tak menjawab pertanyaan yang dilayangkan Keanu padanya. “Hei!” gertak Keanu yang membuat Kinan terlonjak.“Ya?” Gadis itu menoleh ke arahnya.“Malah ngelamun? Buat apa?”Kinan menggelengkan kepalanya cepat. Rasanya belum berani saja jika ia menceritakan kenyataan yang sebenarnya pada Keanu. Ia juga takut Keanu akan berpikiran lebih buruk dengannya.“Kak, kita mau ke mana?”“Kamu mau jalan ke mana?” tanya kembali Keanu.Kinan berpikir sejanak. Rasanya tak mungkin keadaan pikirannya yang kacau saat ini untuk jalan-jalan sekedar bersenang-senang. Ia harus mencari jalan keluar lepas dari ancaman Kevin.Gadis itu menipiskan bibirnya. “Kita ke rumahku ya, Kak!”Keanu mengerutkan kening dan memundurkan kepalanya menatap Kinan. “Ngapain?”
“Kok kamu ngegas sih, Kak?” teriak Kinan tak terima.“Gimana nggak ngegas, sekarang Mama maksa aku buat cepat-cepat nikah. Aku itu cuma dekat sama kamu. Yang Mama kenal wanita yang dekat aku itu cuma kamu sama Clara. Aku jelas nggak mau nikah sama dia!” tegas Keanu dengan merengut kesal pada gadis yang duduk di depannya itu.“Perawat di rumah sakit tempatmu bekerja ‘kan cantik-cantik, Kak! Apalagi dokter muda yang cewek-cewek itu, kamu bisa pilih sesuka hatimu. Mereka pasti nggak nolak!” usul Kinan.Keanu membuang wajahnya lalu menatap Kinan kembali. “Sekarang, kamu yang sering jalan sama aku aja nggak mau. Apa lagi mereka?” Keanu berdiri dan berpindah duduk di sofa ruang tamu.Kinan melihat nasi Padang Keanu yang masih terbungkus rapi ditinggal begitu saja. “Kamu nggak makan, Kak?” Keanu menggerutu tak jelas sembari melempar pandangannya ke teras rumah. “Aku bawa, buat makan nanti ka
Kinan ternganga mengetahui Keanu mengenal Kevin. Kevin masih saja terdiam menatap Keanu dengan wajah datar.“Kamu, kok kenal Kevin, Kak?” tanya Kinan penasaran.“Jadi, benar dia Kevin?” Wajah Keanu berubah semringah seketika saat Kinan mengangguk pelan. Keanu berlari dan memeluk Kevin erat. “Vin, bagaimana kabarmu sekarang?” tanya Keanu dengan menepuk-nepuk bahunya. Kinan masih bingung dengan mereka.Kevin melepas paksa pelukan Keanu dan berusaha tak begitu menanggapinya. Keanu mengernyitkan dahi melihat reaksi Kevin padanya.“Gue baik-baik aja!” ucapnya datar.Keanu mencoba merangkulnya kembali. “Kamu tau dari mana, aku dan Mama ada di sini?”“Gue ke sini hanya ingin ketemu dengan Kinan!” jawab Kevin dengan ketus seolah tak memerdulikan pertanyaan Keanu.“Kamu mengenal Kinan? Atau, jangan-jangan Kinan yang memberitahu jika aku dan Mama tinggal di sini,&rdqu
“Maaf, Kak! Kepalaku lagi sakit,” keluh Kinan dengan memijat keningnya. Ia belum sanggup bercerita yang sebenarnya pada Keanu tentang masalahnya dengan Kevin.“Ya sudah, istirahatlah dulu! Tapi, aku mohon, jangan pergi dari sini Kinan?” Kinan mengangguk lemas. Keanu berjalan pergi meninggalkan kamarnya sembari terus menoleh ke arah Kinan.Sementara, Kevin terus melajukan kencang mobilnya. Suasana hatinya hancur. Ia sangat kecewa dengan kenyataan yang berada di depan mata, jika laki-laki yang dekat Kinan adalah Keanu kakak kandungnya sendiri.Ia juga tak tau harus percaya Papa atau Mamanya. Karena yang Kevin tau selama ini, Mamanya lah yang meninggalkannya tanpa mau menemuinya sama sekali.Kevin membanting pintu mobil sesampai di halaman rumahnya yang luas itu. Ia berlari kecil dengan wajah ditekuk menuju rumahnya.Saat membuka pintu, Papanya menyambutnya dengan wajah masam. “Dari mana saja kamu, Vin?” teriakan Pa
Pagi ini Kinan seperti tak bersemangat untuk menjalani harinya. Semalam ia bahkan hampir tak tidur memikirkan nasibnya malam ini ditangan Kevin. Pandangannya kosong saat memindahkan kue dari dapur dan memberikannya pada Tesa.“Kamu kenapa, Kin?” tanya Tesa yang membuatnya terlonjak.Kinan menggelengkan kepala. “Nggak apa-apa,” jawabnya pelan.“Kinan!” panggil Keanu yang datang pagi-pagi sekali ke toko kue.“Iya, Kak!”Keanu mendekat di etalase tempat Kinan dan Tesa menata kue. “Nanti malam nggak ada acara, ‘kan?”“Ya enggaklah, Dok!” sahut Tesa yang membuat Kinan mengerutkan kening.“Kita makan malam di luar, ya?”“Enak banget ditraktir makan mulu. Aku kapan?” Kinan menggelengkan kepalanya dengan wajah berkerut.“Aku nanti malam ada acara, Kak!”“Acara?” Gadis itu mengangguk. “Acara a
Kinan menoleh ke arah Kevin. “Ngomong dong dari tadi! Ini nasi gorengnya udah mau matang,” ucapnya dengan mengerutkan wajah. Kemudian Kinan membalik badan menghadap Kevin. Melihat Kevin tak ada reaksi hanya menatapnya saja, Kinan kembali melanjutkan memasaknya, ia menyunggingkan bibir dan menoleh ke belakang. “Atau ... mau aku buatin lagi!” “Kelamaan,” gertak Kevin yang seolah tau rencana Kinan. Laki-laki itu berjalan pelan mendekati Kinan lalu memeluk secara tiba-tiba gadis itu dari belakang. Kinan terlonjak dan kesulitan menelan saliva. “Kamu jangan macam-macam, Vin!” Gadis itu menunjukan pisau yang dipegang. “Jangan macam-macam gimana? Kita malam ini ‘kan emang mau macam-macam. Masak lo lupa?” Kevin mengambil pisau dari tangan Kinan dengan santai dan menaruhnya. Jantungnya berdetak tak biasa, gadis itu menggedikkan bahu geli dengan hembusan napas Kevin yang membuat lehernya merinding. “Lepasin, Vin! Aku lapar!” Kinan mencoba melepaskan kedua
Kinan mencium bibir Kevin secara tiba-tiba. Tanpa ada rasa canggung, gadis itu menarik tangan Kevin untuk meremas kuat dadanya sembari terus menikmati penyatuan bibir mereka.Permainan jari Kevin di bagian tubuh sensitifnya, membuat gadis itu tak mampu menahan lebih lama lagi. “Vin!” teriaknya dengan napas terengah.Kevin berdehem, sementara Kinan membusungkan dadanya. Rasanya tak mau terlalu lama mengulur waktu untuk terbang bersama laki-laki yang menjadi cinta pertama itu.Kevin melepaskan penyatuan bibir mereka dan memberikan kecupan di sekitar telinga dan leher gadis yang mendesah tak tertahan itu. “Suka?” bisik Kevin yang pasti membuat Kinan mengangguk antusias. “Tunggu sebentar!”Laki-laki itu tak mau rugi dengan malam ini. Ia sengaja merekam kebersamaannya bersama Kinan dengan ponsel yang sudah ia siapkan sebelumnya.Kinan terus memanggil-manggil nama Kevin. Menurutnya laki-laki itu terlalu lama meninggalk