#Aku Pertama Tapi ke-2 di Hati Suamiku
#part8
Dan akhirnya malam itu aku dan mas Dirga memadu cinta, setelah satu bulan lamanya dia tak menyentuhku. Tidak ada yang special malam itu. Entahlah, mungkin mas Dirga melakukannya hanya sebatas memenuhi kewajibannya yaitu memberikan nafkah batin padaku. Meski tiada moment yang special, tapi aku masih tetap bersyukur mas Dirga masih mau memenuhi kewajibannya.
Pagi telah tiba. Sang surya pun telah memancarkan sinar hangatnya. Ku putuskan untuk diet, maka sengaja aku lari kecil keliling komplek perumahanku. Akan ku jadikan agenda rutin di pagiku. Keringat di seluruh tubuhku mulai mengucur. Wajahku pun mulai di basahi oleh keringatku sendiri, sesekali ku usap dengan handuk kecil yang melingkar di leherku. Tiga kali sudah ku putari gang komplek perumahanku. Nafasku mulai tersenggal - senggal, aku mulai kecapekan. Dasar aku yang tak pernah berolah raga, pekikku dalam hati.
Aku memang tak pernah olah raga, lari pagi, senam kebugaran atau yoga seperti kebanyakan ibu - ibu komplek itu. Ku habiskan hari - hariku di rumah. Sekalipun aku keluar hanya untuk membeli sayur atau kebutuhan rumah lainnya.
Ku buka pintu pagar rumahku. Jalanku sedikit tertatih bahkan sedikit sempoyongan. Dasar letoy!! Baru sekali olah raga udah berasa nyeri seluruh badan!! Gerutuku.
"Widihhh...rajin banget ibu. Habis olah raga ya..?" Tanya mbak Atta sambil matanya menatapku seakan tidak percaya.
"Iya mbak...ibu capek banget, minta aer putih dhonk mbak..." Jawabku, masih tersenggal - sengal nafasku.
"Tumben ibu mau olah raga...?? Mau diet ya...?" Tanya mbak Atta sambil menyodorkan segelas air putih padaku.
" Ibu mau diet biar sexy kayak Angelina Jolly.." Hawabku sambil berjalan meninggalkannya menuju dapur.
"Hahaa haaa haaa...ibu lucu ihh...korban iklan diet tuh.." Sahut mbak Atta sambil tertawa kecikikkan.
Seperti biasa aku siapkan sarapan untuk suami dan anak - anak. Walau aku lari pagi tapi aku tak meninggalkan kewajibanku untuk menyiapkan sarapan untuk mereka.
"Ibu gak sarapan bareng...?" Tanya mas Dirga.
" Ibu mau diet Pak...biar sexy katanya..." Sahut mbak Atta sambil tertawa mengejek ibunya.
"Diet - diet segala bikin apa sih buk...udah punya suami mah gak usah diet-dietan lah.." Jawab mas Dirga seakan tak mendukungku.
" Biar sexy dong!! Biar bapak gak lirik cewek sexy di luar sana !!" Jawabku ketus.
"Gak mungkin dong bapak lirik yang lain...bapak kan cowok setia." Sahut sulungku membela bapaknya.
Mas Dirga hanya menganggukan kepalanya. Matanya pun tak berani menatapku. Aku tau kok mas, kamu sudah tak setia. Entah dengan siapa aku pun tak tahu, dan belum berani mencari tahu siapa yang telah mencuri hatimu. Aku hanya memilih diam, batinku.
***
Aku sudah tiba di depan salon kecantikan. Seperti Ranti, aku juga akan me-make over penampilanku. Aku akan smooting, batinku penuh semangat.
Akhirnya setelah hampir enam jam ku habiskan waktuku di salon kecantikan itu. Aku tersenyum puas melihat hasil rambutku yang terurai lurus dan lembut.
"Sudah selasai ya sist...cucok deh..." Celetuk satu tukang salon yang telah menyelesaikan tugasnya.
" Duh...jadi cantik banget tau...mirip artis Amanda Manopo loh..." Tambahnya lagi memujiku, sambil tangannya masih mengelus - elus rambutku.
" Iya makasih ya cece...aku puas dengan hasil dan pelayanannya" Jawabku sambil tersenyum manis.
***
Hari sudah gelap, tepat adzan Magrib aku baru sampai di rumah. Ku longok ke kamar anak - anakku, ku liat mereka sedang menjalankan sholat Magrib berjamaah. Ku tersenyum dan melangkah menuju kamarku.
Sesampai di kamar, aku langsung berdiri tepat di depan kaca full body di pojokan kamarku. Ku berkaca memiringkan kepalaku ke kanan dan ke kiri. Berkali - kali ku belai rambutku. Lembut sekali, aku tersenyum puas.
Lalu aku tunaikan sholat Magrib.
Ku dengar suara canda tawa kedua putriku di ruang tengah. Seperti biasa mereka sedang asik menonton TV. Dan aku melangkah menghampiri mereka.
" Asik bener nih...nonton apa'an sih..." Tanyaku pada mereka. Dan seketika mata mereka terbelalak melihat rambut ibunya yang baru.
" Rambut ibu di smooting ya..." Tanya dek Galuh.
" Uiih curang ihh..kok kita nggak diajak sih buk..??" Sahut mbak Atta, bibir mungilnya pun seketika manyun.
" Ibu curang ahh...pokoknya besok adek ama mbak Atta mau ke salon juga, pokoknya pengen di smoting juga kaya ibu...".
Sahut Bungsuku.
" Ntar kalau mb Atta dan adek Galuh udah tujuh belas tahun baru boleh smooting. Anggap aja ntar itu kado ulang tahun dari ibu...Okey..." Jawabku pada mereka.
Mereka hanya manyun memasang muka kesal pada ibunya. Aku memang tak membiasakan diri untuk segera menuruti kemauan anak - anakku. Aku ingin mengajarkan pada mereka segala sesuatu itu tidak ada yang instan. Aku tersenyum pada mereka, lalu ku kecup pipi kanan dan kiri kedua putriku. Sungguh aku sangat menyayangi mereka.
***
Ku dengar suara mobil mas Dirga masuk ke garasi rumah. Seperti biasa aku akan menyiapkan makan malam untuknya. Segera ku melangkah keluar menyambut suamiku pulang kerja.
"Assalamualaikum..." Salam dari mas Dirga
" Waalaikumsalam..." Ku jawab salamnya.
" Wow...ibu rambutnya baru nih...cantiknya istriku.." Celetuk mas Dirga, entah ucapannya itu tulus dari hatinya atau hanya sekedar basa - basi melihat perubahan penampilan rambutku.
"Bapak udah makan di luar buk...bapak capek banget, mau langsung istirahat ya buk..". Tambah mas Dirga sambil ia berjalan menuju kamar.
Aku sedikit kecewa. Ternyata hanya seperti itu respon suamiku. Aku berjalan sambil menahan rasa kesal. Aku mengambil segelas air putih lalu ku minum obat dietku. Rambut udah cantik, tubuhku pun harus berubah cantik, gerutuku dalam hati!!.
***
Ayam telah berkokok memberi isyarat bahwa pagi telah tiba. Sudah dua minggu aku menjalankan diet ketatku, aku rutin lari keliling komplek perumahan bahkan kiri ku tambah menjadi lima putaran. Aku hanya makan tiga sendok nasi sehari dan selebihnya aku ngemil buah-buahan dan segelas susu khusus diet. Dan benar saja, pagi ini jadi pagi bahagiaku. Aku menimbang berat badanku turun tujuh kg dalam hitungan dua minggu. Mataku terbelalak seakan tak percaya, aku girang sekali pagi ini. Setelah ini aku akan lebih rajin lagi untuk berolah raga. Daa daaa...perut gelambirku,gumanku pagi ini.
Aku berlari memutari gang komplek perumahanku. Sudah ku hitung ini yang ke-5 kalinya. Saking semangatnya kuputuskan untuk menambah dua putaran lagi. Dan benar kali keenam aku berhasil. Tapi saat putaran terahirku, tiba - tiba mataku kunang-kunang..dan lama- lama semakin gelap. Bruuukkkkkk....tubuhku terjatuh!!! Setelah itu aku tak tahu lagi.
Ku buka mataku. Aku sangat kaget, di mana aku? Kenapa tanganku dipasang selang infus? Badanku pun terasa nyeri sekali seperti habis dihajar massa. Aku merintih kesakitan sambil ku tengok kanan dan kiri. Ternyata aku terbaring di rumah sakit. Aku mulai mengingat kembali bukankah aku sedang berolah raga??
Tiba - tiba dua suster menghampiriku.
" Ibu udah siuman..?". Seorang suster bertanya padaku. Mungkin dia ingin memastikan bahwa aku sudah sadarkan diri.
"Iya sus...,saya sakit apa ya sus? Seingat saya terahir kali saya sedang berolah raga.." Jawabku
"Benar ibu sedang berolah raga lalu pingsan. Tetangga ibu yang membawa kesini, tapi tenang pihak rumah sakit sudah menghubungi suami ibu. Mungkin sebentar lagi suami ibu datang kesini." Jawab suster itu menjelaskan semuanya.
"Saya sakit apa ya sus, kok seluruh badan saya nyeri, terutama perut saya." Ku jelaskan sambil tanganku menunjuk perutku.
"Ibu sakit Tifus bu..." Jawab suster itu singkat.
Seketika tubuhku semakin lemas. Aku sakit tifus?? Lalu bagaimana program dietku selanjutnya jika sekarang aku kena Tifus??
Oh Tuhan...kenapa harus Tifus???
Bersambung...
Aku Pertama Tapi ke-2 di Hati Suamiku#part61 (Extra Part)POV DirgaPenyesalan selalu datang di belakang. Ya, kini aku merasakannya. Penyesalan atas segalanya, mungkin ini memang pantas untuk ku dapatkan. Lebih tepatnya, karma untukku...!!!Ku pandangi wajah dan dan seluruh penampilanku di depan pantulan kaca sebuah toko. Gembel, ya pasti semua orang akan berfikiran yang sama saat melihatku sekarang. Baju lusuh, kotor, bahkan aku sudah tidak mandi lebih dari tiga hari ini.Ku ambrukkan tubuh yang kucal kurus tak terurus ini di emperan sebuah toko yang si empunya belum membuka toko ini, jika toko ini sudah di buka, otomatis aku akan di usir karena mereka menganggapku gembel bahkan tak jarang menganggapku orang gila, begitulah perlakuan orang - orang sekitarku sekarang saat melihatku!!Aku hem
Aku Pertama Tapi ke-2 di Hati Suamiku#part60 ( END )Dua bulan pasca putri bungsuku memutuskan memilih tinggal bersama bapaknya. Ada rasa kehilangan yang tak bisa ku ungkapkan. Bagai berjalan dengan satu kaki. Bagai melihat dunia dengan satu mata, seperti itulah hati nurani seorang ibu yang kini ku rasakan. Aku tak sempurna tanpa kedua putriku.Aku tak mungkin memaksa anakku untuk memilih tinggal bersamaku, karena ia sudah bukan anak kecil lagi. Ia telah beranjak dewasa, punya pilihannya sendiri.Dan satu hal lagi, kini aku resmi menyandang status janda. Ya, kini aku seorang janda. Status yang tak pernah aku mimpikan sama sekali. Tapi aku percaya, akan ada bahagia usai bercerai. Janda hanyalah status belaka, tapi ketentraman hati adalah tujuan utama hidup. Kini akhirnya, aku seorang janda.Memang di balik perceraian pas
AkuPertama Tapi ke-2 di Hati Suamiku#part59Setelah emak pulang kampung. Semenjak itu juga mas Dirga tidak kembali lagi ke rumah ini. Sudah satu bulan lamanya pasca perang mulut dengan emak, itu terakhir kali kedua putriku bertemu dengan bapaknya. Aku bisa merasakan kerinduan yang mereka pendam, meski rasa benci kepada bapaknya masih menguasai fikirannya.Akhir - akhir ini sering kali putri sulungku mengeluh soal kebahagian bapaknya dengan istri barunya. Bapaknya sering posting jalan - jalan, shoping, kulineran dengan istri barunya. Seakan mereka penuh bahagia melewati hari - harinya, bak dunia milik mereka. Dan putri sulungku merasa sakit hati melihat postingan kebahagiaan bapaknya.Berbeda dengan putri bungsuku. Akhir - akhir ini ia justru selalu mengeluh kangen bapaknya. Wajar, karena memang dia yang lebih dekat dengan bapaknya. Putri bungsuku sangat manja dan lengket dengan bapaknya dari pada de
#Aku Pertama Tapi ke-2 di Hati Suamiku#part58Aku bergegas membuka pintu. Dan pertama yang ku lihat adalah wajah ibu mertuaku.Entahlah, aku harus bahagia atas kedatangannya atau sebaliknya. Yang terlintas di benakku saat ini hanyalah mulut pedasnya. Ya mulut pedas mertuaku yang membuat aku selalu menjaga jarak dengannya selama ini.Kondisi keluargaku saat ini sedang kacau. Konflik batin antara mas Dirga dan putriku sudah membuatku mengelus dada. Apa lagi sekarang kedatangan ibu mertuaku yang terkenal dengan mulut pedasnya.Ketakutan terbesarku adalah ibu mertuaku akan menutup mata dan hatinya untuk membela kecurangan anaknya. Itu ketakutan terbesarku.“ Sekar...emak udah salam dari tadi ndak di jawab? Wajib hukum menjawab salam itu. Malah ngelamun lagi....apa hobimu itu ngelamun?Ora b
Aku Pertama Tapi ke-2 di Hati Suamiku#part57Sedetik setelah adegan gayung melayang dan mendarat tepat di wajah Riska, aku hanya mampu diam membisu. Tak ada kata yang mampu keluar dari mulutku. Reflek, aku menutup mulutku dengan kedua tanganku.Akhirnya aku beranikan diri untuk melirik mas Dirga. Wajah tenang yang selalu ia tampakkan di depan kedua putrinya kini berubah memerah. Matanya membulat sempurna bahkan berubah dominan warna merah. Ya, penuh amarah." Permata...apa yang barusan kamu lakukan? Hah!!!"Lagi, dia meneriaki putri sulungnya. Putri yang dulu selalu ia manjakan dengan tutur kata manis tanpa sedikit pun gertakan." Kenapa? Bapak tidak terima? Mbak Atta sudah bilang pelakor itu harus mati..!!!" Sahut putriku dengan seruan nada yang sama tingginya.
Aku Pertama Tapi ke-2 di Hati Suamiku.#Part56Aku memalingkan wajahku. Aku hanya bisa memejamkan mataku. Sedangkan wajah mas Dirga semakin mendekati wajahku hanya satu jengkal tangan saja jarak di antara kami.Namun...tiba - tiba ponsel mas Dirga berdering. Sekali, mas Dirga mengabaikannya. Tapi ponsel itu terus menerus berdering.Mas Dirga melirik ponselnya di atas meja. Saat cengkeraman tangan mas Dirga mulai melemah, sekejap itu juga aku meloloskan diri dari pelukannya.Aku berhasil kabur dari pelukan mas Dirga, lolos dari suasana menyebalkan ini.Mas Dirga berdiri lalu mengambil ponselnya yang masih terus menerus berdering. Sesekali dia melirik padaku. Seakan ada rasa segan ingin mengangkat telpon itu. Apa kehadiranku menganggu?" Angkat saja." Celetukku.