Share

Rayuan

Author: Okta Diana
last update Last Updated: 2021-08-26 13:25:31

Hari sudah berganti. Kinan mencium tangan Ayahnya yang mengantar sekolah pagi ini. "Belajar yang rajin ya Nak! Ayah yakin, kelak kamu pasti jadi wanita hebat."

"Iya Yah. Ayah hati-hati di jalan, ya!"

"Ya sudah kamu masuk sana!" pinta Ayahnya karena bel sudah berbunyi. Kinan mengangguk lalu tiba-tiba saja ingin memeluk erat Ayahnya. Setelah ia puas memeluk Ayahnya, gadis itu berlari dan melambaikan tangannya beberapa kali. Laki-laki paruh baya itu membalasnya dengan senyuman.

Pagi ini suasana kelas terdengar begitu bising. Suara gelak tawa dari teman-teman Kinan yang sedang melepas canda tawa tidak begitu ia pedulikan. Gadis itu melangkahkan kaki cepat dan terus menundukkan kepala menuju bangkunya.

Alya yang sudah berada sejak tadi di sampingnya, melirik sejenak ke arah Kinan. Seruan Kinan untuk merahasiakan semua semalam sedikit membuat Alya kecewa. Menurut gadis itu, perbuatan Kevin tidak bisa begitu saja dibiarkan.

Lemparan kertas berbentuk pesawat mendarat sempurna tepat di depan mata Kinan. Ia menoleh ke arah Kevin yang seperti sengaja memamerkan lesung pipinya yang menggoda pada gadis itu.

Gue senang hari ini bisa ngelihat lo lagi.

Satu kalimat yang mampu sedikit mengoyahkan hati Kinan. Alya sengaja memanjangkan lehernya agar bisa ikut membaca pesan Kevin. Alya mencebikkan bibir dan melirik pada Kevin yang terus saja melempar senyum.

"Jangan lo lupain sama kesepakatan kita, Kin! Tau sendiri 'kan, Kevin nggak bersikap kayak gitu sama lo aja. Semua cewek dia gituin!" sindir Alya dengan berbisik di telinganya. Kinan hanya mengangguk dan meremas kertas itu, kemudian membuangnya. Kevin yang melihatnya hanya menyunggingkan bibir seolah sudah biasa dengan reaksinya.

Disaat jam istirahat, Kinan masih setia duduk di kursinya. Ajakan Alya ke kantin pun ia jawab dengan gelengan kepala. Ia fokus memandangi nilai ulangan matematika kemarin yang tidak begitu memuaskan. 

"Biasanya juga dapat segitu, 'kan?" sindir Alya. Kinan menoleh kemudian menatap kembali kertas itu.

 

"Gue ngerasa bersalah aja sama Ayah," jawabnya lirih.

 

"Tumben."

Kinan hanya terdiam. Kevin berjalan mendekatinya, kemudian duduk menghadap Kinan tepat di depan bangkunya. Kinan memundurkan kepala karena merasa malu diperhatikan teman sekelas yang sebagian masih ada di kelas. Ia menoleh ke arah kiri kanan, teman-temannya berbisik seolah sedang membicarakannya.

 

"Lo, nggak ke kantin?" tanya Kevin dengan mengangkat sebelah alisnya. Alya yang melihatnya memajukan bibir bawahnya kembali dan membuang muka. Sedangkan, Kinan hanya menggelengkan kepala lemas. "Mau gue beliim minum, atau makan?" Ia bertanya kembali.

 

"Yuk Kin, kita ke kantin!" ajak Alya kembali.

"Lo duluan aja Al! Gue masih kenyang."Alya menatap sinis Kevin lalu pergi meninggalkan mereka.

"Berapa nilai matematika lo kemarin?" Kevin terus menatap lekat gadis itu.

"Enam puluh, seperti biasanya," jawabnya lirih dan tidak bersemangat. Kevin menganggukkan kepalanya.

"Jadi, lo sedih hanya karena itu atau ada hal lain?"

"Memang apa urusan lo?"

"Ya kalau hanya karena nilai matematika, gue bisa bantu. Tapi, kalau karena masalah yang kemarin gue benar-benar nggak tau lagi apa yang  harus gue lakukan agar lo mau maafin gue!" Dia menjeda sejenak ucapannya. "Kinan, lo dengarin gue! Banyak kok, cewek yang udah nggak perawan lagi sebelum mereka nikah. Nggak cuma lo, jadi tenang aja! Semua jangan lo jadiin beban hidup!" ucapnya dengan terus memandang manik mata hitam Kinan.

 

"Gue jangan lo samain sama cewek yang lo maksud! Bagi gue ini penting, Vin!" tegasnya yang membuat Kevin menggaruk kepalanya yang tak gatal beberapa kali.

"Yang lo takutkan itu, apa?" tanyanya dengan mengerutkan dahi dalam.

"Jelasin ke laki-laki, yang kelak bakal jadi suami gue jika gue udah nggak perawan lagi!" Kevin mengembuskan napas gusar seraya memejamkan mata. Menurutnya, Kinan begitu terlalu berpikiran jauh tentang semua ini.

"Ya lo jujur aja sama suami lo kelak, kalau hilangnya keperawanan lo karena terjatuh, selesai! Mereka pasti terima. Lagi pula belum tentu juga mereka juga masih perjaka. Sudah lah Kinan! Lupakan masalah ini! Gue belikan minuman ya? Tunggu sini!" Kevin berlari keluar kelas tanpa persetujuan Kinan.

Tidak butuh waktu lama, ia kembali. Sambil membawa satu botol teh, ia menyerahkan minuman itu pada Kinan.

"Minum!" Kinan hanya terdiam menatapnya, "atau, mau gue bukain?" Kemudian Kevin membuka tutup botol itu.

Kinan meraih dan meneguknya. Laki-laki di depannya itu terus menarik garis lengkung bibirnya sembari memiringkan kepala menatap Kinan yang mulai salah tingkah.

Kinan bahkan kesulitan menelan saliva dan hanya bisa menunduk malu.

Tidak seperti biasa, ia kali ini tidak mampu menolak semua perhatian Kevin padanya.

"Kalau nggak ada yang mau sama gue, gimana?" tanya Kinan kembali pada Kevin.

"Lo cari gue!" Kevin meraih kedua tangan Kinan dan mengelus punggung jari lentik itu dengan ibu jarinya. Seketika hatinya luluh, ia begitu merasakan kesungguhan dalam diri Kevin tidak seperti yang biasanya. Gadis itu merasa, jika Kevin akan benar-benar bertanggung jawab atas semua ini.

Dalam hatinya ada ketenangan. Ditambah, perlakuan Kevin selama jam istirahat yang terus berusaha menemani dan menghiburnya. Seolah, ia sudah mengikhlaskan semua yang hilang dalam dirinya.

Alya yang tiba-tiba datang membuat Kinan terlonjak. Ia menelan paksa salivanya dan menyembunyikan kedua tangan yang sedari tadi dipegang Kevin. Alya berdehem, seolah menyindir mereka. Kinan menunduk malu, ia merasa bersalah karena hatinya semudah itu luluh dengan sikap Kevin.

"Sudah bel tuh! Masih pacaran aja!" sindir Alya dengan melempar bokongnya di kursi.

 

Kevin menyunggikan bibir atasnya dan berdiri dari kursi di depan Kinan. "Lo bawa motor, nggak?" tanya Kevin pada Kinan. Gadis itu hanya menggelengkan kepala, "nanti gue anterin pulang mau?" timpalnya lagi.

Hati Kinan seolah tidak ingin menolaknya, tapi ia tidak enak hati pada Alya. Kinan menoleh ke arah Alya seolah ingin teman sebangkunya itu memberi izin padanya agar menerima tawaran Kevin.

"Lah, kok malah lihatin gue?" Alya membuang muka kesal.

"I-iya boleh," jawab Kinan lirih dan ragu pada ajakan Kevin. Alya mengernyit. Kevin kembali ke bangkunya dengan perasaan bangga.

"Sedikit aja lo buka hati buat laki-laki kayak Kevin, siap-siap untuk sedia plester!" ucap Alya dengan mengambil buku pelajaran di tasnya menaruhnya di atas meja.

"Buat apa plester?"

"Ya buat nyambungin hati lo yang patah!" gertak Alya.

 

"Lo kira gue sebodoh itu, buka hati buat Kevin?" Kinan melirik ke arah Kevin yang sedang bercengkrama dengan teman sebangkunya.

"Kemungkinan besar itu ada, lihat mata lo! Begitu berbinar menatapnya. Kevin itu tampan, kaya, terkenal di sekolah, idola para cewek-cewek pula. Bisa aja lo nyerahin hati cuma-cuma untuknya!"

 

Kinan terkekeh kecil. "Gue masih ingat kesepakatan kita!"

Alya menganggukan kepalanya tiga kali seraya menunjuk wajah Kinan dengan telunjuknya. "Bagus. Semoga lo ingat terus akan hal itu! Dan ingat juga, kalau keperawanan lo hilang karena dia!"

Saat bel pulang berbunyi Alya langsung meraih tasnya dan memberi pesan pada sahabatnya, "Jangan mau di belokin! Asal lo tau ya, kemarin malam itu cowok juga ngerayu gue ke arah sana!" sindir Alya dengan mengerucutkan bibirnya.

Kinan terkekeh dengan menutupi mulutnya. "Kalau nggak belok nabrak dong!"

"Ye malah pura-pura polos!" Alya membuang muka dengan perasaan dongkol, "terserah lo deh!" Ia langsung pergi keluar kelas meninggalkan Kinan.

Setelah Alya pergi, Kevin mendekati Kinan. Ia menggeser kursi kosong dan duduk di dekatnya.

"Pulang nanti, apa sekarang?" tanyanya dengan jarak wajah yang begitu dekat dengan gadis itu. Hidung mancung Kevin begitu dekat dengan hidungnya. Pahatan rahang yang hampir sempurna ditambah tatapan mata elang yang dimiliki laki-laki itu membuat jantungnya semakin tidak kuat ingin berlari keluar dari sarangnya.

 

"Sekarang!"

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aku Perawan   Menepati Janji (END)

    Pagi ini, Kinan tersenyum puas melihat Kevin masih tertidur lelap dengan posisi tengkurap di sampingnya. Ia memandang lekat suaminya itu dan merasa begitu bahagia bisa memiliki seutuhnya dan cintanya selama ini terbalas.Satu ciuman mendarat di pipi laki-laki yang dulunya terus membuat tersulut emosi itu. Hanya berbalutkan selimut tebal, Kinan kini menyibakkan penutup tubuhnya dan mulai memunguti lingerie di lantai yang ia kenakan semalam.Berjalan pelan ke kamar mandi karena perut bagian bawahnya terasa tak nyaman sekali. Semalam ia sampai lupa berapa kali mencapai puncak kenikmatan karena ulah suaminya itu.“Bangun!” Kinan menguncang tubuh Kevin. “Mama telepon, Khalo nyariin kita terus!”Kevin menggeliatkan tubuhnya. “Ini baru jam berapa, sih?” gerutunya.“Jam sepuluh! Ayo kita balik! Nggak enak sama Mama.”Ke

  • Aku Perawan   Mengisi Waktu Di Tengah Kemacetan

    “Kita ajak Khalo jalan-jalan habis itu, kita titipin Mama sebentar, ya!” usul Kevin dengan wajah merengut saat bersiap akan menepati janji pada Khalo untuk membelikannya mainan pagi ini.“Nggak enak lah sama Mama, pasti Mama juga sibuk ngurusin toko kue.”“Waktu kita tinggal besok, Kinan! Malam ini kita harus pergunakan dengan baik. Kamu nggak tau rasanya sakit banget ini dari semalam nggak mau tidur.” Kevin mengarahkan mata ke celananya.“Terus kita mau lakuin di mana?”Kevin mendekati Kinan dengan menyunggingkan bibir atasnya. “Kamu mau di mana?”“Cari suasana beda lah! Masak di kamar terus?” Kinan mengerucutkan bibirnya.“Kita sewa hotel di puncak, ya?” usul Kevin.Kinan tersenyum malu mengiyakannya. “Kamu siapin keperluannya. Dan ... lingerie sem

  • Aku Perawan   Gagal

    “Papa!” teriak Khalo berlari memeluk Kevin yang tiga hari ini ke luar kota meninggalkannya. Sudah tiga tahun usia anak laki-laki mereka. Kebahagiaan terus menyelimuti walaupun sikap Kevin masih saja membuat Kinan geram.“Papa kangen banget sama kamu, sayang!” Kevin mencium putra itu berkali-kali.“Papa bawa oleh-oleh?” Dari sorotan mata anak itu berharap banyak. Namun, kali ini Kevin tak membawa apapun. Ingin cepat pulang membuatnya melupakan itu semua.“Besok aja kita jalan-jalan, ya! Nanti kamu bisa milih mainan sesuka hatimu!”“Ya nggak sesuka hati juga! Kamu ngajarin nggak bener,” sindir Kinan lirih yang membuat Kevin berdecak.“Ya udah, ayo kamu bobok! Ini udah malam.” Kevin menggendong Khalo ke kamarnya.Anak itu mengerucutkan bibirnya gemas sembari menggelengkan kepalanya. “A

  • Aku Perawan   Khalo Arkananta

    Hari ini Kevin mengajak Kinan kembali ke rumah, sudah hampir dua minggu mereka tinggal di rumah Bu Melinda. Tak seperti sebelumnya, keadaan Kinan kini mulai membaik. Banyak terukir senyum di wajahnya. Kevin benar-benar memanjakan dan menghiburnya akhir-akhir ini.Laki-laki itu tiba-tiba saja mengarahkan mobilnya di rumah pemberian Sang Papa dulu. Kinan mengernyit heran, bukannya suaminya itu anti menerima pemberian dari Papanya?“Kenapa kita ke sini?” tanya Kinan.Kevin mematikan mesin mobilnya. “Kita akan tinggal kembali di sini! Kamu mau ‘kan?”Laki-laki itu keluar dari mobil dan berlari kecil membukakan pintu mobilnya. Asisten rumah tangga juga bersiap di depan membantu mereka membawa koper masuk dalam rumah.Di dalam rumah, kedatangan mereka disambut hangat oleh Papa Kevin. “Akhirnya kalian pulang juga. Papa sudah nggak sabar mau menimang c

  • Aku Perawan   Resign

    “Ka-kamu mau apa?” tanya Kinan gugup karena Kevin mendekatinya setelah mengunci rapat pintu kamar. Laki-laki itu sudah menemukan cara untuk membantu istrinya lewat informasi dari internet yang ia baca.Kevin duduk dibelakang Kinan yang menyelonjorkan kakinya di atas tempat tidur. Tiba-tiba mendekapnya erat dari belakang dan menciumi pipi lembut itu.“Aku mencintaimu,” bisiknya yang membuat Kinan bergidik geli. Ia mengernyit dengan sikap suaminya itu. “Buka kancing bajumu!”“Kamu mau apa, Vin? Aku baru melahirkan. Kenapa kamu nggak bisa menahannya?” Kinan menatap Kevin dengan raut wajah ketakutan.“Sini aku bantuin biar susumu keluar banyak!” Tanpa persetujuan Kinan, laki-laki itu membuka satu persatu kancing baju istrinya. “Keluarin dari bra!”“Kamu mau apa?” gertak Kinan tak terima.

  • Aku Perawan   Harus Bagaimana

    Beberapa hari di rumah sakit akhirnya dokter mengizinkan mereka pulang. Sikap dingin Kinan pada Kevin masih saja ditunjukan. Seberapa besar perhatian suaminya itu padanya tak membuat Kinan tersentuh. Ia merasa berada dititik rendahnya saat ini.“Kita tinggal di apartemen saja, ya?” Kevin menawarkan. Namun, Kinan menggelengkan kepalanya tak setuju.“Aku mau ke rumahku saja!” jawabnya lirih. Kevin mengangguk mengiyakan. Sebenarnya Bu Melinda menawarkan untuk sementara mereka tinggal di rumahnya sampai keadaan Kinan benar-benar pulih. Namun, tolakan yang selalu terdengar.Salah satu baby sitter disewa Bu Melinda untuk membantu Kinan dan tinggal di rumahnya. Rasanya tak tega melihat kedua anaknya itu kerepotan berjuang sendiri.Kinan berdiri terdiam di depan kaca riasnya. Melihat tubuhnya yang masih dipenuhi lemak, serta wajah yang tak terawat semakin membuatnya berkecil hati.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status