Share

Mulut Pedas Mertuaku

#Aku Pertama Tapi ke -2 di Hati Suamiku

#part9

Sudah tiga hari lamanya aku terbaring di rumah sakit. Kondisiku sedikit membaik, tapi tubuhku masih sangat lemas. Dokter menjelaskan bahwa Tifus yang ku derita bukan karena diet ketatku, itu karena suatu bakteri jahat pada ususku tapi diet ketatku juga berpengaruh membuat tubuhku semakin drop. Akhirnya dokter menyarankan padaku untuk berhenti diet. Aku sedikit kecewa, aku harus berhenti diet. Padahal aku lagi semangat - semangatnya berolah raga. Aku hanya pasrah, sekarang yang terpenting aku bisa pulih kembali. Aku harus sehat dan segera pulang ke rumah.

Aku terlelap sejenak. Mungkin karena pengaruh obat di tubuhku jadi sering kali aku tertidur. Samar - samar ku dengar suara yang tak asing lagi di telingaku. Ya, benar itu suara ibu mertuaku. Aku merasa semakin lemas aja bukan gara- gara penyakitku,tapi karena kedatangan ibu mertuaku. Oh Tuhan...aku tak mau menjadi menantu durhaka. Tapi sungguh, ibu mertuaku ini jenisnya lain dari pada yang lain.

"Sekar...kamu itu gimana sih kok bisa sakit?" Celetuk ibu mertuaku.Tanpa salam tanpa basa-basi ibu mertuaku sudah mengeluarkan jurus cabe rawitnya.

"Kamu itu gak usah diet-dietlah...ujungnya masuk rumah sakit bikin repot semua orang aja..". Tambahnya dengan suara ketus ciri khas ibu mertuaku.

Aku hanya diam. Tak mau membela diri. Percuma menjelaskan pada ibu mertuaku, bisa- bisa aku kena semprot kalau sampai aku salah menjawab. Ibu mertuaku memang perhatian. Tapi mulut pedasnya itu yang membuat aku tak betah di sisinya apalagi sampai tinggal seatap dengannya.

"Hayo cepat kamu makan biar cepet sehat..biaya betobat itu mahal". Tambahnya sambil menyodorkan semangkok bubur padaku.

"Biaya rumah sakit gratis kok mak...kan ditanggung BPJS mak.." Kali ini ku beranikan menjawab.

"Iya gratis biaya rumah sakitnya..emak juga tau. Tapi biaya kesono - kesini, biaya kudu beli anu itu emang gak pakek duit. Apalagi biaya emak dari kampung kudu kesini ngelongok kamu..gratis enggak?" Jawab ibu mertuaku udah kayak kereta api.

Tuh kan nyesel aku jawab tadi, ujungnya aku kena semprot juga!! Gerutuku dalam hati. Segera ku habiskan bubur di hadapanku. Walau mulutku masih pahit, dan aku juga belum berselera makan tapi harus segera ku habiskan. Untuk menghindari semprotan pedasnya cabai dari mulut ibu mertuaku.

***

Lima hari aku di rawat di rumah sakit. Dan hari ini aku diperbolehkan pulang. Kondisiku sudah membaik. Saran dari dokter aku harus istirahat total dulu. Dan yang jelas aku tak boleh melanjutkan diet ekstreemku.

Akhirnya ku pijakkan kakiku ke rumahku. Bau wangi khas parfum rumahku yang sudah ku rindukan. Karena sungguh aku tak betah di rumah sakit karena menurutku dimana - mana udara penuh dengan bau obat - obatan. Segera ku langkahkan kakiku menuju kamar, aku ingin segera rebahan di kasur empukku. Aku kangen sekali dengan suasana kamarku.

"Ibu udah pulang...horeee..." Celetuk dek Galuh menghentikan langkahku. Dia memeluk tubuhku dengan erat, sepertinya bungsuku ini kangen sekali dengan ibunya.

" iya ibuk udah sembuh kok dek..." Jawabku sambil membalas pelukannya.

"Ibuk...aku kangen...". Suara mbak atta dari kamarnya. Segera dia berlari menghampiriku dan memelukku bahkan menghujani pipiku dengan ciuman bibir mungilnya.

"Udah udah...kangen - kangenannya... kaya di tinggal setaon aja kalian ini. Udah sana bantuin nenek beberes barang - barang di mobil. Biarin ibumu istirahat dulu..!!" Celetuk ibu mertuaku.

Ku lirik kedua putriku. Ku kedipkan mataku sambil ku tersenyum. Ku berikan isyarat pada mereka untuk menyudahi adegan kangen - kangenan kami. Mereka juga sudah faham betul bagaimana sifat dan mulut pedas neneknya.

***

Pagi telah tiba. Terdengar bunyi riuh di dapurku. Memang ibu mertuaku sangat rajin dan perhatian hanya minus mulut pedasnya saja. Kalau yang belum tau sifatnya pasti tak akan sanggup berlama - lama di dekatnya. Jangankan bercanda, sekedar ngobrol pun aku seperlunya. Aku memilih diam dari pada salah ngomong, itu yang diajarkan mas Dirga dulu saat aku mulai jadi menantu barunya. Dan benar saja, sudah hampir enam belas tahun berlalu aku menjadi menantunya, sifat dan mulut pedas ibu mertuaku tidak berubah sama sekali.

"Sekar buru sarapan...mana Atta juga Galuh, suruh cepat sarapan!" Suara lantang ibu mertuaku membuka obrolan pagi ini.

"Mungkin mereka masih tidur mak...kan hari Minggu" Jawabku singkat.

" Kamu itu gimana sih jadi ibu. Gak becus mendidik anak. Udah pada perawan jam segini masih tidur. Ora becik prawan bangun siang!!" Cerocos ibu mertuaku. (Ora becik artinya tidak baik).

"Kan hari libur mak..." Jawabku membela.

"Mau libur mau enggak perawan itu kudu bangun pagi. Nyapu, ngepel, nyuci piring, harusnya kamu ajarin tuh..!! Anak jaman sekarang gak kaya jaman emak dulu.!! Dulu tuh emak aja subuh udah bantuin uyutmu ke pasar dagang. Lah anak jaman sekarang jam segini masih tidur nggak malu apa ama ayam...!! Ayam aja dari subuh udah bangun nyari makan...lah ini perawan masih tidur...aduhhh...aduhh..!!" Cerocos ibu mertuaku.

Aku hanya mengangguk - anggukan kepalaku mendengarkan ocehannya. Rasanya sayur sop yang ku nikmati pagi ini berubah jadi pedas. Gara - gara pedasnya ocehan ibu mertuaku. Buru - buru aku habiskan sarapanku. Sungguh aku tak betah berlama - lama di dekatnya. Aku segera masuk ke kamar lagi setelah ku habiskan sarapanku. 

"Ibu kapan sih nenek pulang kampung?" Tanya mbak Atta yang tiba- tiba muncul di sampingku.

"Ehh..kapan mbak Atta masuk ke kamar ibu? Kok ibu gak tau..?" Jawabku.

"Dih...ibu gimana sih. Ditanya malah nanya balik. Makanya ibu jangan ngelamun mulu, mbak Atta masuk ge sampai enggak tau.." Sahut sulungku sambil menyenderkan kepalanya di bahuku.

"Ibu enggak ngelamun kok. Tanya aja langsung ke nenekmu kapan nenek mau pulang kampung gitu..." Jawabku sambil mengelus rambutnya.

"Dihh....ogahhh!! Nenek mah kalau udah ngomel udah kayak kereta api!!maless ahhh ngobrol ama nenek.." Sahut mbak galuh memonyongkan bibirnya.

" Gak boleh kaya gitu mbak. Gimana pun itu tetep nenek mbak atta ama dek Galuh loh..." Jawabku membela ibu metuaku.

"Iya tau buk...tapi mulut nenek pedes kaya cabe rawit!!Untung sifatnya nggak nurun ke bapak ya..." Sahut mbak Atta.

Aku hanya tersenyum mendengar ocehannya. 

"Hayoo...lagi ngomongin nenek ya..." Suara mas Dirga sedikit mengagetkan kami.

"Bapak iihh kapan nenek pulang kampung. Mbak atta gak betah kena omel nenek terus pak...dek Galuh aja nggak mau keluar kamar. Males di ceramahin nenek mulu..." Cerocos sulungku tanpa jeda.

"Jangan gitu...gimana pun itu nenek kalian. Yang dulu melahirkan bapak. Ya kalau nenekmu ngomel kalian diem aja , gak usah dijawab" Jawab suamiku.

"Bapak mah udah kebal. Kalau mbak atta mah suka panas ke kuping kalau nenek ngomel mulu ...udah ahh males ahh..." Sahut mbak atta sambil berdiri dan berjalan meninggalkan kami. 

***

Matahari hari ini memancarkan sinarnya begitu terik. Siang ini pun terasa sangat panas. Aku ingin mengambil segelas air putih di dapur. Karena hawa terik siang ini, aku sering sekali kehausan. Saat ku berjalan menuju dapur. Ku dengar suara ibu mertuaku sedang mengobrol dengan mas Dirga. Bukan mengobrol tepatnya mengomel.

" Emak tuh heran ama ibu - ibu komplek disini pada demen banget ngegossip. Coba mereka tuh ngomongin kamu ama Sekar!!" Suara ibu mertuaku terdengar sangat kesal.

"Emang ngomongin apa sih maak..." Jawab suamiku singkat.

" Ngomongin kalian lah. Katanya Sekar itu sakit gara - gara diet. Biar langsing biar gak ditinggal suaminya selingkuh...!! Asal ngomong aja ibu - ibu itu harus emak labrak ke rumahnya berani - beraninya ngomongin mantu ama anakku..!!" Ibu mertuaku terlihat geram.

"Udahlah mak...namanya juga ibu - ibu tukang gosip" Sahut suamiku.

"Kudu di kasih pelajaran pengen tak tapok cangkeme..!!" Sahut ibu mertuaku. (Tak tapok cangkeme artinya tak tabok mulutnya).

Ku urungkan langkahku. Ku putuskan memutar balik, aku tak jadi mengambil air minum. Aku malas terlibat obrolan mereka. Aku berjalan ke luar rumah. Aku putuskan duduk di teras. Angin sepoi - sepoi menerpa wajahku. Memberiku sedikit kesejukan di tengah teriknya siang ini.

"Sekar..jangan suka ngelamun. Ntar suamimu digondol orang kalau hobimu ngelamun..!!" Suara pedas ibu mertuaku memecahkan lamunanku.

" Sekar nggak ngelamun kok maak..cuma kefikiran kalau seumpama benar seperti yang ibu - ibu biang gosip tadi bilang. Kalau mas Dirga beneran selingkuh gimana mak...?!" Ku beranikan diri bertanya pada ibu mertuaku.

"Ya kalau si Dirga selingkuh itu ya gara - gara kamu itu gak becus urus suami" Jawabnya singkat tapi menyakitkan.

" Kalau seumpama udah becus urus suami, tapi suaminya yang nakal selingkuh terus kawin lagi gimana maak..." Tanyaku lagi padanya.

"Ya biarin mau kawin lagi. Suami bebas mau punya istri dua, tiga, empat. Itu haknya..Udahlah kamu itu ngomong apa jangan ngelantur. Ntar beneran kamu di tinggal nikah lagi baru tau rasa!! Makanya jadi istri kudu becus urus suami...!!! Cerocos ibu mertuaku.

Memang benar dimana pun bagaimana pun kasusnya setiap perselingkuhan yang dilakukan suami. Pasti seorang istrilah yang di salahkan. Dengan alibi istri tidak becus urus suami.

***

Dan hari yang ku nantikan akhirnya tiba juga. Hari ini ibu mertuaku akan balik pulang kampung. Kami sekeluarga mengantar ibu mertuaku ke pul bis yang akan dinaiki ibu mertuaku. Aku berterima kasih atas jasa- jasa ibu mertuaku selama seminggu ini yang telah membantu mengurusku yang sakit juga mengurus rumah .

"Emak balik ya...inget pesen emak istri itu harus nurut suami, jangan manjain anak-anak ntar jadi anak males. Oh iya satu lagi...gak usah loundry - loundry'an baju segala bikin  boros. Istri itu harus pinter ngurus duit harus hemat.." Ceramah ibu mertuaku sebelum dia naik ke bis.

" Ehmmm...satu lagi kamu nggak usah diet. Diet itu pemborosan kudu beli obat diet kudu beli susu diet. Diet juga bikin kamu masuk rumah sakit. Kalau kamu sakit, pemborosan lagi.Ngerti kamu Sekar...?" Tambah ibu mertuaku.

"Iya maak...,emak hati- hati di jalan ya. Semoga selamet sampai kampung." Jawabku sambil ku cium tangannya.

Dan akhirnya bis yang dinaiki ibu mertuaku beranjak pergi. Ku lampaikan tanganku padanya. Ibu mertuaku pun melambaikan tangannya pada kami. Dan semakin lama bis berjalan semakin tak terlihat lambaian tangannya. Daa daa ...ibu mertuaku, aku tersenyum. Plong rasanya...tak ada suara pedas lagi di rumahku.

***

Seminggu ini semua pekerjaan rumah di kerjakan oleh ibu mertuaku. Walau aku masih sedikit lemas mau tak mau aku harus menjalankan kewajibanku. Ku putuskan untuk membereskan rumah dimulai dari kamarku. Disaat ku asik dengan kesibukan membereskan kasur tempat tidurku, tiba - tiba terdengar bunyi  getar handphone tanpa suara. Seketika ku lirik tas kerja suamiku. Ya, aku yakin suara itu berasal dari sana.

Ku beranjak menghampiri tas mas Dirga. Ku beranikan diri untuk membuka tas nya. Dan benar saja, ada sebuah ponsel jadul disana. Benar - benar sangat jadul ponsel mini yang hanya bisa untuk telfon dan berkirim pesan singkat saja. Untuk apa suamiku memiliki ponsel jadul ini?? Fikiranku mulai kacau. Disana tertulis " Satu pesan diterima". Hatiku pun mulai tak karuan. Ingin sekali aku membaca pesan itu tapi aku tak sanggup membayangkan jika di dalamnya ada chat mesra suamiku dengan selingkuhannya. Membayangkan pun aku sudah tak sanggup.Tapi rasa penasaranku mengalahkan segalanya. Walau sedikit tanganku gemetar, akhirnya aku pun membaca pesan singkat itu.

" Ayah...aku udah transfer sepuluh juta ya, cek ya sayang udah masuk belum.." Isi pesan singkat itu.

Apa ini?? Panggilan ayah?? Lalu kenapa perempuan ini yang mentransfer uang?? Apa suamiku jual diri????

Bersambung....

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sendy Zulkarnain
buka koin nya gede gede ah.. hehehe
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status