Share

Kecelakaan

Penulis: Okta Diana
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-26 13:27:18

Kinan gugup dan berusaha menghindar dengan tangan sibuk mengambil tasnya.

"Ayo, nanti nyokap lo nyari!" ajak Kevin yang sekarang sudah bersiap dengan mengulurkan tangannya.

Kinan berusaha tidak mengindahkan uluran tangan itu. Berjalan mendahului Kevin, tapi berharap dalam hati kecilnya jika laki-laki itu akan terus mengejarnya.

Ia tiba-tiba menghentikan langkah, melihat sekelilingnya yang masih di penuhi siswa lain yang bersiap keluar sekolah untuk pulang.

"Ada apa?" tanya Kevin dengan wajah datar.

"Biar sepi dulu! Gue malu, boncengan sama lo!" Kevin tertawa kecil seraya menggaruk kepalanya. Ia lalu mencebikkan bibir dan mengangguk-anggukan kepala. Kinan duduk di sebuah kursi yang tidak jauh dari mereka.

Kevin pun mengikuti dan duduk di sebelahnya. "Kenapa, lo malu jalan sama gue?" tanya Kevin.

"Lo 'kan cowok popular di sekolah ini."

"Gue, nggak ngerasa kayak gitu!"

Kinan membuang muka seolah tidak percaya. "Lo ngerendah untuk meninggi, itu nggak akan mempan bagi gue. Gue beda sama cewek-cewek lain."

Kevin mengangguk. "Ya ... sejak pertama gue ketemu sama lo, gue udah tau lo beda sama cewek lain. Itu yang gue suka dari lo!"

Kinan kesulitan menelan salivanya dan memundurkan kepala, menatap sedikit menjauh raut wajah yang menurutnya tidak bercanda.

Kevin menganggkat kedua alisnya seolah ingin Kinan merespons ucapan yang keluar dari mulutnya. Yang ada Kinan memberi senyum setengah dan membuang mukanya malu.

"Dari dulu sampai sekarang, sepertinya lo sama Alya kenapa benci banget ya sama gue?"

"Gue, nggak benci lo!"

Daun kamboja yang jatuh diterpa angin tidak sengaja menempel di rambut Kinan. Kevin mengerutkan kening dan mencoba mengambil daun itu. Kinan menggedik malu.

"Kenapa rambut lo nggak pernah lo urai? Padahal bagus banget," tanyanya dengan memiringkan kepala.

"Gue nggak mau ribet aja, lagian itu bukan urusan lo!" Kinan berdiri dan melangkahkan kaki pelan karena ia merasa sekolah sudah sepi. Sesekali ia menoleh ke belakang. Kevin yang masih duduk dan memandanginya tak segera menyusul membuatnya mendengus kesal.

Ia menghentikan langkah dan membalikkan badan. Menggeretakkan gigi-giginya dengan alis yang hampir menyatu. Kenapa laki-laki itu hanya tersenyum dan tidak mengikutinya?

Kevin yang melihat reaksi Kinan kemudian berdiri dan berjalan menghampirinya. "Lo itu mau ngajak pulang bareng, nggak? Kalau nggak, gue bakal pulang sendiri!"

"Habisnya, lo ninggalin gue gitu aja!" Seolah tidak peka membuat Kinan semakin geram. Kevin menyunggingkan ujung bibir melirik gadis itu.

Mereka berjalan beriringan layaknya sepasang kekasih. Rayuan Kevin seketika mampu membuat Kinan yang awalnya geram berubah menjadi nyaman. Bahkan, gadis itu terlihat mengulur waktu melangkahkan pelan kakinya menuju tempat parkir.

Sambil melingkarkan helm di lengannya, Kevin bersiap untuk mengantar Kinan. Menaiki motor sportnya yang tampak begitu elegan, menambah kesan tampan pada dirinya. Aroma parfum maskulin juga menyeruak masuk dalam indera penciuman Kinan, membuat gadis itu tidak mampu untuk menahan melingkarkan kedua tangannya erat pada Kevin.

"Lo, pengen pulang cepat?" tanya Kevin yang kini pelan mengendalikan motornya.

"Terserah lo!"

"Kenapa cewek itu kalau ditanya selalu aja jawabnya terserah? Apa, nggak ada jawaban pasti?"

Kinan mencebikkan bibirnya. "Memang, lo mau ngajak gue kemana?"

"Gue traktir makan mau, nggak?"

Gadis itu terdiam sejenak, rasanya tidak ingin menolak tawaran Kevin. Namun, makan akan membutuhkan waktu lama, jika ia pulang terlambat pasti Ibunya marah. Terlebih lagi, bersama teman laki-lakinya.

"Nanti gue dimarahin nyokap," ucapnya lirih.

"Ya udah kapan-kapan aja gue traktir makan." Kinan mengangguk malu dan Kevin menambah kecepatan motornya.

Setelah sampai di depan rumahnya. Kinan turun dari motor Kevin, ia keheranan dengan suasana rumahnya yang ramai. Bendera berwarna kuning yang berada tidak jauh dari ia berdiri semakin membuat suasana hatinya tidak karuan.

"Kinan yang sabar ya, Nak! Kami turut berduka atas meninggalnya Ayahmu!" ucap tetangganya dengan mengelus bahu Kinan.

"Apa?"

Kinan menggelengkan kepala tidak percaya. Penglihatannya buram seketika, air mata itu tidak mampu tertampung terlalu lama. Jantungnya berdegup tidak beraturan. Gadis itu berlari ke dalam rumah untuk memastikan semua ini hanya kebohongan belaka.

Melihat tangisan Ibunya semakin membuatnya percaya jika ini kenyataan, kenyataan pahit yang ada tepat di depan mata. Sosok Ayah yang sangat berpengaruh dalam hidupnya telah meninggalkannya untuk selamanya.

Kakinya lemas seketika, ia hampir terjatuh dan Kevin menahannya. Ibunya langsung menoleh ke arahnya. Menyapu air mata dengan lengan baju kemudian memeluk Kinan erat.

"A-yah ... kenapa Ayah, Bu?" tanyanya dengan terisak. Ibunya melepas pelukan kemudian memegang kedua pipi Kinan. Rasanya sangat berat untuk mengungkapkan penyebab meninggal Ayahnya. "Ibu jawab! Bagaimana bisa Ayah meninggal? Bukankah, tadi pagi Ayah baik-baik saja? Kita berangkat bersama?" Ia mengguncang-guncangkan tubuh Ibunya.

"Ayahmu kecelakaan Kinan!" jawab salah satu tetangganya.

Ia langsung reflek menutup mulutnya. "Bu, itu nggak bener 'kan?" Wanita paruh baya itu mengangguk lemas dengan laju air mata yang semakin deras.

Kinan mendekati Ayahnya dan menumpahkan segala perasaannya. Air matanya seolah tidak pernah surut untuk menangisi kepergian laki-laki yang begitu berharga dalam hidupnya.

Kesedihan di masa depan tanpa Ayahnya menjadi bayang-bayang yang sangat menakutkan. Seperti ada lubang menganga di dalam hatinya. Dunia terasa runtuh dan penuh dengan keputusasaan. Bagaimana ia akan melalui hidup ini hanya dengan Ibunya? Siapa yang akan melindungi dan memberi kekuatan untuknya?

Kevin terus menemaninya sampai di makam. Bahkan, sampai suasana sepi karena awan hitam yang sudah berkumpul dan suara petir yang bersahutan. Ia juga tidak mengindahkan ucapan untuk segera pulang dari Ibunya.

Rasanya masih tidak tega membiarkan Ayahnya sendiri. Kevin mengelus bahu Kinan mencoba memberi kekuatan untuk menghadapi cobaan hidupnya. 

"Lo pulang aja, Vin! Ini udah sore, mau hujan. Pasti orangtua lo nyariin."

"Gimana mungkin gue bisa biarin lo di sini sendiri? Ayo kita pulang bareng! Bokap lo pasti juga sedih ngelihat lo terus terpuruk, kasihan nyokap lo juga!" ucapnya dengan menyapu air mata yang masih mengalir di pipi Kinan.

Kinan mendongak, ia akhirnya menurut karena suara gemuruh membuatnya sedikit ketakutan. Kevin terus berjalan merangkulnya sampai rumah.

 

 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Aku Perawan   Menepati Janji (END)

    Pagi ini, Kinan tersenyum puas melihat Kevin masih tertidur lelap dengan posisi tengkurap di sampingnya. Ia memandang lekat suaminya itu dan merasa begitu bahagia bisa memiliki seutuhnya dan cintanya selama ini terbalas.Satu ciuman mendarat di pipi laki-laki yang dulunya terus membuat tersulut emosi itu. Hanya berbalutkan selimut tebal, Kinan kini menyibakkan penutup tubuhnya dan mulai memunguti lingerie di lantai yang ia kenakan semalam.Berjalan pelan ke kamar mandi karena perut bagian bawahnya terasa tak nyaman sekali. Semalam ia sampai lupa berapa kali mencapai puncak kenikmatan karena ulah suaminya itu.“Bangun!” Kinan menguncang tubuh Kevin. “Mama telepon, Khalo nyariin kita terus!”Kevin menggeliatkan tubuhnya. “Ini baru jam berapa, sih?” gerutunya.“Jam sepuluh! Ayo kita balik! Nggak enak sama Mama.”Ke

  • Aku Perawan   Mengisi Waktu Di Tengah Kemacetan

    “Kita ajak Khalo jalan-jalan habis itu, kita titipin Mama sebentar, ya!” usul Kevin dengan wajah merengut saat bersiap akan menepati janji pada Khalo untuk membelikannya mainan pagi ini.“Nggak enak lah sama Mama, pasti Mama juga sibuk ngurusin toko kue.”“Waktu kita tinggal besok, Kinan! Malam ini kita harus pergunakan dengan baik. Kamu nggak tau rasanya sakit banget ini dari semalam nggak mau tidur.” Kevin mengarahkan mata ke celananya.“Terus kita mau lakuin di mana?”Kevin mendekati Kinan dengan menyunggingkan bibir atasnya. “Kamu mau di mana?”“Cari suasana beda lah! Masak di kamar terus?” Kinan mengerucutkan bibirnya.“Kita sewa hotel di puncak, ya?” usul Kevin.Kinan tersenyum malu mengiyakannya. “Kamu siapin keperluannya. Dan ... lingerie sem

  • Aku Perawan   Gagal

    “Papa!” teriak Khalo berlari memeluk Kevin yang tiga hari ini ke luar kota meninggalkannya. Sudah tiga tahun usia anak laki-laki mereka. Kebahagiaan terus menyelimuti walaupun sikap Kevin masih saja membuat Kinan geram.“Papa kangen banget sama kamu, sayang!” Kevin mencium putra itu berkali-kali.“Papa bawa oleh-oleh?” Dari sorotan mata anak itu berharap banyak. Namun, kali ini Kevin tak membawa apapun. Ingin cepat pulang membuatnya melupakan itu semua.“Besok aja kita jalan-jalan, ya! Nanti kamu bisa milih mainan sesuka hatimu!”“Ya nggak sesuka hati juga! Kamu ngajarin nggak bener,” sindir Kinan lirih yang membuat Kevin berdecak.“Ya udah, ayo kamu bobok! Ini udah malam.” Kevin menggendong Khalo ke kamarnya.Anak itu mengerucutkan bibirnya gemas sembari menggelengkan kepalanya. “A

  • Aku Perawan   Khalo Arkananta

    Hari ini Kevin mengajak Kinan kembali ke rumah, sudah hampir dua minggu mereka tinggal di rumah Bu Melinda. Tak seperti sebelumnya, keadaan Kinan kini mulai membaik. Banyak terukir senyum di wajahnya. Kevin benar-benar memanjakan dan menghiburnya akhir-akhir ini.Laki-laki itu tiba-tiba saja mengarahkan mobilnya di rumah pemberian Sang Papa dulu. Kinan mengernyit heran, bukannya suaminya itu anti menerima pemberian dari Papanya?“Kenapa kita ke sini?” tanya Kinan.Kevin mematikan mesin mobilnya. “Kita akan tinggal kembali di sini! Kamu mau ‘kan?”Laki-laki itu keluar dari mobil dan berlari kecil membukakan pintu mobilnya. Asisten rumah tangga juga bersiap di depan membantu mereka membawa koper masuk dalam rumah.Di dalam rumah, kedatangan mereka disambut hangat oleh Papa Kevin. “Akhirnya kalian pulang juga. Papa sudah nggak sabar mau menimang c

  • Aku Perawan   Resign

    “Ka-kamu mau apa?” tanya Kinan gugup karena Kevin mendekatinya setelah mengunci rapat pintu kamar. Laki-laki itu sudah menemukan cara untuk membantu istrinya lewat informasi dari internet yang ia baca.Kevin duduk dibelakang Kinan yang menyelonjorkan kakinya di atas tempat tidur. Tiba-tiba mendekapnya erat dari belakang dan menciumi pipi lembut itu.“Aku mencintaimu,” bisiknya yang membuat Kinan bergidik geli. Ia mengernyit dengan sikap suaminya itu. “Buka kancing bajumu!”“Kamu mau apa, Vin? Aku baru melahirkan. Kenapa kamu nggak bisa menahannya?” Kinan menatap Kevin dengan raut wajah ketakutan.“Sini aku bantuin biar susumu keluar banyak!” Tanpa persetujuan Kinan, laki-laki itu membuka satu persatu kancing baju istrinya. “Keluarin dari bra!”“Kamu mau apa?” gertak Kinan tak terima.

  • Aku Perawan   Harus Bagaimana

    Beberapa hari di rumah sakit akhirnya dokter mengizinkan mereka pulang. Sikap dingin Kinan pada Kevin masih saja ditunjukan. Seberapa besar perhatian suaminya itu padanya tak membuat Kinan tersentuh. Ia merasa berada dititik rendahnya saat ini.“Kita tinggal di apartemen saja, ya?” Kevin menawarkan. Namun, Kinan menggelengkan kepalanya tak setuju.“Aku mau ke rumahku saja!” jawabnya lirih. Kevin mengangguk mengiyakan. Sebenarnya Bu Melinda menawarkan untuk sementara mereka tinggal di rumahnya sampai keadaan Kinan benar-benar pulih. Namun, tolakan yang selalu terdengar.Salah satu baby sitter disewa Bu Melinda untuk membantu Kinan dan tinggal di rumahnya. Rasanya tak tega melihat kedua anaknya itu kerepotan berjuang sendiri.Kinan berdiri terdiam di depan kaca riasnya. Melihat tubuhnya yang masih dipenuhi lemak, serta wajah yang tak terawat semakin membuatnya berkecil hati.

  • Aku Perawan   Pukulan Keras Dari Papa

    “Keanu?”“Ayo cepat, Kean! Air ketuban Kinan keluar terus!” Desakan Clara membuat Keanu bertambah gugup.“Ada apa ini?” Papa Kevin berjalan mendekati mobil Keanu.“Kinan harus segera dibawa ke rumah sakit, Pa!” Wajah khawatir tersirat jelas pada Papa Kevin. Tanpa berlama-lama Keanu masuk ke dalam mobil dan disusul oleh Sang Papa.Perasaan tak enak terus mengganggu pikiran Kevin di kantor. Ia berusaha beberapa kali menelepon Kinan, tapi tak diangkat. Jelas saja, keadaan Kinan saat ini sedang tak baik-baik saja. Bahkan ponselnya pun terjatuh di lantai kamarnya.Diva dengan nekat menemui Kevin di depan kantornya. Kevin yang tengah berjalan cepat menuju tempat parkir tiba-tiba dihadang oleh wanita itu.“Vin, aku mau bicara serius!”“Ada apa lagi, sih?” Kevin terlihat risi

  • Aku Perawan   Perubahan Sikap

    “Halo ... kamu lagi sibuk, Vin?” tanya Diva yang sedari meneleponnya, tapi dibiarkan saja oleh Kevin. Semenjak reuni empat bulan lalu, wanita itu terus mencoba menghubunginya. Obsesi memiliki Kevin sudah tertanam dalam di dalam hatinya sejak dulu. Tak peduli apa status Kevin sekarang, ia hanya ingin mewujudkan keinginannya.“Nggak, ada apa? Aku lagi baru pulang kerja.” Kevin berjalan keluar kamar. Ia selesai mandi dan melihat Kinan sudah memejamkan matanya.Laki-laki itu sudah berusaha sebisa mungkin untuk menghindari Diva. Tawaran untuk berselingkuh terus Kevin abaikan, ini membuatnya merasa bersalah pada Kinan yang kini tengah mengandung calon buah hatinya.Kinan membuka matanya lebar setelah Kevin keluar kamar. Ia tak sanggup menahan laju air mata setiap mendengar telepon dari wanita yang terus berusaha menggoda suaminya itu. Berusaha tetap baik-baik saja dan tak mengetahui apa dibalik semua in

  • Aku Perawan   Lepas Dari Genggaman

    “Aku janji akan membahagiakan kalian! Tanpa mengharap harta dari Papa. Percayalah, aku bisa, Kinan!” Kevin menyelipkan anak rambut Kinan ke telinga kiri dan kanannya.Kinan mengangguk pasrah dengan terus aktif bergerak naik turun memposisikan di pangkuan Kevin. Sementar Kevin mengeratkan pelukannya ke pinggang Kinan. Kinan juga menyesapi bibir suaminya itu dengan lembut. Rasa manis dari filter rokok yang dihisapnya sebenarnya masih terus membekas di bibir itu. Namun, ia seperti sudah terbiasa.Tatapan sendu penuh gairah ada dalam mata mereka. “Kamu janji, besok jangan dekati wanita-wanita masa lalumu!” Kinan menghentikan gerakannya yang membuat Kevin berdecak kesal.“Kan ada kamu. Kenapa pikiranmu buruk sekali? Mereka bukan masa laluku. Masa laluku kamu!” Kevin kembali menyatukan bibir mereka. Suara kecupan bibir dan rintihan tertahan yang menggema di seluruh sudut kamar semakin menamb

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status