Share

Pesan Cinta Untuk Yang Lain

#Aku Pertama Tapi ke-2 di Hati Suamiku

#part2

"Saya nikahkan dan kawinkan engkau saudara Dirga hartanto dengan Sekar prihatin binti bapak Slamet suseno dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai"

"Saya terima nikah dan kawinnya Sekar prihatin binti bapak Slamet suseno dengan mas kawin tersebut dibayar tunai"

"Sah...???"

"Saaaaahhhhhhhhh....."

"Alhamdulillah..." Puji dan puja syukur, kini aku sah jadi istrinya.

Ku cium punggung tangan mas Dirga, suami sahku. Dia pun membalas dengan kecupan hangat di keningku.

Seketika jatuh butiran tangisku. Entahlah, tangis bahagia dan sisanya luka.

Bahagia ...karna aku sudah jadi istri sah suamiku, mantan pacarku selama tiga tahun dengan seribu kerikil cobaan rintangan dalam kisah cinta kami. Akhirnya hari ini pun menjadi hari bahagia kami. Cints kami bersatu. Meski badai selalu menerjang perahu cinta kami. Tapi hari ini, adalah pembuktian atas ketulusan dan rasa besar untuk menyatukan dua hati. Ya, hari ini adalah hari bahagiaku.

Luka...karna tak ada kedua orang tuaku, saudara -saudaraku yang hadir di acara sakralku. Karena cinta kami terhalang oleh restu. Apakah aku kini menjadi seorang anak durhaka? Entahlah, aku hanya ingin bersatu dengan pujaan hatiku. Bersatu dalam ikatan cinta yang sah. Memang benar, sangat sakit saat di sekelilingku tiada orang tuaku. Perih di hatiku.

Perih teriris dalam hati saat ku hadapi kenyataan yang jauh dari angan-anganku. Menikah hanya sekali. Menikah  meriah, berdandan bak Ratu sehari, mengundang seribu tamu, bernyanyi bersama keluarga dengan diiringi music dangdut ternama....ahhhh indahnya. Khayalku dulu saat itu. Tapi ternyata dewi Fortuna tidak berpihak padaku. Biarkanlah hari pernikahanku hanya sesederhana ini. Tiada pernikahan yang mewah. Atau menjadi layaknya Raja dan Ratu sehari. Begini saja bagiku sudah cukup. Saat ini aku hanya ingin bersatu dengan orang yang sangat ku cintai, yaitu suamiku.

Huuuuhhh....ku hempaskan nafasku. Ku hirup dan ku hempaskan lagi, ku ulangi berkali- kali. Ku lakukan itu agar air mataku terbendung. Begitu sesak di dada, bagaimanapun aku tetaplah seorang wanita yang hatinya sangat lemah. Terutama saat mengenang kata - kata orang tuaku. Mereka tidak akan merestui hubunganku dengan mas Dirga, yang kini telah sah menjadi suamiku.

Aku tak mau menangis!! Ini hari bahagiaku, hari kemenangan ku dan suamiku. Aku tak mau bersedih. Sudah ku putuskan itu. Ini jalanku, sudah ku putuskan memilih jalanku. Ya, aku harus menjadi Sekar yang tegar. Karena aku harus siap menerima semua resiko yang telah aku putuskan. Nikah lari bersama orang yang ku cintai karena terhalang oleh restu terutama restu dari kedua orang tuaku.

Nikah Lari!! Sakit sekali mendengar kata-kata itu, tapi itu kenyataan kisah cintaku, kisah hidupku. Sungguh aku tak pernah menyangka ini akan terjadi padaku. Kisah yang biasanya hanya ku tonton di drama televisi, kini aky mengalaminya. Ya, nikah lari demi mewujudkan bersatunya cinta kasih dua insan manusia.

Kami putuskan untuk nikah lari.Karna kami saling mencintai dan kedua orang tua menentang hubungan cinta kami. Berdosakah kami? Durhaka kah kami? Entahlah...

Dengan seribu alasan orang tuaku tidak setuju, jangankan untuk menikah, mendengar kami pacaran pun sudah naik darah kedua orang tuaku kala itu.

Dengan alasan mas Dirga yg belum dewasa, belum mapan,dan dengan latar belakang keluarga dia yg bisa dikatakan orang tak mampu. Itu alasan kenapa orang tuaku menentang hubungan kami. Ditambah aku yg baru menginjak dewasa. Delapan belas tahun umurku, dan ku beranikan diri untuk menentukan pilihanku sendiri.

Cinta itu segalanya!! Duit bisa dicari!! Bibit bebet bobot...argghh itu hanya pemikiran kuno, garis keras prinsipku hingga ku iya-kan saat mas Dirga mengajakku untuk kawin lari. Ya, aku di butakan oleh cinta. Karena memang aku adalah orang yang sangat mendewakan cinta.

Cinta...Cinta dan Cinta hanya itu di otakku dan semakin aku tertantang untuk membuktikan bahwa cinta bisa mengalahkan segalanya. Bagiku, harta bisa di cari. Tapi berbeda dengan cinta sejati. Cinta sejati itu butuh pembuktian. Dan ini adalah salah satu pembuktianku.

Hingga akhirnya ku lewati hari sakral ini meski kami menikah tanpa kedua orang tuaku. Pamanku yang jadi walinya, bibiku yg jadi saksi janji suci kami.

"Pyarrrrrr...preenggg...preeeenggg...." Bunyi riuh piring pecah di sudut dapurku.

Sketika lamunanku pun buyar oleh suara gaduh itu.

Lamunanku, kenangan janji suci pernikahan kami yg tanpa restu lima belas tahun lalu.

"Ada apa mbak Atta..?" Tanyaku pada Permata Wulandari, putri sulungku.

"Maaf ibu...Atta gak sengaja mecahin piring." Sahutnya.

Ku liat keningnya mengkerut, bibir mungilnya pun berubah kusut. Matanya yang belo indah pun tak berani menatapku.

"Ya udah yang penting mbak Atta gak kenapa - napa, buru beresin gih pecahan piringnya." Sambil ku usap rambut panjang hitamnya yang terurai lurus.

 " Aisshh...ibu gak marah? Ini kan piring kesayangan bapak. Bapak kan maunya kalau makan pakek piring ini Bu?" Tanyanya sambil matanya bersinar karena ketakutanya sirna saat aku tak marah sedikit pun tentang hal sepele itu.

" Ya enggaklah mbak...masa gara-gara piring pecah Ibu marah." Aku tertawa, memecah keheningan diantara kita, sambil ku bantu membersihkan pecahan - pecahan piring itu.

"Muachh...makasih ya Ibu gak marah." Dikecupnya pipi kiriku serasa sedikit basah bekas bibir mungilnya.

Ya, anak adalah segalanya. Mungkin itu satu dari sekian alasan untuk menyembunyikan kecurigaanku terhadap kelicikan suamiku. Karna aku belum punya bukti kuat bahwa mas Dirga menghianatiku.

Ada hati anak - anak juga yang harus ku jaga. Aku tak boleh egois. Gerutu dalam hati!!

Tak ku pungkiri dadaku mulai sesak lagi, piring kesayangan suamiku pecah. Bak tanda pecahnya kepercayaanku, pecahnya hati dan rumah tanggaku.

Remuk tak mungkin bisa kembali utuh seperti piring itu.

"Tutt...Tutt..Tutt..." Bunyi notif whatsap di HPku.

"Mah...Ayah lembur."

Jedddaaaaaarrrrrrrrrrr!!!Bagai disambar petir, seketika tubuhku ambruk bak tanpa tulang belulang.

Lagi dan lagi dadaku sesak hingga mulutku mengnganga tak bisa bernafas.

Apa ini?Aku tak sanggup untuk membacanya!!

Ibu...Bapak itu panggilan di keluarga kecil kami. Bukan Mah!! atau Ayah!! Lalu ini pesan untuk siapa?

Petir apa ini yang menyambarku?? Badai apa yg sedang menerjangku? Apa dosaku Mas? kenapa kau tega lakukan dibelakangku mas Dirga!!

Lima menit sudah berlalu setelah notif WA masuk ke hpku. Sengaja tidak aku read WA itu.

Dan benar sedetik setelahnya muncul tulisan "Pesan telah Dihapus".

Aku hanya bisa tersenyum kelu. Sambil ku basuh air mata yang mulai membasahi pipiku. Benar dugaanku, suamiku salah mengirim pesan.

Pesan cinta untuk yang lainnya, bukan untukku.

Bersambung....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status