Bram menghela nafas kasar berjalan menjauh dari hadapan Gea, sesaat keheningan tercipta dikamar milik Gea yang masih menunggu jawaban dari Bram."Aku punya jalan tengah untuk masalah ini""Jalan tengah? maksud mu?" perasaan Gea mulai tak enak saat Bram berbalik badan perasaan gelisah mulai menyelimuti tubuh dan fikiran nya sekarang."Kita akan bercerai setelah anak yang ada dikandung mu itu lahir"Deg!Ucapan itu tidak pernah terlintas di pikiran Gea saat menyampaikan kabar bahagia ini pada pria yang ia cintai itu, yang ada justru ia berfikir dengan adanya janin ini hubungan nya dengan Bram akan membaik seperti di film-film yang pernah ia bintangi sebelumnya mendapatkan perlakukan romantis dari sang suami, bukannya kata perpisahan yang pria itu lontarkan."Cerai? apa aku tidak salah dengar?"Bram menggeleng cepat. "Itu jalan yang terbaik buat kita semua Ge""Iyah itu jalan yang terbaik untuk mu dan juga Zahwa! kalian memanfaaatkan ku hanya agar kalian memiliki anak, setalah aku melahirk
Malam harinya teman, sahabat, bahkan beberapa rekan bisnis Bram datang di acara syukuran atas kehamilan Gea. Zahwa yang memutuskan untuk tidak pulang ke apartemen membantu ayu mengawasi setiap dekor bahkan ketring untuk para tamu. Setelah memastikan semuanya siap dan sesuai keinginan ayu, Zahwa menyambut satu persatu tamu dan mengarahkan nya pada meja yang sudah tersedia.Saat Zahwa sedang sibuk menyambut tamu yang semakin banyak datang beda hal nya dengan Bram yang duduk termenung di pinggir ranjang, pria itu terlalu banyak melamun setelah kejadian tadi siang membuat pikiran dan hatinya tak bisa berfikir sejalan."Bram!" panggil Gea untuk kesekian kalinya saat sang suami malah diam saja tanpa merespon panggilannya. Menyadarkan kesadaran Bram menatap Gea yang sudah siap. "Kamu di panggil malah nglamun""Ada apa?""Mama meminta kita untuk turun" jawab Gea saat Ayu meminta keduanya untuk segara turun, karena sudah banyak tamu yang menanyakan keduanya."Kamu duluan saja, aku mau ke kamar
"Mulai hari ini aku akan berada dirumah Zahwa tiga hari dan dirumah Gea empat hari. Dan aku harap kamu gak keberatan soal ini Za, karena sekarang Gea sedang hamil dan sangat membutuhkan ku disampingnya"Zahwa termenung dimeja mengajarnya setelah memberikan soal pada murid-muridnya, memikirkan keputusan yang diambil sang suami tadi malam membuat keraguan yang sempat hilang kembali datang dengan rasa yang lebih besar. Mau tidak mau Zahwa harus terbiasa dan memaklumi semua yang akan terjadi kedepannya,atau mungkin waktu tiga hari nya dengan sang suami akan tersita secara mendadak."Kamu pasti bisa Za" batin Zahwa menenangkan diri sendiri."Bu guru" panggil anak usia delapan tahun menggoyangkan tangan Zahwa."Iyah, ada apa?""Bu guru nglamun ya?" tanya anak bernama Bintang.Zahwa menggeleng meraih buku tulis yang ada ditangan anak laki-laki itu. Keningnya menimbulkan garis halus saat tidak ada satu jawaban dari soal yang sudah ia berikan. Menatap bintang yang tengah tersenyum kuda. "Kenapa
Hari ini jadwal Bram berada dirumah Zahwa membuat wanita cantik itu mondar mandi kesana kemari di dapur memasak semua makanan kesukaan Bram, meskipun apapun yang akan Zahwa masak pasti akan disantap habis oleh sang suami.Sesekali Zahwa melirik jam yang hampir menunjukan pukul lima sore, mulai menata semua makanan yang sudah jadi diatas meja dengan tersenyum senang. Kini Zahwa tinggal menunggu sang suami datang dan langsung mengajaknya makan.Masih memiliki waktu Zahwa berlaku ke kamar membersihkan diri menghilangkan bau masakan dari badannya. Selesai menyegarkan diri Zahwa berdiri di depan cermin menatap pantulan wajahnya yang terlihat sangat segar.Mendengar bel dipencet seseorang membuat Zahwa semakin mengembang senyum yakin jika itu sang suami. Melangkah keluar kamar dengan bahagia, Zahwa membuka pintu dengan senyum mengembang. "Mas" sambut nya meraih tas kerja dari tangan Bram.Bram mendaratkan ciuman pada kening Zahwa berjalan masuk kedalam apartemen mencium aroma makanan yang m
"Hari ini aku akan keluar kota" ucap Bram memasukan barang-barang kedalam koper tanpa dibantu Gea yang malah mematung dibelakang tubuhnya."Aku ikut ya?" cicit Gea."Tidak usah, jika terjadi apa-apa dengan mu disana aku belum tentu bisa langsung menolong mu karena aku harus kesana kemari untuk meninjau proyek"Gea yang tadi sangat antusias mendengar Bram akan keluar kota merasa kesal tak mendapatkan izin, apa lagi yang Gea tau tempat proyek Bram tersebut terletak di daerah puncak yang pasti memiliki pemandangan yang sangat indah di pagi dan siang harinya."Tapi aku bisa jaga diri" ucap Gea masih kekeh untuk ikut. "Kamu tidak usah khawatirkan aku, aku pasti akan baik-baik saja. Kalo tidak kita ajak sekalian Zahwa untuk menemani ku, jadi kalo aku butuh apa-apa dan kenapa-kenapa Zahwa ada disana"Bram membalikan badan mendengar ucapan bodoh Gea. Wanita itu malah tersenyum penuh permohonan membuat Bram geram akan setiap ucapan yang terlontar dari mulut Gea yang tidak ada satupun yang benar
"Halo mas" sapa Zahra begitu sambungan telfon dengan sang suami terhubung duduk di depan meja rias dengan balutan handuk masih terpasang pada rambutnya yang basah."Kamu dimana?""Aku di apartemen, baru saja selesai mandi" jawab Zahwa. "Tumben telfon jam segini mas ada hal penting yang mau di omongin?" sambung Zahwa."Memangnya harus ada hal penting dulu baru mas boleh telfon istri mas?""Ya enggak sih" Zahwa menggaruk handuk yang berada di kepalanya bingung harus menjawab apa."Mas rindu Za""Bukan nya baru tadi pagi mas berangkat? masa malam nya udah rindu" goda Zahwa."Waktu disini terasa sangat lama Za, apa mungkin itu karena tidak ada diri mu?" Tawa Zahwa pecah mendengar gombalan receh Bram, meletakan ponsel di meja rias Zahwa aktifkan fitur loudspeaker sambil mengeringkan rambut menggunakan hair dryer. "Itu tandanya mas harus dengan cepat menyelesaikan tugas mas disana""Mau se cepat apapun mas mengerjakan nya dugaan mas akan berada di sini dalam waktu yang lama"Zahwa mematika
Tanpa menjauhkan tangan nya Zahwa mencoba berbicara dengan janin Gea. "Sehat-sehat ya sayang di perut mama Gea""Tentu saja dia akan sehat dia kan anak ku!" ucap Gea menyingkirkan tangan Zahwa merasa tersinggung akan ucapan wanita itu. "Kamu fikir aku tidak bisa menjaganya?""A-aku yakin kamu pasti bisa menjaganya dengan baik""Terus maksud ucapan mu tadi apa?" sudut Gea, terlihat wanita itu sangat tersinggung akan ucapan Zahwa yang di layangkan pada janin nya."A-aku tidak memiliki maksud apapun Ge, percayalah" Zahwa meminta wanita di hadapan nya itu percaya akan ucapan nya yang tidak memiliki maksud apapun dan ucapan nya tadi seratus persen murni untuk berbicara pada janin Gea tanpa menyinggung perasaan nya tapi siapa sangka pertanyaan itu justru menyinggung hati Gea."Ada apa ini?" terlihat wanita paruh baya baru saja turun dari lantai dua menatap bergantian menantunya yang saling berhadapan. Dan yang paling mencolok adalah keberadaan Zahwa yang berada di rumah nya di pagi hari den
Kening Zahwa menimbulkan garis halus mendapati nomor tidak di kenal tertera di layar ponsel nya, berfikir jika itu hanya orang iseng salah sambung Zahwa memilih tidak menghiraukan melangkah masuk ke dalam kamar merebahkan tubuh di atas ranjang menatap langit-langit kamar dengan tatapan datar. Fikiran nya berkelana kesana kemari memikirkan hal yang tidak pasti, memilih untuk mengistirahatkan tubuh dari pada memikirkan yang tidak-tidak mata Zahwa perlahan terpejam.Belum sempat mata nya tertutup sempurna ponsel kembali berbunyi. Dan sama seperti beberapa saat lalu dengan nomor yang sama tertera di layar ponsel Zahwa. "Siapa orang ini"Dengan rasa penasaran akhirnya Zahwa mengangkat telfon tersebut, mendekatkan pada daun telinga."Betul ini nomor Zahwa?" tanya seorang dari sebrang sana.Zahwa yang namanya di panggil pun semakin dibuat bingung dengan siapa orang itu. "Iyah" jawab Zahwa singkat tidak ingin banyak bicara dengan orang yang bahkan Zahwa saja belum tau sepenuhnya."Ini aku Mal