Share

BAB 2 : Wanita Dipagi Hari

Zahwa merenggangkan otot-otot tubuhnya yang terasa sangat nyeri terutama pada bagian selangkangannya.

Memiringkan kepala Zahwa mendapati Bram yang tengah tertidur dengan sangat pulas dengan selimut hanya sampai batas pinggang.

Menyingkirkan tangan Bram dari atas perut Zahwa perlahan turun dari atas kasur, menggunakan tembok sebagai tumpuan tubuhnya agar bisa sampai ke kamar mandi.

Menyelesaikan ritual mandi paginya Zahwa langsung turun kelantai satu menyiapkan sarapan seperti biasa.

Dulu kelurga Rivaldo memiliki dua orang koki yang akan memasak makanan untuk penghuni rumah setiap harinya. Sampai dimana rumah tangga Zahwa masuk usia ketiga tahunnya Ayu mengembalikan dua orang koki tadi ke hotel membuat Zahwa harus menyiapkan makan pagi,siang dan malam.

Meski begitu Zahwa tak pernah protes akan apapun yang Ayu suruh padanya karena bagi Zahwa apa yang Ayu perintahkan adalah ladang pahalanya setelah suaminya Bram.

Menata makanan diatas meja Zahwa tinggal menunggu Suaminya dan mama mertuanya datang untuk sarapan bersama.

"Sudah selesai?" Tanya ayu yang baru keluar dari dalam kamar langsung menuju meja makan memastikan agar Zahwa tak lupa menyiapkan sarapan untuk semuanya.

"Sudah ma. Mama mau Zahwa buatkan salad sayur?" tanya Zahwa.

"Boleh" jawab Ayu duduk di kursinya.

Zahwa mengangguk melangkah lagi kearah dapur.

"Tunggu!"

Zahwa menghentikan langkahnya, kembali menatap Ayu. "Ada lagi ma?" Tanya Zahwa lembut.

"Bikinkan dua salad sayuran, dengan jus jeruk sedikit kental tapi tidak terlalu manis dan satu lagi jus mangga tidak terlalu kental dan tidak juga terlalu manis"

Zahwa diam sejenak mengingat-ingat kembali pesanan Ayu agar tak salah membuatkan pesanan nya. "Baik ma"

Baru tubuhnya akan berbalik Zahwa menatap Ayu yang tengah mengeguk air mineral. "Dua salad buah buat siapa ma?. Bukannya mas Bram tidak suka salad sayuran?" Tanya Zahwa memberanikan diri.

"Lakukan saja apa yang saya minta tanpa banyak bertanya!, Kau ini cuma disuruh bikin seperti itu saja sangat cerewet sekali!"

Zahwa sedikit menundukkan wajahnya. "Maaf ma"

"Sudah sana cepat buatkan pesanan mama!" Usir Ayu. Zahwa mengangguk kecil kembali ke dapur membuat kan pesanan Ayu.

Tak berapa lama Zahwa menyelesaikan dua piring salad dengan dua gelas jus. Senyum Zahwa mengembang membawa semua makanan dalam satu nampan ke arah meja.

Senyum Zahwa yang tadinya terlihat sangat tulus berubah menjadi senyuman kaku melihat seorang wanita cantik tengah duduk di kursi samping Bram yang itu adalah kursi biasanya ia tempati.

Bahkan dari kejauhan Zahwa melihat Bram yang sudah rapi bercengkrama dengan sangat akrab seolah-olah kedua orang itu saling mengenal sebelumnya.

Tak ingin memikirkan hal yang aneh-aneh Zahwa melangkah menuju meja makanan. Menaruh sepiring salad dan jus jeruk dihadapan mama mertuanya.

"Satunya lagi kasih Gea!" Seru Ayu.

"Jadi nama wanita ini Gea?"

Zahwa mengangguk menaruh sepiring salad dan segelas jus mangga dihapannya.

"Terimakasih" ucap Gea manis.

"Sama-sama" jawab Zahwa. Beralih menatap suaminya yang juga tengah menatapnya. "Kopinya mas" ucap Zahwa menyuguhkan secangkir kopi disamping piring Bram.

"Terimakasih sayang" ucap Bram mengusap punggung tangan Zahwa. "Ge apa kamu bisa pindah ke kursi lain?"

"Kenapa?" Tanya Gea bingung.

"Karena di sini tempat Zahwa"jawab Bram.

"Biar aku saja yang duduk di kursi lain mas"

"Iyah, lagian biar Zahwa saja!" Imbuh Ayu.

"Ma-"

"Tidak apa aku akan duduk di sana saja" potong Gea cepat sebelum Bram mengeluarkan suaranya. Gea membawa piring dan gelasnya kesamping Ayu.

"Duduk sayang" pinta Bram menepuk kursi disampingnya.

Zahwa mengangguk duduk disamping Bram. Mengambilkan nasi dan lauk pada piring Bram.

"Zahwa kenalkan ini Gea anak teman mama. Dan Gea perkenalkan ini Zahwa istri ku yang paling cantik" ucap Bram memperkenalkan Gea yang pastinya belum Zahwa kenali.

Zahwa mengulurkan tangannya kerah Gea. "Zahwa"

"Gea" jawab Gea menyambut uluran tangan Zahwa.

"Cantik tapi mandul!" ucap Ayu menyendok kan salad kedalam mulut.

Mendengar mamanya melayangkan bendera perang Bram baru saja akan membalas perkataan Ayu kalo saja Zahwa tidak mencegahnya dengan menawarkan makanan.

"Mau pakai telor mas?"

Bram menatap Zahwa yang tengah tersenyum, sesaat wanita itu menggeleng kecil memberikan kode agar dirinya tak membalas ucapan Ayu.

"Boleh sayang" Zahwa tersenyum menaruh satu telur kedalam piring Bram.

Sedangkan Gea yang duduk diseberang sana tak melepas pandangannya dari Bram dan Zahwa.

Mata ayu mengikuti arah pandang Gea, yang ternyata tengah menatap Bram yang terus menggoda Zahwa dengan cara menyuapinya seperti bayi dan itu membuat mata ayu perih.

"Ehem" Semua orang menatap Ayu yang tengah berdeham. "Ada yang ingin mama sampaikan sama kalian berdua" Ayu menatap Bram dan Zahwa secara bergantian.

"Apa?" Tanya Bram singkat.

Perasaan Zahwa semakin berdebar melihat ayu diam sejenak, seketika perasannya berubah menjadi tak enak akan suasana sekarang.

"Mama ingin kamu menikah dengan Gea" ucap Ayu menggenggam tangan Gea yang berada disampingnya. Sedangkan Gua tersenyum membalas ucapan Ayu.

Prang...

Dentingan sendok ditangan Zahwa jatuh keatas lantai mendengar ucapan Ayu yang akan menjodohkan suaminya dengan Gea wanita yang baru ia kenal beberapa detik lalu.

"Ma-maaf, semuanya aku tidak sengaja" ucap Zahwa mengambil kembali sendok yang sempat jatuh keatas lantai.

Zahwa memaksakan kepalanya agar tetap tegap tak ingin menunduk sedikitpun hanya untuk meneteskan air mata.

Bram mengepalkan tangannya di atas meja makan melihat mamanya berkata dengan lancarnya tanpa memikirkan perasaan Zahwa.

"Ma, sudah berapa kali Bram bilang kalo Bram tidak akan pernah mau menikah lagi!, apa lagi wanita itu Gea anak teman mama sendiri!"

"Bram yakin Zahwa pasti bisa hamil!, bukankah mama sendiri dengar dokter bilang kalo rahim dan sel telur Zahwa itu baik dan sehat yang kemungkinan besar Zahwa bisa hamil!" Bram berusaha mengingatkan perkataan dokter lima bulan lalu pada Ayu yang saat itu juga ikut secara langsung menemaninya memeriksa keadaan kandungan Zahwa.

Ayu memutar bola matanya jenuh. Ia memang ingat dengan perkataan dokter hari itu, tapi baginya itu semua hanya omong kosong kalo buktinya saja Zahwa belum hamil sampai sekarang.

"Terus sampai kapan kamu mau menunggu anak dari perempuan mandul ini!. Setidaknya kalo Zahwa tidak bisa kasih kelurga ini penerus laki-laki setidaknya sudah ada penerus perempuan dikeluarga ini!"

"Ma-"

"Keluarga kita butuh penerus Bram!, kamu sudah kepala tiga dan itu seharunya kamu sudah memiliki dua orang anak tapi apa kenyatannya bahkan untuk hamil saja tidak bisa!" potong Ayu menakan setiap kata terakhirnya.

Ayu beralih menatap Zahwa yang hanya diam saja. "Dan kamu Zahwa, seharusnya kamu itu sadar diri akan kondisi kamu yang mandul itu!. Kalo kamu tidak bisa memberikan anak mama anak setidaknya izinkan suami kamu menikah lagi!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status