共有

Aku Pergi Demi Kebahagiaan Suamiku dan Sekretarisnya
Aku Pergi Demi Kebahagiaan Suamiku dan Sekretarisnya
作者: Landak

Bab 1

作者: Landak
[ Rayner, besok akhir pekan. Kamu sudah janji mau temani Dalton ke Disneyland, jangan jadwalkan pekerjaan lagi. ]

Saat makan siang, aku menyempatkan diri mengirim pesan pada suamiku.

Kami bekerja di perusahaan yang sama. Aku di lantai 12, dia di lantai 28. Sedari awal, jarak di antara kami memang selalu sejauh itu.

Rayner tidak membalas. Aku juga tidak merasa terkejut. Sebelumnya, dia sudah ingkar janji empat kali.

Setiap kali melihat tatapan kecewa Dalton, hatiku terasa sakit. Meski aku berhasil menghiburnya dengan hadiah lain, tetap saja, aku bukan ayahnya. Peran itu bukan milikku.

Setengah jam kemudian, layar ponselku menyala.

[ Kamu mau ngajarin aku kerja? Hazel, ingat posisimu! ]

Seketika, layar ponsel itu seakan-akan memancarkan tekanan yang membuatku merasa sesak hingga kesulitan bernapas. Tak lama kemudian, panggilan dari Rayner masuk.

"Bawa laporan kuartal empat ke ruanganku sekarang!"

Belum sempat aku menjawab, dia sudah menutup panggilan.

Aku tahu, dia sedang marah lagi. Setiap kali, dia selalu menggunakan alasan pekerjaan untuk memanggilku ke ruangannya dan memarahiku habis-habisan.

Aku membawa berkas lalu naik ke lantai 28. Saat tiba di depan pintu, terdengar suara tawa dari dalam.

"Pak Rayner, kamu serius? Terima kasih, Rayner! Kamu memang yang terbaik!"

Terdengar suara wanita yang mengucapkan terima kasih dengan berlebihan. Tanpa perlu dilihat sekalipun, bisa ditebak bahwa orang itu adalah sekretaris kesayangannya, Keyla.

Aku tidak lagi mengetuk pintu, melainkan langsung mendorongnya dan masuk. "Pak Rayner," panggilku.

Suara tawa di dalam langsung terhenti.

Rayner masih menyisakan senyum di ujung bibirnya. Namun begitu melihatku, ekspresinya langsung berubah dingin seperti es.

"Hazel, tahu kenapa aku manggil kamu ke sini?"

"Tahu. Pak Rayner ingin memarahiku, setidaknya beri aku alasan yang jelas." Aku meletakkan dokumen di atas meja, lalu menatapnya dengan lurus. "Aku nggak merasa, cuma sekadar pesan pengingat saja bisa membuatmu semarah ini."

"Hazel, di kantor aku adalah atasanmu. Kita harus memisahkan urusan pribadi dan pekerjaan."

"Mengerti." Aku mengangguk, tapi entah kenapa, hatiku diliputi rasa dingin.

Memisahkan urusan pribadi dan pekerjaan? Benar-benar lelucon! Dia bisa bercanda dan tertawa akrab dengan sekretarisnya sendiri!

Keyla yang ada di samping mendorong bahu Rayner perlahan. "Pak Rayner, jangan marah karena dia. Nggak sepadan."

"Bu Hazel cuma belum terbiasa. Bagaimanapun juga, kalian masih pasangan suami istri dan punya anak bersama. Tapi kalau di kantor, Bu Hazel sebaiknya tetap jaga sikap."

Aku hanya tertawa kecil dalam hati, lalu menjawab datar, "Kamu benar."

Rayner tampak agak kaget. Dia tidak menyangka aku tidak membantah, bahkan tidak marah sama sekali. Dia pun mengambil celah untuk menurunkan ketegangan. "Sudah, besok akan kuatur. Kamu boleh keluar."

Sejak awal, aku hanya ingin jawaban yang pasti. Kalau memang sudah mendapat jawaban, tidak ada alasan lagi bagiku untuk tinggal lebih lama. Aku meletakkan berkas dan berbalik keluar. Di belakangku, terdengar tawa nyaring Keyla.

"Pak Rayner memang ayah yang baik. Sayang sekali sudah menikah. Kalau nggak ...."

"Kalau nggak, kenapa?"

"Kalau nggak, aku pasti sudah mengejarmu!"

"Gombal!" Rayner menggoda balik sambil tertawa.

Aku benar-benar tidak tahan lagi. Aku langsung pergi.

Sepulang kerja, aku menjemput Dalton. Saat mendengar bahwa Rayner tidak ada pekerjaan besok, dia melompat kegirangan.

"Benarkah? Papa akhirnya bisa ikut ke Disneyland denganku!" Sepanjang malam, dia begitu bersemangat hingga susah tidur. Namun pada akhirnya, dia tertidur juga karena kelelahan.

Sementara itu, Rayner tidak pulang semalaman.

Saat aku bangun dan menyentuh sisi ranjang yang dingin, jantungku mencelos. Aku buru-buru membuka ponsel dan menemukan pesan dari Keyla.

[ Bu Hazel, Pak Rayner ada urusan mendadak dan harus pergi dinas. Dia baru bisa kembali tiga hari lagi. ]

Di media sosial, Keyla bahkan tanpa malu-malu mengunggah foto bayangan mereka berdua. Dagunya bertumpu di bahu Rayner, seluruh tubuhnya memeluk Rayner dari belakang.

Saat itu juga, aku merasa benar-benar kecewa berat padanya.
この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Aku Pergi Demi Kebahagiaan Suamiku dan Sekretarisnya   Bab 9

    Rayner memang akhirnya menepati janji hanya memiliki satu anak. Setidaknya, untuk sekarang.Sejak Keyla keguguran, Rayner bersikeras ingin bercerai. Mereka berdua bertengkar hebat karena hal itu. Keluarga Keyla juga bukan orang-orang yang mudah dihadapi. Mereka bukan hanya menggantungkan hidup pada Rayner, tetapi juga bahkan menuntut uang dalam jumlah besar agar mau melepaskannya."Hazel, setelah berpisah darimu, dia bukan siapa-siapa lagi. Sudah punya yang terbaik malah mengacaukan semuanya sendiri. Kalau tahu bakal begini jadinya, kenapa dulu berbuat kesalahan?"Aku hanya tersenyum mendengar ucapannya. Temanku melanjutkan, "Kapan kamu pulang?""Dulu kamu ke luar negeri cuma untuk menjauh dari pasangan berengsek itu. Tapi sekarang mereka sudah bercerai, harusnya kamu bisa pulang, 'kan?"Aku menggeleng. "Pendidikanku belum selesai. Aku baru akan pulang kalau Dalton sudah lulus."Temanku langsung berseru kaget, "Pendidikanmu?!""Ya, bidangku masih butuh pendalaman. Tunggu saja. Saat aku

  • Aku Pergi Demi Kebahagiaan Suamiku dan Sekretarisnya   Bab 8

    Saat melihatku, Rayner hanya bisa tersenyum getir. Begitu matanya tertuju pada Dalton, dia refleks menutup wajahnya dengan telapak tangan.Dalton tidak mengatakan sepatah kata pun. Rayner akhirnya berkata dengan suara serak dan lelah, "Selamat ya ... kamu berhasil. Akhirnya kamu bisa lepas dari aku."Aku menggeleng pelan. "Rayner, kamu selalu menyalahkan orang lain. Itu nggak adil untukku. Apalagi, ini memang bukan salahku."Rayner terdiam. Dia menandatangani dokumen dengan tangan yang masih gemetar. Aku bahkan sempat khawatir dia akan berubah pikiran."Jangan lupa, nanti masih harus ambil akta resmi. Tenang saja. Aku nggak akan tunda-tunda lagi."Baru saja dia selesai bicara, Keyla masuk ke ruangan dengan memegangi perutnya. Jantungku langsung berdegup kencang. "Dia ... hamil?"Begitu kalimat itu keluar, Dalton langsung menoleh dan menatap Rayner. "Papa bilang cuma punya aku sebagai anak satu-satunya. Papa bohong!""Jadi yang dia bilang waktu itu ... semua benar! Papa nggak mau aku la

  • Aku Pergi Demi Kebahagiaan Suamiku dan Sekretarisnya   Bab 7

    Dalton masuk bersamaku. Rayner menemaninya bermain puzzle, sementara aku pergi mencuci tangan.Begitu melihatku, wajah Keyla dipenuhi kebencian. "Kamu senang, ya? Kalau memang mau pergi, pergilah sejauh mungkin. Kenapa masih meninggalkan jejak? Kamu sengaja buat Rayner mengejarmu, itu cuma taktik pura-pura menjauh, 'kan?"Aku mengangkat alis. "Surat cerai sudah lama kuserahkan ke Rayner. Dia yang nggak mau tanda tangan, aku nggak bisa memaksa. Kamu bisa ngejar sampai sejauh ini, buktinya kamu cukup hebat. Sekalian saja bantu aku bujuk dia supaya mau tandatangan."Wajah Keyla memerah karena marah. Aku hanya tertawa dingin sambil mengeringkan tangan, lalu duduk di sofa dengan menyilangkan kaki dan menatapnya santai. "Oh ya, Dalton nggak suka pedas. Tolong diperhatikan saat masak nanti, Bu Keyla."Rayner juga menoleh dan menambahkan, "Masak yang agak hambar saja."Keyla terpaksa menahan amarahnya dan menelan semuanya bulat-bulat.Setengah jam kemudian, makanan baru disajikan. Dalton mengg

  • Aku Pergi Demi Kebahagiaan Suamiku dan Sekretarisnya   Bab 6

    Rayner langsung tertegun. "Mana mungkin? Papa cuma punya satu anak ... cuma Dalton!"Dalton menoleh padaku, tidak mengatakan apa pun. Aku tidak menanggapi Rayner, lalu langsung berbalik masuk ke rumah. Ketika dia mencoba ikut masuk, aku menoleh tajam ke arahnya."Kalau kamu masuk tanpa izin, itu pelanggaran hukum. Di sini, aku punya hak untuk pakai senjata."Raut wajah Rayner seketika berubah karena tidak percaya. Namun, aku tidak peduli sedikit pun. Aku menggandeng Dalton masuk, lalu menutup pintu dengan tenang. Di luar, Rayner terus mengetuk pintu dengan keras.Aku mengira dia akan menyerah, tapi ternyata dia cukup cepat dalam bertindak. Beberapa hari kemudian, dia malah menyewa rumah tepat di sebelah kami.Pagi itu, saat Dalton bangun dan menatap keluar jendela, dia menunjuk ke arah luar sambil berkata pelan, "Mama, itu Papa, ya?"Dari jendela, terlihat Rayner berdiri di balik pagar sembari menatap ke arah rumah kami dengan tatapan nanar. Aku menghela napas panjang. "Dia datang untu

  • Aku Pergi Demi Kebahagiaan Suamiku dan Sekretarisnya   Bab 5

    Pertanyaanku yang bertubi-tubi membuat napas Rayner memburu. Dia buru-buru membela diri, "Kami nggak macam-macam! Waktu itu aku mabuk, dia cuma bantu ganti bajuku! Soal pertunjukan kembang api, hari itu memang ulang tahunnya. Tapi kebetulan juga ada klien besar yang datang. Semua itu untuk menyenangkan hati mereka!""Mengenai Dalton, aku akan minta maaf padanya!"Aku tertawa dingin. "Kamu sudah terlalu sering minta maaf. Sekarang pilihannya cuma dua, tanda tangan atau tunggu surat panggilan dari pengadilan."Aku menutup telepon. Sempat terpikir ingin memblokir nomornya, tapi mengingat kami masih harus mengurus perceraian, aku mengurungkan niat itu. Perselingkuhan bukan hanya sebatas hubungan badan. Ketika hatimu sudah melewati batasan, itu juga termasuk pengkhianatan.Aku menarik napas dalam-dalam dan kembali menunduk mengerjakan tesis. Ada hal yang jauh lebih penting yang harus kuselesaikan.Sebelum pergi ke luar negeri, aku sudah menghubungi profesor untuk menulis surat rekomendasi.

  • Aku Pergi Demi Kebahagiaan Suamiku dan Sekretarisnya   Bab 4

    Di negara tujuan pertama kami di luar negeri, aku membawa Dalton ke komunitas yang ditempati oleh orang-orang lokal di negara asal kami. Aku membeli rumah di sana dan mendaftarkannya ke sekolah baru.Dalton sepertinya menyadari sesuatu. Dia tidak lagi bertanya di mana ayahnya. Namun, seminggu kemudian setelah sepulang sekolah, akhirnya dia tidak bisa menahan diri. "Mama, Papa nggak datang? Kita sudah seminggu tinggal di sini."Dalton sudah tujuh tahun. Meskipun memberitahukan fakta padanya terasa kejam, aku tahu aku harus jujur padanya. "Mama dan Papa sudah berpisah. Tapi kalau kamu kangen Papa, Mama bisa ajak kamu ketemu dia."Namun, Dalton menggeleng. "Nggak usah."Dengan mata memerah, dia berbalik dan masuk ke kamarnya, lalu menutup pintu dan meninggalkanku di luar. Aku merasa ada yang janggal. Dalton masih kecil. Anak kecil biasanya tidak bisa menyembunyikan emosi mereka.Aku mengernyitkan alis dan memutuskan pergi ke rumah tetangga di seberang untuk mencari tahu sesuatu. Setelah k

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status